Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier

Dalam apabila sebelum dan selama masa terapi ditemukan keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. d. Masukan kalsium dan vitamin D yang adekuat bagi lansia. 6

2.8.3. Pencegahan Sekunder

6 Pencegahan sekunder ditujukan pada lansia yang telah mengalami fraktur. Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat. Pengobatan patah tulang pada lansia hingga kini masih jauh dari memuaskan. Masalah ini disebabkan terutama oleh karena pasien adalah lansia, dimana kecepatan remodeling atau pembaharuan tulang sudah menurun. Upaya untuk menghambat penyerapan tulang dan meningkatkan pembentukan tulang akan memerlukan waktu lama sampai perbaikan secara klinik dicapai. Pengobatan yang lama ini juga berpengaruh pada ketaatan pasien dalam berobat. 31 Dengan demikian, dalam penatalaksanaan fraktur pada lansia, selain usaha pengobatan untuk memperbaiki kelainan yang terjadi juga diperlukan tindakan pencegahan. 33 Penatalaksanaan kasus-kasus fraktur pada lansia terdiri dari: 33 a. Tindakan terhadap fraktur: Apakah penderita memerlukan tindakan operatif, ataukah oleh karena suatu sebab tidak boleh dioperasi dan hanya dilakukan tindakan konvensional. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan bagian ortopedi. 5 b. Tindakan terhadap jatuh: Mengapa penderita mengalami jatuh, apa penyebabnya, dan bagaimana agar tidak terjadi jatuh berulang. Universitas Sumatera Utara c. Tindakan terhadap kerapuhan tulang: Apa penyebabnya, bagaimana memperkuat kerapuhan tulang yang telah terjadi. Tindakan terhadap hal ini biasanya tidak bisa mengembalikan tulang seperti semula, tetapi bisa membantu mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan fraktur. d. Keperawatan dan rehabilitasi untuk mencegah komplikasi imobilitas infeksi, dekubitus, konfusio dan upaya agar penderita secepat mungkin bisa mandiri lagi.

2.8.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ini ditujukan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita dan mengadakan rehabilitasi. Pencegahan ini terus diupayakan selama penderita belum meninggal dunia. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang cacat serta mendirikan pusat- pusat rehabilitasi medik. 31 Perawatan rehabilitatif pada pasien mencakup terapi fisik yang terdiri dari berbagai macam latihan. Selain keterbatasan fisik, setelah mengalami fraktur penderita juga dapat mengalami gangguan psikologis, mempengaruhi mood, mengurangi rasa percaya diri, dan mengalami depresi. Untuk itu, rehabilitasi penderita sebaiknya dibantu dengan pemberian dukungan semangat baik dari terapis, kerabat, maupun orang-orang sekitar penderita. 34 35 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Lansia Penderita Fraktur

1. Sosiodemografi

Umur Jenis Kelamin Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Daerah Asal Sumber Biaya

2. Sebab Fraktur

3. Letak Fraktur

4. Tindakan Medik

5. Lama Rawatan Rata-rata

6. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Lansia penderita fraktur adalah lansia yang dinyatakan menderita fraktur berdasarkan diagnosa dokter Rumah Sakit Haji Medan yang dicatat pada kartu status. 3.2.2. Sosiodemografi lansia penderita fraktur, dibedakan atas : a. Umur adalah usia lansia penderita fraktur sesuai yang tercatat dalam kartu status yang kemudian dikatagorikan dengan menggunakan rumus Sturges: 1. 55-60 tahun 2. 61-66 tahun 3. 67-72 tahun 4. 73-78 tahun Universitas Sumatera Utara