Struktur Sosial Masyarakat Pesisir

20 mengenai hakikat dari karya manusia selanjutnya disingkat dengan MK, 3 Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu selanjutnya disingkat dengan MW, 4 Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya selanjutnya disingkat dengan MA, 5 Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya selanjutnya disingkat dengan MM Menurut C. Kluckhohn setiap komunitas akan berbeda-beda di dalam mengkonsepsikan kelima unsur di atas, misalnya berdasarkan unsur pertama mengenai hakekat dari hidup manusia, ada komunitas tertentu yang mempersepsikan hidup itu baik, maka tidak banyak usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya, sebaliknya suatu masyarakat memandang kehidupan sebagai sesuatu yang buruk namun manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik, akan cenderung memiliki etos kerja tinggi dan pantang menyerah. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 1 Untuk masalah hakikat hidup manusia MH, ada kebudayaan yang memandang bahwa hidup itu buruk, maka perlu dihindari. Ada juga kebudayaan lain yang memandang bahwa hidup itu baik adanya, ada juga kebudayaan lain yang menganggap bahwa hidup itu buruk adanya, tetapi manusia dapat mengusahakannya untuk menjadi baik, 2 Untuk masalah hakikat karya MK, ada kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia itu bertujuan untuk menafkahi hidup, ada juga kebudayaan lain yang menganggap bahwa karya itu untuk memberikannya suatu kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Ada juga kebudayaan lain yang menganggap bahwa karya manusia itu merupakan suatu gerak hidup untuk menghasilkan lebih banyak karya lagi , 3 Untuk masalah persepsi manusia mengenai waktu MW, ada kebudayaan yang memandang penting hidup manusia itu masa lampau, ada juga kebudayaan yang memandang penting hidup manusia itu masa kini. Ada juga kebudayaan yang memandang penting ke masa depan , 4 Untuk masalah pandangan manusia mengenai alam MA, ada kebudayaan yang menganggap bahwa manusia hanya dapat tunduk pada kekuasaan alam yang dahsyat saja, ada juga kebudayaan yang menganggap bahwa manusia harus berusaha mencari keselarasan hidup dengan alam. Ada juga kebudayaan yang menganggap bahwa alam itu merupakan sesuatu yang harus ditaklukkan dan dikuasai manusia, 5 Untuk masalah hakikat hubungan manusia dengan sesamanya MM, ada kebudayaan-kebudayaan yang sangat mementingkan hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya hubungan antara manusia dengan sesama manusia yang termasuk tokoh-tokoh berpangkat dan atasan, ada juga kebudayaan lain yang lebih mementingkan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam hubungan yang horizontal, artinya lebih mengutamakan hubungan yang saling bekerja sama atau gotong royong dengan sesamanya. Ada juga kebudayaan-kebudayaan lain yang menganggap bahwa hidup manusia tidak perlu tergantung dengan manusia lain, kebudayaan-kebudayaan seperti ini sangat mementingkan individualism, sangat menilai tinggi anggapan bahwa manusia harus mampu berdiri sendiri dan untuk mencapai tujuannya, berusaha melakukannya sendiri dan jika memerlukan bantuan, sedikit mungkin memerlukan bantuan orang lain. 21

2.7 Konsep Gender dalam Kesehatan

Di dalam memahami kesetaraan gender dan konsep gender itu sendiri, maka harus memahami perbedaan antara kata sex dan gender. Di dalam kamus bahasa Inggris, kedua kata tersebut memiliki arti terminologi yang sama yaitu jenis kelamin. Pengertian sex jenis kelamin adalah pembagian dua jenis kelamin manusia, yakni laki-laki maupun perempuan yang ditentukan secara biologis, dan sifatnya kodrati. Contohnya manusia yang memiliki penis, dan memproduksi sperma adalah laki-laki. Sementara manusia yang memiliki vagina, kelenjar mamary, dan memiliki organ rahim, dan memproduksi sel telur adalah perempuan. Organ tersebut secara biologis melekat, dan tidak bisa saling dipertukarkan, dan secara permanen tidak berubah. Lain halnya dengan konsep gender yang menyiratkan bahwa kategori pria dan wanita merupakan konstruksi sosial yang membentuk identitas pria, dan wanita serta pola-pola perilaku dan kegiatan pria dan wanita Van Bemmelen, 1993. Karena dikonstruksi secara budaya, maka perbedaan antara laki-laki dan perempuan akan berbeda di berbagai masyarakat. Serta konstruksi gender akan berubah-ubah sepanjang waktu Prakash, 1992 dalam Van Bemmelen, 1993. Selanjutnya, konsep ini juga membentuk apa yang kita kenal dengan maskulinitas yang dilekatkan oleh laki-laki, dan feminin untuk perempuan. Sejarah perbedaan gender menunjukkan bahwa perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, antara lain dibentuk, disosialisasikan melalui pola pengasuhan, diperkuat melalui cerita-cerita, simbol-simbol, dan dikonstruksi secara sosial kultural, melalui doktrin negara, dan ajaran keagamaan tertentu. Jika perbedaan gender seperti yang diungkapkan di atas tidak melahirkan bentuk-bentuk ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan maka hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan. Akan tetapi kenyataannya, di masyarakat kita perbedaan gender melahirkan berbagai ketidakadilan, khususnya perempuan. Ketidakadilan gender merupakan struktur di mana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Bentuk-bentuk ketidakadilan tersebut antara lain subordinasi, marginalisasi, stereotipe, mendapatkan kekerasan, beban kerja berlebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran gender. Misalnya di banyak masyarakat kita, perempuan tidak memiliki hak di dalam pengelolaan sumber daya, akhirnya perempuan hanya bekerja pada ranah domestik saja, jika dia bekerja di ranah produktif hanya dianggap sebagai sampingan keluarga saja. Kemudian laki-laki lekat dengan teknologi, oleh sebab itu, jika terjadi inovasi teknologi di dalam pertanian misalnya, perempuan tersingkirkan, dan jika berkompetisi dengan pria di dalam memperoleh suatu jabatan para perempuan selalu kalah bersaing. Pendekatan gender di dalam analisa kesehatan adalah untuk mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan merupakan faktor penting yang berperan di dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Di dalam berbagai aspek ketidaksetaraan gender tersebut sering ditemukan pula ketidakadilan gender, yaitu ketidakadilan unfainess, unjustice berdasarkan norma dan nilai-nilai standar yang berlaku di dalam distribusi manfaat dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dengan pemahaman bahwa laki- laki dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan. Keadilan antara lain ditentukan masyarakat yang berbeda satu dengan lainnya. Definisi 22 keadilan gender dalam kesehatan menurut WHO mengandung 2 aspek: 1 Keadilan dalam status kesehatan, yaitu tercapainya derajat kesehatan yang setinggi mungkin fisik, psikologi dan sosial bagi setiap warga negara , 2 keadilan di dalam pelayanan kesehatan, yang berarti bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan tanpa tergantung pada kedudukan sosial seseorang, dan diberikan sebagai respon terhadap harapan yang pantas dari masyarakat, dengan penarikan biaya pelayanan yang sesuai dengan kemampuan membayar dari seseorang. Hampir semua di setiap budaya, perempuan memegang peranan penting di dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya pada sektor yang popular popular sector seperti di dalam keluarga, penyembuh utama dan perawat kesehatan bagi anggota keluarga, selalu perempuan, antara lain para ibu dan para nenek. Sementara pada sektor berikutnya yakni folk sector sektor ini bukan lah bagian dari sistem medis melainkan merupakan bagian part yang berposisi di tengah antara sektor popular yakni keluarga, dengan sekor professional atau medis perempuan juga selalu memiliki peran yang sangat penting, para dukun dan bidan tradisional hampir seluruhnya adalah perempuan. Sementara di sektor professional dari bidang kesehatan medis modern, mayoritas tenaga-tenaga kesehatan yang professional antara lain perawat dan bidan nyaris didominasi oleh perempuan. Namun, yang mendapatkan bayaran tertinggi dan prestise tertinggi selalu adalah paramedis berjenis kelamin laki-laki Heiman, 1994. Pada beberapa sistem sosial masyarakat perempuan hanya berperan pada wilayah domestik rumahtangga, dan mereka tidak diperkenankan menyentuh ranah produktif dari rumahtangga apalagi memiliki karir, dan bebas keluar rumah. Misalnya sistem purdah pada masyarakat Islam Arab. Beberapa Antropolog mengungkapkan bahwa subordinasi atau penomorduaan perempuan khususnya pemposisian perempuan lebih pada sektor domestik daripada sektor publik merupakan suatu fenomena yang universal, dan merupakan hal yang umum disetiap sistem sosial masyarakat. Beberapa aspek dari budaya berkontribusi terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, laki-laki pada beberapa budaya selalu dibanding- bandingkan posisinya dengan perempuan. Beberapa budaya yang patriarkhi misalnya, mengkonstruksikan laki-laki sebagai mahluk yang kuat, sehingga laki- laki sangat riskan menghadapi bahaya, baik dari konsumsi makanan, dan minuman, serta kegiatan perang dan berburu yang sangat berbahaya. Kemudian, dibalik resiko hidup yang demikian besar, para laki-laki juga harus menyembunyikan ekspresi perasaannya karena masyarakat mengkonstruksikan laki-laki sebagai mahluk yang tidak menggunakan emosi dan jauh dari tekanan stress seperti yang sering dialami oleh perempuan, dan mampu bekerja dengan maksimal di bawah tekanan dibandingkan perempuan. Namun, misalnya sifat kompetitif dari laki-laki, dan ambisius yang lebih dari pada perempuan kemudian memicu peningkatan resiko terjadinya serangan penyakit jantung koroner Coronary Heart Disease pada beberapa laki-laki di Amerika serikat. Waldron dalam Heiman 1994 mengungkapkan bahwa akibat tekanan orang Amerika terhadap performa laki-laki Amerika, resiko terjadinya CHD dua kali lebih besar dialami oleh laki-laki Amerika dibandingkan perempuan Amerika. Ini juga ditambah dengan adanya harapan orang-orang Amerika, bahwa laki-laki diharapkan meraih sukses di dalam karir pekerjaannya, sementara perempuan