Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja karyawan Elemen penggerak motivasi

1 Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan Need for achievement; kemampuan untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan yang telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan. 2 Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja Need for power; kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana di dalam tugasnya masing-masing. 3 Kebutuhan untuk berafiliasi Needs for affiliation; hasrat untuk bersahabat dan mengenai lebih dekat rekan kerja atau para karyawan di dalam organisasi. f. Teori ERG Clayton Alderfer Teori Motivasi Clayton Alderfer atau yang disebut dengan teori ERG.Teori ERG dalam Rivai dan Sagala 2009 menyebutkan ada tiga kategori kebutuhan individu, yaitu eksistensi existence, keterhubungan relatedness dan pertumbuhan growth,karena itu disebut sebagai teori ERG, yang berupa: 1 Kebutuhan eksistensi untuk bertahan hidup, kebutuhan fisik; 2 Kebutuhan keterhubungan adalah kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain yang bermanfaat seperti keluarga, sahabat, atasan, keanggotaan di dalam masyarakat; 3 Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan untuk menjadi produkstif dan kreatif, misalnya diberdayakan di dalam potensi tertentu dan berkembang secara terus-menerus.

2.2.3 Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja karyawan

Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai Mangkunegara, 2000 : 1. Prinsip partisipatif Upaya untuk memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh peminpin. 2. Prinsip komunikasi Pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usah pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 3. Prinsip mengakui andil bawahan Peminpin mengakui bahwa bawahan pegawai mempunyai andil dalam usah pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 4. Prinsip mendelegasi wewenang Peminpin yang memberikan otoritas atas wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pimpinan. 5. Prinsip memberi perhatian Pimpinan memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharpakan oleh peminpin.

2.2.4 Elemen penggerak motivasi

Motivasi seseorang akan ditentukan oleh stimulusnya. Stimulus yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi seseorang sehingga menimbulkan pengaruh perilaku yang bersangkutan. Motivasi seseorang menurut Sagir dalam Siswanto 2009 biasanya meliputi hal-hal berikut. 1. Kinerja Achivment Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan need yang telah manjadi naluri kedua secon nature, merupakan kunci keberhasilan seseorang. N-Ach biasanya juga dikaitkan dengan sikap positif, keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan bukan gambling, calculate risk untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. 2. Penghargaan Recognatin Penghargaan, pengakuan recognation atas suatu kinerja yang telah dicapai oleh seseorang merupakan stimulus yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari pada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah. Penghargaan atau pengakuan dalam bentuk piagam penghargaan atau medali dapat menjadi stimulus yang lebih kuat dibandingkan dengan hadiah berupa barang atau bonusuang. 3. Tantangan Challenge Adanya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus kuat bagi manusia untuk mengatasinya. Sasaran yang menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi stimulus, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menimbulkan kegairahaan untuk mengatasinya. 4. Tanggung jawab Responsibility Adanya rasa ikut serta memiliki sense of belonging atau rumoso handarbeni akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab. Dalam hal ini Total Quality Control TQM atau peningkatan mutu terpadu PMT yang bermula dari negara jepang japane Management Stile, berhasil memberikan tekanan pada karyawan. Bahkan setiap karyawan dalam tahapan proses produksi telah turut menyumbangkan proses produksi sebagai mata rantai dalam suatu sistem akan sangat ditentukan oleh tanggung jawab subsistem mata rantai dalam proses produksi. 5. Pengembangan Development Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja tau kesempatan untuk maju, dapat menjadi stimulus kuat bagi karyawan untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. Apalagi jika pengembangan perusahaan selalu dikaitkan dengan kinerja atau produktivitas karyawan. 6. Keterlibatan Involvement Rasa ikut terlibat atau involved dalam suatu proses pengambilan keputusan atau dengan bentuk kotak saran karyawan, yang dijadikan masukan untuk manajemen perusahaan perupakan stimulus yang cukup kuat untuk karyawan. Melaluai kotak saran, karyawan merasa diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan atau tahapan kebijakan yang akan diambil manajemen. Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa dihargai yang merupakan tantangan yang harus dijawab, melalui peran serta berprestasi untuk mengembangkan usaha maupun pengembangan diri. Adanya rasa keterlibatan involvement bukan saja menciptakan rasa memiliki sense of belonging dan rasa tururt bertanggung jawab sense of responsibility, tetapi juga menimbulkan rasa mawas diri untuk bekrja lebih baik dan menghasilkan produk yang bermutu. 7. Kesempatan Oportunity Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari tingkat bawahan sampai tingkat manajemen puncak merupakan stimulus yang cukup kuat bagi karyawan. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib tidak akan menjadi stimulus untuk berpresasi atau bekerja produktif.

2.2.5 Bentuk motivasi