Berikut ini adalah penjabaran keduabelas atribut kualitas audit, yaitu:
a. Berpengalaman Melakukan Audit Client Experience
Akuntan publik memberikan jasa akuntansi untuk berbagai perusahaan dan mengenakan biaya atas jasanya tersebut, dibutuhkan
suatu lisensi untuk mempraktikan akuntansi publik yaitu para akuntan yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan pendidikan tertentu dan
lulus ujian nasional yang disebut sebagai bersertifikat akuntan publik atau BAP Jeff Madura, 2007:338. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan dan pengalaman, seorang akuntan publik seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang
tidak mereka punyai, dan dalam semua penugasan atau dalam semua tanggung jawab, setiap anggota harus melakukan upaya untuk
mencapai kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkat profesionalisme yang tinggi seperti yang
disyaratkan oleh prinsip etika Sukrisno Agoes, 2004:288. Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, menjelaskan
bahwa pengalaman sebelumnya yang dimiliki auditor tentang entitas dapat memberikan pemahaman atas golongan transaksi SA Seksi 319,
IAI, 2006. Selain itu, dalam menentukan efektivitas dan efisiensi penggunaan prosedur konfirmasi, auditor dapat mempertimbangkan
informasi dari audit tahun yang sebelumnya atau audit terhadap entitas yang serupa. Informasi ini meliputi tingkat respon yang diterima,
pengetahuan mengenai salah saji yang diidentifikasi dalam audit tahun
sebelumnya, dan pengetahuan tentang ketidakakuratan informasi dalam konfirmasi yang diterima kembali SA Seksi 330, IAI, 2006.
b. Memahami Industri Klien Industry Expertise
Pengetahuan dan pemahaman mengenai bisnis klien dan industri klien adalah paling penting dalam audit. Standar audit mensyaratkan
tim audit untuk memperoleh dengan teliti atau seksama pendirian dari sebuah bisnis untuk merencanakan dan melakukan pekerjaan audit.
Auditor harus mengerti secara luas lingkungan ekonomi dalam operasi klien, termasuk segala sesuatu yang mempengaruhi seperti kebijakan
ekonomi nasional, lokasi geografis, ekonominya, dan perkembangan dalam perpajakan, serta area regulator. Akhir-akhir ini, banyak kantor
akuntan publik merubah pendekatan mereka untuk fokus pada risiko bisnis klien. Kantor akuntan publik yang mengadopsi pendekatan ini,
percaya bahwa mereka harus mempelajari banyak hal tentang strategi klien dan proses untuk memahami apakah laporan keuangan disajikan
dengan wajar Louwers et.al, 2005:102. Auditor harus memahami bisnis dan industri kliennya, serta
harus mengetahui berbagai kondisi luar biasa dalam industri tersebut yang mungkin dapat mempengaruhi audit terkait. Para auditor harus
membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan industri dan membuat diri mereka mengenal baik berbagai literatur yang berkaitan
dengan industri dan membuat diri mereka mengenal baik berbagai risiko yang inheren dalam bisnis tersebut Hall dan Singleton,
2007:29. Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik- baiknya, auditor harus memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya
understanding client businesss, termasuk sifat dan jenis usaha kilen, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode porduksi,
pemasaran, distribusi, dan lain-lain. Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui pengalaman dengan
satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada pegawai perusahaan Sukrisno Agoes, 2004:126.
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan
auditnya berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus memungkinkan auditor
untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan
keuangan. Namun, tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh
manajemen SA Seksi 318, IAI, 2006. Dalam SPAP SA Seksi 318, disebutkan pula bahwa pengetahuan
tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan frame of reference yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan
profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut membantu auditor dalam penaksiran risiko dan identifikasi
masalah, perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien,
evaluasi bukti audit, dan penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien. Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu
perikatan audit memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan audit yang
didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu menjamin bahwa para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya
berbagi informasi dengan auditor dan asisten lainnya SA Seksi 318, IAI, 2006.
c. Responsif atas Kebutuhan Klien Responsiveness