Novelty Orientasi Gizi Masyarakat Studi Sosio Budaya di Provinsi NTB (Kasus di Pulau Lombok Provinsi NTB
10 subyektif ini secara obyektif dan analitis. Dalam keadaan tidak ada metoda seperti
itu, kritik-kritik terhadap berbagai pendekatan subyektif pasti benar yang mengatakan bahwa aspek-aspek pengalaman individu yang tidak dapat diamati
tidak dapat dimasukkan dalam suatu analisa ilmiah mengenai perilaku manusia. Namun bagi Weber, konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa
obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda Johnson, 1986. Weber
kemudian berpendapat rasionalitas dari tindakan sosial para agenaktor kemudian membentuk sistem atau organisasi sosial dan birokrasi.
Rasionalitas dan peraturan yang biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka acuan bersama secara luas di mana aspek-aspek subyektif perilaku dapat
dinilai secara obyektif. Misalnya, apabila seseorang memilih yang kurang mahal dari dua produk yang sama, kita mengerti perilaku itu sebagai yang rasional
karena sesuai dengan kriteria rasionalitas obyektif yang kita terima. Tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai suatu manifestasi rasionalitas. Penderitaan-
penderitaan seperti kemarahan atau cinta atau ketakutan mungkin diungkapkan dalam perilaku nyata dalam bentuk yang sepintas lalu kelihatannya tidak rasional.
Tetapi orang dapat mengerti verstehen perilaku seperti itu kalau orang tahu emosi yang mendasar yang sedang diungkapkannya Johnson, 1986.
Menurut Ritzer 1983 suatu sistem sosial yang dikarakteristikkan dengan rasionalitas pada dasarnya memiliki unsur atau dimensi yakni efisiensi,
prediktabilitas, kalkulasi, substitusi kepada teknologi, dan kontrol yang lebih terhadap ketidakpastian. Bagi Weber menurut Ritzer 1983 birokrasi nampak
sebagai institusi paling efisien yang mampu mengatasi tugas-tugas yang beragam. Salah satu contoh dimensi efisiensi adalah pada keluarga modern, dalam
penyiapan makanan diserahkan kepada lembaga yang menyiapkan menu terbatas sehingga mudah dalam pemilihan, dengan menu yang sederhana sehingga
mempercepat proses penyajian. Semua hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyiapan makanan. Unsur selanjutnya adalah prediktabilitas yakni
kemampuan prediksi dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam masyarakat yang rasional, individu ingin mengetahui apa yang mereka harapkan atau dapatkan
terhadap suatu komoditas untuk memastikan prediktabilitas sepanjang waktu. Olehnya komunitas rasional menekankan disiplin, berdasarkan pada permintaan,
sistemtis, formalitas, rutin, konsistensi dan metode operasi. Unsur selanjutnya menurut Ritzer adalah kalkulasi, yakni lebih mementingkan kuantitas
dibandingkan kualitas. Misalnya menurut Ritzer kaitannya dengan Mcdonalisasi adalah restoran cepat saji hanya menjelaskan ukuran mengenai jenis produknya
seperti ukuran hamburger yang besar, namun tidak menjelaskan mengenai kualitas hamburger tersebut khususnya bagi kesehatan. Unsur lainnya adalah substitusi
dari teknologi non manusia yakni muncul dari keterbatasan terhadap kemampuan rasionalisasi pada apa yang manusia lakukan dan pikirkan. Sehingga masyarakat
yang rasional akan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi dengan cara membatasi individu dengan teknik-teknik, prosedur, rutinitas dan mesin.
Unsur yang terakhir menurut Ritzer adalah kontrol. Sistem rasional diorientasikan dan terstruktur. Dengan tujuan untuk mempercepat, dan mengontrol dalam banyak
hal. Misalnya kontrol terhadap ketidakpastian hidup kelahiran, kematian, produksi makanan dan distribusi, perumahan, dan sebagainya. Pada akhir tulisan
Ritzer mengenai masyarakat McDonalisasi ia mengungkapkan bahwa ancaman
11 terbesar dari rasionalitas adalah irasionalitas. Menurut Ritzer, irasionalitas
merupakan sesuatu yang tidak terelakkan dari proses. Sistem rasional tidaklah menjadi sistem yang rasional, karena menurut Ritzer rasionalitas memberikan
dehumanisasi seperti bagaimana manusia menjadi “robot” saat bekerja dan makan di restoran fast food. Rutinitas dan simplifikasi dari masyarakat yang rasional
seperti pada gambaran restoran cepat saji menurut Ritzer membuat hidup menjadi membosankan. Meskipun rasionalitas kemudian memberikan progresifitas
hidupdan telah memberikan keuntungan yang tidak terhitung jumlahnya namun tidak terelakkan juga menimbulkan beragam masalah. Sehingga menurut Ritzer,
harus dilakukan kontrol penuh terhadap proses rasionalisasi untuk memperbaiki konsistensi irasionalitas.
Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan oleh Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-ipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang
diberikan adalah antara tindakan rasional dan yang nonrasional. Singkatnya, tindakan rasional menurut Weber berhubungan dengan pertimbangan yang sadar
dan pilihan bahwa tindakan tindakan itu dinyatakan. Di dalam kedua kategori utama mengenai tindakan rasional dan nonrasional itu, ada dua bagian yang
berbeda satu sama lain, yakni : 1 rasionalitas instrumental Zweckrationalitat yakni Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan
pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki macam-
macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan ini. Bagi
Weber tindakan ekonomi dalam sistem pasar yang bersifat impersonal mungkin merupakan bentuk dasar rasionalitas instrumental ini. Selanjutnya 2 rasionalitas
yang Berorientasi Nilai Wertrationalitat yakni sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan
nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat nonrasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-
tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi, komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai
kegunaan utility, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan. Menurut Johnson 1986 tindakan religius mungkin merupakan bentuk dasar dari rasionalitas yang
berorientasi nilai ini.
Pada perkembangannya teori rasionalitas dengan dua kategori besar rasionalitas Weber kemudian berkembang variannya menjadi empat jenis
rasionalitas. Menurut Kalberg 1980 rasionalitas atas tindakan sosial individu kemudian dibagi atas practical rationality, formal rationality, substantif
rationality, dan theoritical rationality. Practical rationality atau rasionalitas praktikal menggambarkan bahwa individu dalam kehidupannya sehari-hari atau
dalam aktivitas duniawinya terkait erat dengan sifat pragmatis dan egoistis. Tindakan pragmatis dalam kehidupan sehari-hari sangat penting sehingga
membutuhkan pertimbangan dan peningkatan upaya kalkulasi yang cukup. Tipe rasionalitas ini eksis sebagai manifestasi individu pada ranah rasionalitas
instrumental Tabel 3.
12 Berikutnya adalah theoritical rationality atau rasionalitas teoritis.
Rasionalitas ini mencakup suatu penguasaan yang sadar terhadap realitas melalui konstruksi dari meningkatnya abstraksi konsep atau nilai-nilai. Proses dari
terbentuknya rasionalisasi teoritikal selalu diikuti dengan penilaian dan intrepertasi individu terhadap pemahamannya terhadap ruang dan waktu world
view dan melibatkan konstelasi dan nilai-nilai. Rasionalitas teoritikal menurut Weber dikutip Kalberg 1980 potensial secara tidak langsung di dalam tindakan
Tabel 3
Tabel 3. Pola-pola Kesadaran dari Tindakan Rasional Sumber: Kalberg, 1980
Karakteristik individu dari sisi antropologi
Tipe Rasionalitas Pola-pola
kesadaran dari tindakan sosial
Tipe tindakan
sosial Proses Mental
Non Rasional :
Tradisional Tidak rasional
-
Tidak ada Afeksi
Tidak rasional -
Tidak ada
Rasional :
Berorientasi nilai value rational
Subordinasi realitas kepada
nilai-nilai Substantive
Ada
Instrumental mean-ends
rationality Kalkulasi secara
intrumental Formal, practikal
Ada
Tindakan rasional bisa dihasilkan
secara tidak langsung
Beragam proses abstraksi
Theoritikal Ada
Substantive rationality atau rasionalitas substantive serupa dengan rasionalitas praktikal, namun tidak seperti rasionalitas teoritikal, rasionalitas ini
secara langsung bisa mempengaruhi tindakan individu. Akan tetapi rasionalitas ini tidak dibangun atas dasar kalkulasi untung rugi, namun terkait dengan dengan
masa lalu, saat ini dan masa depan dalam bentuk “value postulate” atau “dalil dari nilai-
nilai” Tabel 3. Terakhir adalah formal rationality atau rasionalitas formal secara umum
berhubungan dengan konteks sosial dan dominasi struktur yang diperoleh secara spesifik. Jika rasionalitas praktikal selalu mengindikasikan menyebarkan tendensi
terhadap kalkulasi dan penyelesaian masalah-masalah rutin melalui pertimbangan rasionalitas instrumental kaitannya dengan pramatis dan kepentingan individu,
rasionalitas formal melegitimasi pertimbangan atau kalkulasi instrumental dengan referensi pada aturan-aturan dan kebijakan yang berlaku dimasyarakat Tabel 3.