22
Hal Baru Hasil interaksi dengan lingkungannya
Dalam pembelajaran Diadopsi
Skemata
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Modifikasi Struktur Kognitif
a. Ciri utama model kontruktivis, antara lain :
21
1 Menekankan pada penegetahuan awal siswa yang diperoleh dari luar bangku
sekolah melalui interaksi sosial dan interaksi dengan lingkungannya. 2
Pada saat belajar ditekankan pada kegiatan mind-on dan hand-on 3
Ada perubahan konseptual saat belajar yang menjembantani antara konsepsi awal siswa dan penegetahuan baru.
4 Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sehingga siswa harus terlibat
dalam proses pembelajaran.
21
Ibid, hal. 52
Dibandingkan dengan konsepsi
Tidak cocok COCOK
AKOMODASI Ketidak seimbangan
COCOK Jalan Buntu
KESEIMBANGAN Alternatif strategi lain
ASIMILASI MENGERTI
23
5 Dalam proses pembelajran terjadi interaksi sosial antara sisiwa dengan siswa
dan siswa dengan guru.
b. Implikasi dari model belajar kontruktivis dalam pembelajaran meliputi
empattahapan yaitu : 1
Tahap Pengetahuan Awal Pada tahap ini siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal
tentang konsep yang akan dipelajari. Bila guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering ditemui
sehari-hari dengan mengkaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman
tentang konsep tersebut. 2
Tahap ekplorasi Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan konsep melalui penyelidikan,
pengumpulan data, dan penginterpretasikan data melalui suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Kegiatan ekplorasi dapat berupa pengamatan,
percobaan, diskusi, tanya jawab, mencari informasi melaui buku atau surfing di internet secara berkelompok. Pada tahap ini dirancang agar rasa ingin tahu
siswa tentang fenomena alam disekelilingnya dapat terpenuhi secara keseluruhan. Pada tahap ini guru memberi kebebasan pada siswa untuk
mengekplorasi rasa keingin tahuannya.
3 Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep
Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya. Tugas guru memberikan penguatan bukan informasi.
Dengan demikian siswa sendiri membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Bila konsepnyapengetahuan awalnya benar, maka
siswa menajdi tidak ragu-ragu tentang konsepsinya. Bila pengetahuan awalnya salah, maka ekplorasi akan merupakan jembatan antara konsepsi
siswa dengan konsep baru.
24
4 Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep
Pada tahap ini guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konsepnya. Guru
memunculkan isu-isu di lingkungan yang dapat dipecahkan melalui pemahaman konsep yang telah diperoleh. Dengan demikian diharapkan
konsep yang dipelajarinya akan menjadi bermakna.
22
Tahap-tahap tersebut digambarkan dalam gambar 2.2 sebagai berikut
23
Mengungkapkan Konsep awal untuk membangkitkan motivasi
Gambar 2.2 Tahap-tahap Implikasi dan Model Pembelajaran Konstruktivisme
c. Aplikasi
Konstruktivisme merupakan salah satu teori belajar yang berkembang dari teori behaviorisme yang mangakaji perubahan tingkah laku dan kognitivisme yang
mengkaji tentang cara manusia belajar dan memperoleh pengetahuan yang menekankankan pada aktifitas mental. Menurut Bruner 1960 teori
konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman awal yang dimiliki siswa. Siswa memilih dan menginterpretasikan pengetahuan, membina hipotesis dan membuat keputusan yang melibatkan
22
Ibid, hal.26
23
Ibid,hal.52
Ekplorasi Diskusi dan pembelajaran
konsep
Pengembangan dan aplikasi konsep
25
pengetahuan mental, memberikan makna dan membentuk penegalaman individu. Hasil dari pemeblajaran ini dikenal dengan discovery learning.
5. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar perolehan
Pengetahuan diawalidengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri Self regulation. Pada akhir proses belajar,
penegetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Konflik kognitif terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan
perubahanmodifikasi struktur kognitif skema untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima
pengetahuan baru.
24
Untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang belum optimal, maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan perbaikan ini
dilakukan 2 siklus untuk mata pelajaran IPA. Proses penulisan laporan ini berdasarkan hasil refleksi penulis dan diskusi
dengan teman sejawat yang membantu memberikan masukan-masukan demi perbaikan proses pembelajaran yang konstruktivisme.
6. Kelebihan dan Kekurangan Konstruktivisme
a. Kelebihan Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadi ide dan membuat
keputusan.Paham karena murid terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. Selain itu murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep.
24
Nengsih Juanengsih, Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar dalam Bidang Sains, sebuah Ontologi dalam Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika
Dasar, Jakarta: PIC IISEP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, hal. 69.
26
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya; Membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap; Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
b. Kelemahan Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.
25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian yang telah dilakukan dalanm rangka meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.Penelitian tersebut telah membuktikan
adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme. Diantara penelitian yang dilakukan tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahmina Haerunisa dalam judul skripsi:
Pengaruh Pembelajaran Kontruktivisme dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Tentang Sistem koloid Penelitian Tindakan Kelas di
MA Al-Baqiyatusholihat TenjoBogor.
26
Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Maret-18 April 2008, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatakan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
2. Penelitianyang dilakukan oleh Asep Suryadi dengan judul skripsi:Pengaruh
Pembelajaran Kotruktifisme Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa MI Nurul Islamiyah Ciseeng Bogor Pada Pokok Pembahasan Sistem peredaran Darah
25
http:edukasi.kompasiana.com20111024teori-belajar-konstruktivisme-406224.html
26
Siti Rahmina Haerunnisa: Pengaruh Pembelajaran Kontruktifisme Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Tentang Sistem koloid Penelitian
Tindakan Kelas di MA AL – Baqiyatusholihat TenjoBogor.
27
Manusia.Penelitiannya menyimpulkan
bahwa penggunaan
pembelajaran konstruktivisme berpengaruh terhadap prestasi belajar sains.
27
3. Penelitian yangdilakukan oleh Amanah dengan judul skripsi:Pengaruh
Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III Pada Konsep Sumber Energi Dan Perubahannya Kuasi Eksperimen Di MI Al-Hidayah Lebak
Bulus. Menyimpulkan bahwa pendekatan Konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar pada konsep sumber energi dan perubahanya. Hal ini ditunjukan oleh
hasil uji t hitung -5.461 t tabel 2.086. Adapun jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 orang 95 dari jumlah keseluruhan siswa kelas III yaitu 22
orang.
28
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Pendekatan Pembelajaran
Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas IVMI Miftahul
Huda pada
konsep Struktur
Tumbuhan dan
Fungsinya
27
Asep Suryadi : Pengaruh Pembelajaran Kotruktifisme Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa MI Nurul Islamiyah Ciseeng Bogor Pada Pokok Pembahsan Sistem peredaran Darah
Manusia.
28
Amanah: Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil belajar IPA Kelas III Pada Konsep Sumber Energi dan Perubahanya Kuasi Eksperimen di MI Al-Hidayah Lebak
Bulus
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di MI Miftahul Huda kecamatan Tebet Jakarta Selatan, pada semester Genap Bulan Mei Tahun Ajaran
2012-2013.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas Classroom action research, yaitu penelitian yang
dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar di kelas.
29
Penelitian tindakan kelas yang di lakuka dalam penelitian ini menggunakan model PTK menurut Kurt Lewin yang dilakukan melalui beberapa
tahap yaitu, perencanaan planning, tindakan pelaksanaan acting, pengamatan observing, dan refleksi reflecting.
30
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I menggunakan sub konsep struktur akar dan fungsinya dan siklus II
menggunakan sub konsep stuktur daun tumbuhan dan funginya.Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Model penelitian tindakan
kelasnya adalahsebagia berikut :
29
Wijaya Kusumah dkk, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Indeks, 2010, hal. 19
30
Ibid, hal. 20