Skor Posisi Group A Skor Penggunaan Otot Skor Penggunaan Otot, Pembebanan dan Pengerahan Tenaga Group B : Skor untuk Anggota Tubuh pada Leher, Badan dan Kaki

Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.7 Posisi Leher 2 Skor untuk Badan Tabel 2.8 Skor Posisi tubuh Badan Ssumber: Tarwaka, 2010 Keterangan: a +1 Badan Memuntir atau membungkuk ke samping SKOR Kisaran Sudut 1 Pada saat duduk dengan kedua kaki dan telapak tertopang dengan baik dan sudut antara badan dan tulang pinggul membentuk sudut 90 o 2 Fleksi : 0 O -20 O 3 Fleksi : 20 O -60 O 4 Fleksi : 60 O Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.8 Posisi Badan 3 Skor untuk Kaki Tabel 2.9 Skor Kaki Ssumber: Tarwaka, 2010 SKOR Kisaran Sudut 1 Kaki dan telapak kaki bertopang dengan baik pada saat duduk 1 Berdiri dengan berat terdistribusi dengan rata oleh kedua kaki, terdapat ruang gerak yang cukup untuk merubah posisi 2 Kaki dan telapak kaki tidak bertopang dengan baik atau berat badan tidak terdistribusi dengan seimbang Sumber : Tarwaka, 2010 Gambar 2.9 Posisi tubuh Kaki

f. Skor Posisi Group B

Skor posisi untuk anggota tubuh group B, dengan memasukkan skor posisi secara individu untuk leher, badan dan kaki ke dalam tabel B maka akan didapatkan skor posisi group B. Sumber: Tarwaka, 2010 Gambar 2.10 Skor Group B

g. Skor C

Setelah diketahui skor group A dan Group B, dimasukkan ke dalam tabel Skor C. Sumber: Tarwaka, 2010 Gambar 2.11 Grand Skor Total Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai posisi kelompok A arm and wrist analysis kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai posisi kelompok B neck, trunk, and leg analysis ke dalam kolom horizontal tabel C. Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan action level sebagai berikut: 1 Action level 1 : Skor 1 dan 2, tidak ada masalah dengan posisi tubuh selama kerja 2 Action level 2 : Skor 3 dan 4, diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja 3 Action level 3 : Skor 5 dan 6, diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera 4 Action level 4 : Skor 7 diperlukan adanya investigasi dan perbaikan secepat mungkin 2.4.2 Metode Nordic Body Map Metode Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan Tarwaka, 2010. Metode Nordic Body Map dengan menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh body map merupakan cara yang sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan memerlukan waktu yang sangat singkat ± 5 menit per individu Tarwaka, 2010. Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan kenyerian atau sakit atau dengan menunjuk langsung pada setiap otot skeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kerja kuesioner Nordic Body Map Tarwaka, 2010. Kuesioner Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot dan kaki Tarwaka,2010. Melalui kuesioner Nordic Body Map maka akan dapat diketahui bagian-bagian otot-otot yang mengalami gangguan kenyerian atau keluhan dari tingkat rendah tidak ada keluhancedera sampai dengan keluhan tingkat tinggi keluhan sangat sakit Tarwaka, 2010. Pengukuran gangguan otot skeletal dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map sebaiknya digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Penilaian dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan menggunakan dua jawaban yaitu YA ada keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal dan TIDAK tidak ada keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal.

2.5 Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs

Langkah-langkah untuk mengatasi keluhan Musculoskeletal Disorder MSDs berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration OSHA, tindakan ergonomi untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara yaitu Tarwaka et.al, 2010 :

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Helvetia Timur

18 117 99

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di Pisangan Ciputat tahun 2010

3 15 93

Faktor-faktor yang berhubungan dengan parsifasi ibu balita ke posyandu di kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tangerang selatan tahun 2010

9 93 201

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Ibu Menusui ≤ 6 Bulan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2013

1 9 183

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Pengaruh Penggunaan Kursi Ergonomis terhadap Kenyamanan Posisi Duduk pada Ibu Menyusui Bayi Usia sampai Enam Bulan di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 25 177

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 60