sesuai dengan standard makanan yang bermutu tinggi,sampai pada kemasan dan kualitas kontrol, serta distribusi yang dilakukan oleh sumberdaya manusia yang
terbaik, didukung oleh mesin-mesin yang modern dan berteknologi tinggi. PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division, memproduksi dan men-supply
produk yang bermutu tinggi untuk keperluan industri makanan di Indonesia seperti KFC, CFC, Wendys dan restaurant lain. PT Charoen Pokphand Indonesia
Food Division, sangat mengutamakan kebersihan dan kualitas dari produk yang dihasilkan, untuk itu masalah sanitasi dan hygenis serta jaminan halal sangat
diutamakan, untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dan memenuhi harapan serta kebutuhan pelanggan.
PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division mengeluarkan kebijakan mutu yang merupakan kebijakan perusahaan yaitu: Senantiasa menghasilkan
produk yang bermutu tinggi, halal dan aman untuk dikonsumsi dalam rangka pencapaian visi misi perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan kepuasan
kepada pelanggan. Menggalang kerjasama, partisipasi aktif dan positif semua karyawan dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu kerja secara terus-
menerus. Seuai dengan motto “A Tradition of Quality”
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup bidang usaha pada PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division adalah :
1. PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division merupakan industry manufaktur yang memproduksi makanan olahan daging ayam yaitu sausage
dan further. 2. Bahan baku utama adalahayam yang sudah beku yang berasal dari PT Charoen
Pokphand Indonesia Food Division dari Cikande dan Salatiga.
2.3 Lokasi Perusahaan
PT Charoen Pokphand Indonesia Food Divisionmerupakan industri yang bergerak dalam bidang pemotongan dan pengolahandaging ayam. Industri ini
terletak di Jalan Pulau Solor No. 2 Desa Saentis, Kawasan Industri Medan Tahap II, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera
Utara.Bangunan PT Charoen Pokphand IndonesiaFood Divisionterdiri dari dua lantai. Pada lantai pertama terdapat kantor Personalia,Product Development and
Quality Control, ruang rapat, gudang, dan ketigaPlant di atas. Selain itu, di perusahaan juga terdapat satu pos satpam di pintugerbang masuk, kantin, dan
masjid.
2.4 Daerah Pemasaran
Pasar merupakan tempat bertemunya antara produsen dan konsumen untuk melakukan proses transaksi atas suatu barang atau jasa. Pemasaran adalah suatu
fungsi yang mencerminkan cara bagaimana memperlakukan pasar dan produk sehingga dapat memenuhi tujuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen.
Daerah pemasaran PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division saat ini
adalahKFC, CFC, Wendys dan restaurant lainnya yang berada diwilayah Sumatera, untuk Sumatera bagian Utara, PT Charoen Pokphand Indonesia Food
Divisionini men-supply pada daerah Aceh, Batam, Medan, sedangkan untuk Sumatera bagian Selatan terdapat daerah Palembang, Jambi, dan Lampung.
2.5 Organisasi dan Manajemen
2.5.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division menggunakan strukturorganisasi staf dan lini, yaitu suatu bentuk struktur
organisasi dimana wewenang mengalir dari pimpinan kepada bawahannya dan dari bawahan ini kepada bawahannya lagi yaitu dimana perusahaan dipimpin
olehPlant Head. Bentuk atau hubungan garis ditunjukkan dengan adanya spesialisasi atau
pembagian tugas setiap unit organisasi departemen sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan dalam bidang pekerjaan tertentu dapat langsung
dilimpahkan kepada departeman yang menangani pekerjaan tersebut. Yang termasuk dalam garis hubungan lini adalah Plant Head dengan Plant Manager.
Sedangkan bentuk fungsional merupakan hubungan kinerja yang diatur berdasarkan pengelompokkan aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk
unit-unit kerja. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan Further Manager, Sausage Manager, Cut Up Manager, Warehouse Manager, Engineering
Manager, PPIC Manager, Purchasing Manager, Finance Accounting
Manager, dan Personal General Affair Manager. Berikut ini merupakan struktur organisasi PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division.
Plant Head
Plant Manager
Further Manager
Sausage Manager
Cut Up Manager
Warehouse Manager
Engineering Manager
PPIC Manager
Purchasing Manager
Finance Accounting Manager
Personal General Affair Manager
Further Supervisor
Sausage Supervisor
Cut Up Supervisor
Warehouse Supervisor
Engineering Supervisor
PPIC Supervisor
Purchasing Supervisor
Finance Accounting Supervisor
Personal General Affair Supervisor
Further Foreman
Sausage Foreman
Cut Up Foreman
Warehouse Foreman
Engineering Foreman
PPIC Foreman
Karyawan Karyawan
Karyawan Karyawan
Karyawan Karyawan
Karyawan Karyawan
Karyawan Purchasing
Foreman Finance Accounting
Foreman Personal General
Affair Foreman
Gambar 2.1Struktur Organisasi PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division
Sumber: PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Medan
2.5.2 Pembagian Tugas Tanggung Jawab
Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-
bedatersebut saling diintegrasikan koordinasi. Dalam menjalankan aktivitas sehari - hari pada suatu organisasi dibutuhkan personil - personil untuk
menduduki jabatan tertentu yang mampu menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dibebankan sesuai dengan jabatan tersebut. Adapun uraian
tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan pada PT Charoen Pokphand Indonesia Food Divisionadalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
1 Kepala Unit
Plant Head a. Memimpin, mengkoordinir dan
mengawasi pelaksanaan tugas para manager bagian.
b. Merencanakan dan menerapkan kebijaksanaan mengenai perbaikan dan
perkembangan umum perusahaan. Bertanggung jawab
kepada presiden direktur pimpinan
perusahaan induk atas jalannya perusahaan.
2 Plant Manager
a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi untukk semua jenis produk agar
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan di gudang.
b. Mengatur pengalokasian sumber daya produksi seperti jam kerja mesin, jam
kerja operator, pengiriman bahan baku yang berhubungan dengan proses
produksi.
c. Melakukan pengawasan dan pengendalian produksi agar hasil produksi sesuai dengan
spesifikasi dan standart mutu yang telah ditetapkan.
d. Merencanakan perawatan mesin-mesin agar dapat beroperasi dengan lancar.
e. Membuat laporan produksi secara berkala mengenai pemakaian bahan baku.
Bertanggung jawab terhadap kelancaran
proses produksi mulai dari penerimaan bahan
baku sampai proses produksi hingga
menjadi produk akhir.
3 Further
Manager a. Merencanakan dan mengatur produksi
further perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah
ditentukan. b. Mengawasi dan mengkoordinir
pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan lainnya dalam
produksi further. Bertanggung jawab
kepada plant manager atas pelaksanaan
kegiatan produksi further.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
3 Further
Manager c. Merencanakan dan mengatur produksi
further perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang
telah ditentukan. d. Mengawasi dan mengkoordinir
pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan
lainnya dalam produksi further. e. Mengawasi jalannya produksi further
sesuai dengan program produksi yang telah ditetapkan.
f. Membuat laporan produksi further secara periodik mengenai pemakaian
bahan dan jumlah produksi. g. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
produksi further untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan
sehingga dapat dilakukan perbaikan.
4 SausageManager
a. Merencanakan dan mengatur produksi sausage perusahan agar sesuai dengan
spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan.
b. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku,
bahan penolong dan bahan-bahan lainnya dalam produksi sausage.
c. Mengawasi jalannya produksi sausage sesuai dengan program produksi yang
telah ditetapkan. d. Membuat laporan produksi sausage
secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi.
e. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi sausage untuk mengetahui
kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.
Bertanggung jawab kepada plant manager
atas pelaksanaan kegiatan produksi
sausage.
5. Cut Up Manager
a. Merencanakan dan mengatur proses cut up perusahan agar sesuai dengan
spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan.
b. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku,
bahan penolong dan bahan-bahan lainnya dalam proses cut up.
c. Mengawasi jalannya sesuai dengan program produksi yang telah
ditetapkan. d. Membuat laporan proses cut up secara
periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi.
Bertanggung jawab kepada plant manager
atas pelaksanaan kegiatan cut up.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
6. Warehouse
Manager a. Membuat laporan penerimaan persediaan
dan pengeluaran bahan baku di gudang. b. Mengkoordinir dan mengawasi
pengelolaan persediaan bahan baku di gudang.
c. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang.
Bertanggung jawab atas pengaturan persediaan
bahan baku, produk jadi dan bahan penolong di
gudang.
7. Engineering
Manager a. Membuat jadwal pemeliharaan dan
perbaikan terhadap mesin-mesin yang ada dalam pabrik.
b. Mengeluarkan perintah kerja kepada maintenance section head untuk
melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan
perbaikan dari masing-masing operator.
c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian
maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.
d. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin.
Bertanggung jawab kepada plant manager
atas kondisi mesin-mesin dan peralatan produksi.
8. PPIC Manager
a. Membuat daftar rencana produksi pembuatan sausage dan further.
b. Melakukan koordinasi dengan pihak marketing dalam pembuatan sales
forecast. c. Melakukan koordinasi dengan pihak
warehouse raw material tentang jumlah bahan baku di gudang.
Bertanggung jawab kepada plant manager
9. Manager
Pembelian Purchase
Manager a. Membantu plant manager dalam
melaksanakan serta mengkoordinir seluruh pengolahan yang berhubungan
dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian
bahan-bahan yang digunakan perusahaan.
b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.
c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan akan barang dan menentukan standard
harga bahan. Bertanggung jawab
kepada plant manager, bagian ini bertugas
membantu plant manager dalam bidang kegiatan
pembelian
10. Manager
Akuntansi dan Keuangan
Finance and Accounting
Manager a. Merencanakan dan mengawasi
perencanaan kegiatan akuntansi dari keuangan perusahaan.
b. Membantu head of unit dalam melaksanakan anggaran perusahaan.
c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk menetapkan
besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.
Bertanggung jawab atas penentuan biaya
perusahaan seperti biaya produksi dan biaya
administrasi.
11. Personalia and
General Affair Manager
a. Merencanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan masingmasing
departemen. Bertanggungjawab
terhadap disiplin kerja karyawan.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
11. Personalia and
General Affair Manager
c. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan
suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.
d. Menampung dan mencari keluhan karyawan.
e. Mengatur dan merencanakan training untuk peningkatan ketrampilan
karyawan. Bertanggung jawab
terhadap disiplin kerja karyawan.
12. Further
Supervisor a. Mengawasi jalannya produksi sesuai
dengan program produksi further yang telah ditetapkan.
b Membuat laporan produksi further secara periodik mengenai pemakaian bahan dan
jumlah produksi. c Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
produksi further untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Bertanggung jawab
kepada further manager
13. Sausage
Supervisor a. Mengawasi jalannya produksi sesuai
dengan program produksi sausage yang telah ditetapkan.
b Membuat laporan produksi sausage secara periodik mengenai pemakaian
bahan dan jumlah produksi. c Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
produksi sausage untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Bertanggung jawab
kepada sausage manager
14. Cut Up
Supervisor a. Mengawasi jalannya produksi sesuai
dengan program proses cut up yang telah ditetapkan.
b Membuat laporan proses cut up secara periodik mengenai pemakaian bahan dan
jumlah proses. c Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
proses cut up untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Bertanggung jawab
kepada cut up manager
15. Warehouse
Supervisor a. Membuat laporan penerimaan
persediaan dan pengeluaran bahan baku di gudang.
b Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di
gudang. Bertanggung jawab atas
sarana dan prasarana pendukung di gudang.
16. Engineering
supervisor a. Mengeluarkan perintah kerja kepada
engineering foreman untuk melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan
jadwal permintaan perbaikan dari Bertanggung jawab
kepada engineeering manager.
masing-masing operator.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
16. Engineering
supervisor c. Melatih dan mengawasi keterampilan
karyawan yang bekerja di bagian maintenance agar mahir dan dapat
bekerja dengan baik. d. Menentukan prioritas kerja dan
progressing perbaikan mesin. Bertanggung jawab
kepada engineering manager.
17. PPIC
Supervisor a Mengontrol stock produksi pada raw
material. b Mengontrol stock produksi pada finish
goods. Bertanggung jawab
kepada PPIC manager
18. Purchasing
Supervisor a. Membantu purchasing manager dalam
melaksanakan serta mengkoordinir seluruh pengolahan yang berhubungan
dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan yang
digunakan perusahaan.
b Membantu purchasing manager melaksanakan
perencanaan sistem pengadaan dan persediaan bahan.
Bertanggung jawab kepada purchasing
manager, bagian
ini bertugas membantu purchasing manager
dalam bidang kegiatan pembelian
19. Finance
Accounting Supervisor
a. Melaksanakan perhitungan akuntansi terhadap pembelian bahan baku dan asset
perusahaan. b Melaksanakan pembayaran transfer dana
terhadap pembelian bahan baku dan asset perusahaan.
c Melaksanakan penerimaan pembayaran atas penjualan pakan dan juga hasil
sampingan produksi. d Melaksanakan perhitungan dan
pembayaran upah dan lembar kerja karyawan.
Bertanggung jawab kepada Finance
Accounting Supervisor manager
20. Personalia and
General Affair Supervisor
a. Melaksanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
departemen. b Mengawasi kegiatan yang berhubungan
dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan
berdisiplin. c Mengawasi pelaksanaan training untuk
peningkatan ketrampilan karyawan. Bertanggung jawab
langsung kepada
Personalia and General Affair Manager
21. Further
Foreman a. Merencanakan dan mengatur produksi
further perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah
ditentukan. b Mengawasi dan mengkoordinir
pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan
lainnya. Bertanggungjawab
kepada further supervisor atas
pelaksanaan kegiatan produksi further.
c Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi further yang
telah ditetapkan.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
21. Further
Foreman d Membuat laporan produksi further secara
periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi.
e Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi further untuk mengetahui
kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.
Bertanggung jawab kepada further supervisor
atas pelaksanaan kegiatan produksi further.
22. Sausage
Foreman a. Merencanakan dan mengatur produksi
sausage perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah
ditentukan. b Mengawasi dan mengkoordinir
pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan
lainnya. c Mengawasi jalannya produksi sesuai
dengan program produksi sausage yang telah ditetapkan.
d Membuat laporan produksi sausage secara periodik mengenai pemakaian
bahan dan jumlah produksi. e Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
produksi sausage untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Bertanggung jawab
kepada sausage supervisor atas
pelaksanaan kegiatan produksi sausage.
23. Cut Up
Foreman a. Merencanakan dan mengatur proses cut
up perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah
ditentukan. b Mengawasi dan mengkoordinir
pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan
lainnya. c Mengawasi jalannya proses sesuai
dengan program proses cut up yang telah ditetapkan.
d Membuat laporan proses cut up secara periodik mengenai pemakaian bahan dan
jumlah produksi. e Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
proses cut up untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Bertanggung jawab
kepada cut up supervisor atas pelaksanaan kegiatan
proses cut up.
24. Warehouse
Foreman a. Melakukan penerimaan bahan baku dan
membuat laporan dan dokumen penerimaan bahan baku.
b Mengatur penyimpanan bahan baku di Bertanggung jawab
kepada warehouse supervisor
gudang serta mengatur tata cara pengeluaran dan pemakaian bahan baku.
c Membuat laporan atas penerimaan dan pemakaian bahan baku.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
24. Warehouse
Foreman d Melakukan penerimaan produk jadi serta
membuat laporan dan dokumen penerimaan produk jadi.
e Mengatur penyimpanan produk jadi ke gudang dan mengatur pengeluaran dan
pengiriman ke costumer. f Membuat laporan atas penerimaan dan
pengeluaran produk jadi tersebut. g Melakukan pengawasan terhadap
pengeluaran barang dan komponen mesin dari gudang penyimpanan.
h Melakukan pengawasan terhadap penimbangan bahan baku, produk jadi
yang masuk maupun yang keluar dari pabrik.
i Melakukan pencatatan terhadap jenis dan jumlah bahan baku, produk jadi yang
masuk maupun yang keluar dari pabrik.
25. Engineering
Foreman a. Mengeluarkan perintah kerja kepada
karyawan maintenance untuk melakukan perbaikan pada mesin-mesin
dan peralatan berdasarkan jadwal permintaan perbaikan dari masing-
masing operator.
b Mengawasi langsung perbaikan dan pergantian komponen-komponen alat-
alat mekanik maupun electrical dalam plant.
c Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian
maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.
Bertanggung jawab terhadap Engineering
Supervisor
26. PPIC Foreman
a. Mengawasi karyawan dalam mengontrol raw material.
b Mengawasi karyawan dalam mengontrol finish goods
Bertanggung jawab kepada PPIC Supervisor
27. Purchasing
Foreman a. Mengawasi pengolahan yang
berhubungan dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian bahan-
bahan yang digunakan perusahaan. b Mengawasi sistem pengadaan dan
persediaan bahan. Purchasing Foreman
bertanggung jawab kepada purchasing
supervisor
28. Finance
Accounting Foreman
a. Mengawasi pelaksanakan pembayaran transfer dana terhadap pembelian bahan
baku dan asset perusahaan. c Melaksanakan penerimaan pembayaran
Bertanggung jawab kepada Finance
Accounting Supervisor
atas penjualan pakan dan juga hasil sampingan produksi.
d Melaksanakan perhitungan dan pembayaran upah dan lembar kerja
karyawan.
Tabel 2.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lanjutan
No. Jabatan
Uraian Tugas dan Wewenang Tanggung Jawab
29. Personalia and
General Affair Foreman
a. Mengawasi perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
departemen. b Mengawasi kegiatan yang berhubungan
dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan
berdisiplin. c Mengawasi pelaksanaan training untuk
peningkatan ketrampilan karyawan. Bertanggung jawab
langsung kepada
Personalia and General Affair Supervisor
2.5.3 Jumlah Tenaga Kerja Jam Kerja
Tenaga Kerja yang bekerja pada PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division sebanyak 465 orang.Dalam memelihara ketertiban dan kedisiplinan kerja
setiap perusahaan mengeluarkan tata tertibperaturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan perusahaan, termasuk dalam penetapan jam kerja.
PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division mengatur waktu kerja sesuai dengan perundang-undangan tenaga kerja dari Depnaker, yaitu: 40 jam
seminggu 5 hari seminggu. Setiap harinya rata-rata karyawan yang bekerja 7 jam. Apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi jam
kerja normal, maka perusahaan memberikan upah lembur. Ketentuan jam kerja di PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division
diatur menurut aturan shift a Berikut jam kerja pada bagian administrasi dan kantor dapat dilihat pada Tabel
2.2
Tabel 2.2Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Administrasi Hari
Jam Kerja WIB Jam Istirahat WIB
Senin – Jumat 08.00 – 16.00
12.00 – 13.00
Sumber: PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Medan
b Berikut jam kerja pada bagian produksi dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Produksi Hari
Shift Jam Kerja WIB
Istirahat WIB
Senin - Sabtu I
23.00-07.00 04.00 - 05.00
II 07.00-15.00
12.00 - 13.00 III
15.00-23.00 20.00 - 21.00
Sumber: PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Medan
c Jam kerja pada bagian keamanan Untuk bagian keamanan, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 5
orang dan melakukan penjagaan bergantian setiap 12 jam sekali dimulai dari : - Jam 08.00 – 20.00
- Jam 20.00 – 07.00
2.5.4 Sistem Pengupahan Fasilitas Lainnya
Sistem pengupahan pada PT Charoen Pokhpand Indonesia Food Division adalah sebagai berikut:
1. Upah diberikan sesuai dengan UMR yang berlaku. 2. Pemberian upah ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, kerja lembur
dan berdasarkan golongan. 3. Sistem pengupahan karyawan perusahaan di bagi atas :
a Gaji tetap untuk karyawan tetap. b Gaji harian untuk karyawan harian.
c Gaji borongan untuk karyawan borongan 4. Upah Pokok
Pengupahan pada perusahaan ini adalah berdasarkan upah bulanan. Besarnya upah disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing
karyawan, serta latar belakang pendidikan dan pengalaman. Upah tersebut diberikan untuk masa 21 hari kerja rata-rata dalam sebulan dengan waktu
kerja rata-rata 8 jam dalam sehari. 5. Untuk pekerja lembur, dibagi dalam 2 golongan yaitu :
a Golongan pekerja yang levelnya dibawah level supervisor, akan mendapat kompensasi kerja lembur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b Golongan pekerja yang levelnya setaraf atau diatas supervisor, tidak akan memperoleh pembayaran uang lembur lagi, karena sudah termasuk di
dalam gaji pokok. - Apabila kerja lembur dilakukan pada hari biasa maka untuk jam lembur,
peraturannya adalah sebesar 1 ½ x upah sejam. - Untuk jam kerja lembur yang dilakukan pada hari bukan hari biasa untuk jam
lembur peraturannya adalah sebesar 2 x upah sejam.Disamping pemberian gaji pokok dan upah lembur, juga diberikan uang makan,uang pengobatan, dan
asuransi tenaga kerja. Selain pemberian kompensasiupah, perusahaan juga memberikan
berbagai insentif bagi karyawan, seperti: 1. Memberikan THR Tunjangan Hari Raya untuk pekerja yang mempunyai
masa kerja 1 tahun penuh secara terus menerus biasanya dalam 1 bulan upah.
2. Memberikan THR Tunjangan Hari Raya untuk pekerja yang mempunyai masa kerja belum mencapai satu tahun, maka biasanya tunjangan ditetapkan
menurut perhitungan banyaknya bulan selama yang bersangkutan bekerja dibagi 12 dan dikalikan upah perbulan.
3. Bonus tahunan akan diberikan berdasarkan kemampuan perusahaan dan sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan prestasi kerja
masing-masing karyawan. 4. Tunjangan makan diberikan kepada pekerja perbulan, sesuai dengan
kemampuan perusahaan, dan dibayar bersama-sama dengan pembayaran upah pekerja.
5. Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan. 6. Perusahaan menyediakan tempat ibadah dan memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk melaksanakan ibadah. 7. Adanya jaminan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
Jaminan kesehatan antara lain : 1. Cuti sakit.
2. Cuti khusus, karena perkawinan atau musibah. 3. Mewaji
4. bkan karyawan masuk ASTEK Asuransi Tenaga Kerja.Tunjangan Proyek. 5. Tunjangan Kemalangan.
Perusahaan memberikan fasilitas kerja kepada karyawan, seperti: 1. Memberikan pakaian kerja kepada setiap tenaga kerja dalam setahun.
2. Memberikan fasilitas pengobatan cuma-cuma kepada setiap tenaga kerja.
3. Menyediakan perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja yang diperlukan para karyawan, seperti sarung tangan, masker dan penyumbat telinga.
2.6 Proses Produksi
2.6.1 Bahan yang Digunakan
2.6.1.1 Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan di PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division, Medan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan bahan
pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga diperlukan usaha untuk
meningkatkan kualitas daging ayam yang dilakukan melalui pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi kerusakan atau
kebusukan selama penyimpanan dan pemasaran. Sumber daging ayam yang diperoleh PT Charoen Pokphand Indonesia
Medan saat ini masih berasal dariSlaughter HouseRumah Potong Hewan PT Charoen Pokphand yang berada di Cikande dan Salatiga karena PT Charoen
Pokphand Indonesia Medan belum memiliki Slaughter House. PT Charoen Pokphand Indonesia Medan menerima daging ayam berupa Griller, yaitu daging
ayam bulat tanpa bulu, kepala, ceker dan isi perut. Dalam proses pembuatanfurther di PT Charoen Pokphand IndonesiaFood
Divisiontidak lepas dari bahan pendukungnya seperti perekat tepung batter, tepung roti breading, minyak goreng dan bumbu-bumbu yang didapatkan dari
suplier karena PT Charoen Pokphand Indonesia masih belum bisa memproduksi bumbu-bumbu tersebut. Selain bumbu bahan penunjang lainnya yang tidak kalah
penting adalah kemasan plastik, untuk kemasan ini PT Charoen Pokphand Indonesia masih menggunakan kemasan dari suplier plastik dengan beberapa tipe
plastik sesuai dengan kebutuhan pengemasan yang mereka gunakan.
2.6.1.2 Bahan Tambahan
Bahan tambahan ialah bahan yang ditambahkan secara langsung ke dalam proses produksi dan merupakan komposisi produk untuk memudahkan dan
menyempurnakan produk. Bahan tambahan pada proses pembuatan sausagesosis adalah:
1 Campuran tepung tapioka dan minyak goreng sebagai emulsifier. 2 Premik, yaitu berupa campuran bumbu-bumbu yang telah diformulasikan di
PT Charoen Pokphand Indonesia Pusat di Cikande untuk memberikan cita rasa pada sausage.
3 Kemasan plastik untuk membungkus sausage. 4 Karton yang digunakan untuk pengepakan akhir sausage.
Bahan tambahan pada proses pembuatan further nugget adalah: 1 Campuran tepung tapioka dan minyak goreng sebagai emulsifier.
2 Premik, yaitu berupa campuran bumbu-bumbu yang telah diformulasikan di PT Charoen Pokphand Indonesia Pusat di Cikande untuk memberikan cita rasa
pada further. 3 Perekat tepung batter
4 Remah roti breading 5 Kemasan plastik untuk membungkus further.
6 Karton yang digunakan untuk pengepakan akhir further.
2.6.1.3 Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung dalam produk dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai
pelengkap produk dan memudahkan dalam melakukan proses. Pada pembuatan sausage maupun further digunakan bahan penolong berupa Sodium Laktat
sebagai bahan pengawet pada daging agar umur simpannya lama.
2.6.2 Uraian Proses
PT Charoen Pokphand Indonesia bergerak dalam bidang pemotongan dan pengolahan daging ayam. Proses produksi disini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
cut up department, further production, dan sausage production. Proses
pengolahan akan dibedakan berdasarkan ketiga bagian tersebut.
2.6.2.1Departemen Cut Up
Departemen Cut Upmerupakan tahapan awal dari setiap proses yang terjadi pada PT Chraoen Pokphand Indonesia. PT Chraoen Pokphand Indonesia
cabang Medan belum melakukan proses penyembelihan dan pencabutan bulu ayam evisceration. Bahan baku langsung berupa ayam potong yang sudah dalam
beku griller didatangkan dari PT Charoen Pokphand Jaya Farm yang berada di Salatiga dan Cikande.
Uraian proses dari departemen cut up adalah sebagai berikut: 1 Proses awal dilakukan pengambilan griller dari gudang bahan baku chiller
room ke departemen cut up 2 Grillerakan didiamkan secara konvensional towing untuk proses drying
daging ayam yang dalam keadaan beku selama satu hari. 3 Selanjutnya ayam dibawa ke mesin Screw Chiller untuk dilakukan proses
pencucian dan dilanjutkan dengan proses penirisan pada mesin Drift Drum 4 Ayam yang telah ditiriskan dibawa ke stasiun pemotongan dimana ayam
dipotong menjadi beberapa bagian seperti paha, dada, dan carcassberdasarkan jenis size dan kebutuhan.
5 Selanjutnya dilakukan proses pemisahan daging dengan tulang pada bagian tertentu juga dilakukan pemisahan daging dengan kulit sesuai dengan
permintaan. 6 Bagian-bagian ayam tersebut dipacking menggunakan plastik inner lewat
mesin Metal Detector yang kemudian dilakukan penimbangan sesuai kapasitas plastik inner.
7 Bagian-bagian ayam tersebut dibawa ke chilling roomdan disusun pada rak kemudian di bekukan pada mesin ABF hingga suhu -18
o
C. 8 Setelah itu ayam ditimbang lagi sesuai ukuran dan masuk kedalam proses
packaging sesuai ukuran box dan karung kemudian ayam dalam bentuk packaging masuk ke dalam Coldstorage gudang dengan suhu -18
o
C. Berikut merupakan flowsheet uraian proses pada departemen cut up.
Berikut Flowsheeturaian proses Departemen Cut Up dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Flowsheet Uraian Proses pada Departemen Cut Up
2.6.2.2 Further Production
Berikut merupakan uraian proses produksi pembuatan further pada PT Charoen Pokphand Indonesia:
1 Tahap pertama yang dilakukan yaitu petugas produksi menyiapkan formula
untuk pembuatan suatu macam produk further nugget dimana petugas mempersiapkan komposisi seasoning bahan baku berupa tepung dan premix
bumbu dari produk yang akan diproduksi. 2
Selain mempersiapkan seasoning dan premix yang dibutuhkan, petugas juga membuat campuran emulsi yaitu campuran dari kedelai dan air dengan
menggunakan mesin bowl cutter. Fungsi dari penggunaan emulsi yaitu untuk mengenyalkan adonan.
3 Daging segar hasil olahan pada departemen cut updimasukkan ke dalam chill
room untuk didinginkan. Dari chillroom, petugas melakukan proses grinding
daging yaitu proses untuk menggiling daging menjadi halus. Proses grinding dilakukan dengan menggunakan mesin autogrind.
4 Langkah berikutnya yaitu mencampur semua adonan yang telah dipersiapkan
seperti seasoning, premix, daging giling, dan emulsi dengan air dan nitrogen. Proses mixing tersebut menggunakan mesin unimix dengan kapasitas
produksi 250 kg. 5
Setelah semua adonan tercampur, langkah berikutnya yaitu melakukan forming pencetakan adonan. Terdapat berbagai cetakan yang dipergunakan
tergantung dengan jenis produk yang akan diproduksi. Proses forming dilakukan dengan menggunakan mesin reforfomer.
6 Adonan yang telah dibentuk tadi selanjutnya dibaluri dengan tepung
breadcrumb atau biasa disebut tepung roti. 7
Proses selanjutnya yaitu proses penggorengan. Proses penggorengan terbagi menjadi dua yaitu proses precook dan cook. Pada proses precook adonan
digoreng setengah matang, selanjutnya masuk pada proses cook adonan digoreng hingga benar – benar matang. Proses precook dan cook dilakukan
pada mesin fryer. 8
Selanjutnya petugas menyeleksi produk yang telah jadi apakah defect atau tidak. Apabila produk tersebut defect akan dilakukan rework pada mesin
unimix, yaitu dicampur lagi dengan adonan-adonan yang lain. Produk defectyang direworkmempunyai batasan jumlah pada tiap batch maksimal
sebanyak 5.
9 Langkah berikutnya yaitu memasukkan adonan pada mesin insulated quick
freeze IQF untuk dibekukan. Setelah itu adonan dijalankan oleh conveyormenuju televator untuk dinaikkan menuju mesin MHW. Pada mesin
MHW adonan ditakar sesuai dengan ukuran per kemasan. 10 Selanjutnya proses packaging dimana adonan yang telah sesuai takaran tadi
dikemas pada kemasan plastic menggunakan mesin Kawasima. 11 Langkah berikutnya yaitu menimbang kemasan menggunakan mesin check
weighter, apabila ukuran berat yang tertera tidak sesuai maka produk tersebut akan secara otomatis dipisahkan. Produk yang terpisah tadi dilepas kembali
kemasannya lalu dijalankan pada conveyor untuk melalui proses penakaran ulang pada mesin MHW.
12 Apabila produk tersebut sudah sesuai beratnya dengan spesifikasi, maka kemasan – kemasan produk tadi dikemas dalam carton box dan selanjutnya
ditransfer ke warehouse finished product. Berikut merupakan flowchartproses produksi pembuatan nugget pada PT
Charoen Pokphand Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.3
Start
Membua t campuran emulsi Menyiapkan kuantitas sea sonig dan
premix sesua i formula Melakukan proses grinding daging
Melakukan proses mixing emulsi, seasoning premix, daging giling,
air,dan nitrogen Melakukan forming a donan
Melapisi a donan ya ng telah dibent uk denga n tepung breadcrumb
Melakukan proses precook a donan Melakukan proses cook adonan
Menyeleksi nug get apa kah defect atau t idak
Tidak Ya
Melakukan proses frozen nugget Melakukan proses penaka ran nugget
Melakukan proses pa cka ging nug get ke dalam kemasan plastik
Melakukan pengukura n berat produk apakah sesuai at au tidak
Ya Tidak
Melakukan proses pa cka ging produk jadi nugg et ke dalam carton box
End
Gambar 2.3 Flowchart Proses Produksi Pembuatan Nugget
2.6.2.3 Sausage Production
Berikut merupakan uraian proses produksi pembuatan sausagepada PTCharoen Pokphand Indonesia:
1 Tahap pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan formula bahan baku
pembuatan sosis, seperti seasoning dan premix sesuai dengan takarannya masing – masing.
2 Sama seperti proses produksi further, setelah mempersiapkan formula bahan
baku, petugas membuat campuran emulsi dan melakukan proses grinding daging.
3 Selanjutnya semua adonan dicampur hingga merata menggunakan air dan
nitrogen menggunakan mesin unimix. 4
Setelah semua bahan tercampur, adonan tadi dicampur atau dicacah kembali pada mesin emulsi fryer, tetapi tanpa menggunakan nitrogen.
5 Langkah berikutnya adalah mencetak adonan. Adonan tersebut akan otomatis
masuk pada pelapis sosis yang disebut casing dengan menggunakan mesin stuffer.
6 Lalu adonan sosis dipanggang pada mesin smoke house dengan suhu 80-
100°C 7 Setelah melalui proses pemanggangan, sosis dipotong sesuai ukuran
menggunakan mesin sausage cutter. Apabila ukuran panjang sosis tidak sesuai, maka sosis tersebut akan di-rework pada proses mixing di mesin
unimix. 8
Sosis yang telah dipotong dengan panjang sesuai kriteria tersebut selanjutnya dipacking pada kemasan plastik. Proses packing menggunakan man power,
sehingga tidak ada mesin yang digunakan dalam proses packaging tersebut.
9 Setelah dikemas, produk sosis melalui proses pengepressan kemasan. Proses
ini dilakukan pada mesin vacuum pack yang gunanya agar kemasan menjadi kedap udara.
10 Langkah selanjutnya adalah melakukan proses pembekuan sosis pada mesin IQF yang sebelumnya melalui mesin check weighter untuk mengecek berat
kemasan yang sebelumnya melalui mesin metal detector. 11 Kemasan tersebut kemudian dipacking pada kemasan carton box kemudian
melalui mesin check weighter untuk mengecek berat selanjutnya ditransferke warehouse finished product.
Berikut merupakan flowchartproses produksi pembuatan sosis pada PT Charoen Pokphand Indonesia.
Start
Membua t campuran emulsi Menyiapkan kuantitas sea sonig dan
premix sesua i for mula Melakukan proses grinding daging
Melakukan proses mixing emulsi, seasoning premix,
daging giling, dan air Melakukan proses penggilingan adonan
kembali Melakukan proses pemanggangan
adonan Melakukan proses pemotongan sosis
Menyeleksi sosis apakah reject at au tidak
Tidak Ya
Melakukan proses pa cka ging pada kemasa n plast ik
Melakukan proses pr essing kemasa n
Melakukan proses frozen Melakukan pengukura n ber at
apakah sesuai a tau tidak Ya
Tidak
Melakukan proses pa cka ging produk jadi sosis ke dalam carton box
End
Gambar 2.4 Flowchart Proses Produksi Pembuatan Sausage
2.7 Mesin dan Peralatan
2.7.1 Mesin Produksi
Mesin produksi adalah semua mesin-mesin yang secara langsung berperan dalam proses produksi. Berikut adalah beberapa mesin yang digunakan oleh PT
Charoen Pokphand Indonesia Food Division yaitu : 1. Divisi Further
Tabel 2.4Mesin Produksi Divisi Further
No Mesin
Fungsi Spesifikasi
Merk Daya
Asal Jumlah
1. Auto Grind
Menggiling ayam menjadi halus
Laska Type Cutter KCU
200 DC 400V, 50
Hz, 95 Kw, 238
A Austria
1
2. Mixer
Menggabungkan adonan dengan premix
dan seasoning Inotec Type
IM-1000 400 V,
50 Hz -
1 3.
Mesin cetakan Mencetak adonan
yang sudah dihaluskan Besch
3047035 400 V3,
50 Hz -
1 4.
Mesin frying I Penggorengan
pertama pada adonan yang sudah dicetak
EFR 4000650
400 V -
1 5.
Mesin frying II
Penggorengan kedua pada adonan
EFR 6000650
400 V -
1 6.
Checkweighter Menimbang berat
produk Inritsu
300V, 60 Hz
- 2
7. Metal detector
Mendeteksi kandungan metal pada
adonan IQ
3
230 V, 50 Hz,
1,2 A European
Union 1
2. Divisi Sausage
Tabel 2.5Mesin Produksi Divisi Sausage
No Mesin
Fungsi Spesifikasi
Merk Daya
Asal Jumlah
1. Auto Grind
Menggiling ayam menjadi halus
Laska Type Cutter KCU
200 DC 400V, 50
Hz, 95 Kw, 238
A Austria
1 2.
Mixer Menggabungkan adonan
dengan premix dan seasoning
Inotec Type IM-1000
400 V, 50 Hz
1 3.
Emulsifier Mengemulsi adonan
Inotec Type 1175 CD-75D
400 V, 50 Hz, 142 A
1
Tabel 2.5 Mesin Produksi Divisi FurtherLanjutan
No Mesin
Fungsi Spesifikasi
Merk Daya
Asal Jumlah
4. Smoke House
Proses pemasakan sausage dan
mendinginkan sausage Maurer-Atmos
GmbH 400 V, 50
Hz, 1,9 Kw
Germany 1
5. Metal detector
Mendeteksi kandungan metal pada adonan
IQ
3
230 V, 50 Hz, 1,2 A
European Union
1 6.
Cutter Memotong sosis sesuai
ukuran Inotec GmbH
2Kw 2
7. Vacum Sealer
Memvakumkan kemasan yang telah diisi sosis
50 Hz, 29 A, 36
Volt 3
8. Checkweighter
Menimbang berat produk
Inritsu 300V, 60
Hz 2
9. IQF
Mendinginkan produk sausage yang telah
dikemas Mavel
Singapore 380 V, 50
Hz, 103 A 1
2.7.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division adalah sebagai berikut:
1. Thermometer untuk mengukur suhu cairan. 2. Timbangan Digital yang berfungsi sebagai penimbang bahan baku pada saat
penerimaan bahan baku 3. Hand Truck ialah alat yang juga berfungsi sebagai material handling
dipabrik.
2.7.3 Cold Storage
Cold storage adalah ruangan yang suhunya dijaga dibawah suhu udara di luar dengan tujuan supaya barang yang disimpan di dalamnya tidak rusak. Cold
storage didesain berdasarkan barang apa yang akan disimpan di dalamnya karena tiap-tiap jenis barang akan membutuhkan penyimpanan yang berbeda.Tidak
semua daging segar langsung dibawa ke pasaran, sebagian ada yang disimpan untuk persediaan. Lamanya waktu ketahanan daging tergantung pada kondisi apa
daging itu disimpan. Daging mempunyai ketahanan tertentu di setiap bagian. Misalnya, daging hanya mampu bertahan selama 10 hari apabila berada di
Chilling Room, sedangkan di Cold Storage daging mampu bertahan sampai dua tahun.
2.7.3.1 Proses Pembekuan Pada Cold Storage
Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan tersebut menjadi es.Proses tersebut terbagi atas 3 tahapanyaitu:
1. Tahap pertama suhu menurun dengan cepat sampai 0 C yaitu titik beku air.
2. Tahap kedua suhu turun perlahan-lahan untuk merubah air menjad kristal- kristal es.Tahap ini sering disebut periode ”thermal arrest”.
3. Tahap ketiga suhu kembali turun dengan cepat ketika kira-kira 55 air telahmenjadi es.Pada tahap ini sebagian besar atau hampir seluruh air
membeku. Berdasarkan panjang pendeknya waktu thermal arrest ini pembekuan
dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Pembekuan lambat slow freezing, yaitu bila thermal arrest time lebih dari 2
jam. 2. Pembekuan cepat quick freezing, yaitu pembekuan dengan thermal arrest
time tidak lebih dari 2jam. Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan dapat berbeda-beda
ukurannya tergantung pada kecepatan pembekuan. Pembekuan cepat menghasilkan kristal-kristal yang kecil-kecil di dalam jaringan daging ikan. Jika
dicairkan kembali, kristal-kristal yang mencair diserap kembali oleh daging dan hanya sejumlah kecil yang lolos keluar sebagai drip.
2.7.3.2 Spesifikasi Mesin dan Fasilitas pada Cold Storage
Spesifikasi mesin cold storage yang dimiliki perusahaan sebagai berikut: Merk Panel Insulation: Koronka
Dimensi : 17.800 x 8.000 x 4.000 mm
Merk Mesin : Bitzer
Type : Semi Hermatic 4B3604PL-2NU-Y
Tegangan : 230 Volt
Tenaga : 20Hp
Berat : 342 kg
Jumlah : 4 Unit
Gambar 2.5Mesin Cold Storage
Sedangkan peralatan yang ada di dalam cold storage antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.6 Peralatan di Dalam Cold Storage
No. Peralatan Fungsi
Unit Spesifikasi
Gambar
1 Lemari
rak tempat penyusunan
produk-produk jadi. 4
Ukuran medium
duty
2 Hand
pallet alat material
handling produk jadi dari departemen
produksi menuju cold storage
6 Ukuran
standar
3 Pallet
media alas dari produk ketika
diangkut dengan hand pallet.
50 Ukuran
standar
2.8 Utilitas
Utilitas merupakanunit penunjang bagi unit-unit yang lain dalam suatu pabrik atau sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal
sampai produk akhir terutama pada perusahan manufaktur. Sesuai dengan istilahnya, fungsi sarana penunjang ini adalah mendukung dan membantu
kelancaran proses produksi serta mempermudah jalannya kegiatan manufaktur. Utilitasi yang digunakan pada PT Charoen Pokphand Indonesia adalah:
1 Sumber Air
Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi, kapasitas air yang digunakan untuk keseluruhan proses produksi adalah
300m
3
, Kegunaan air di perusahaan adalah : a Keperluan proses produksi
b Keperluan laboratorium c Keperluan mesinboiler
d Keperluan karyawan e Keperluan injeksi kondensor
f Sebagai zat pendingin dan pembersih Sumber air yang digunakan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Medan
semuanya berasal dari air tanah. Air tanah tersebut dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sehingga kualitasnya sama dengan air minum.
2 Uap Steam
Uap adalah salah satu unit pendukung di bagian produksi, yaitu digunakan pada proses pemasakan sosis di smoke house. Uap yang digunakan dihasilkan
dari mesin steamboiler. Di PT Charoen Pokphand Indonesia Medan terdapat 1 unit steam boiler dengan kapasitas 2 tonjam.
3 Pemanas Minyak Goreng
Pada proses penggorengan nugget digunakan sumber panas yang dihasilkan dari mesin Thermal Oil Boiler. Di PT Charoen Pokphand Indonesia Medan
terdapat 1 unit Thermal Oil Boiler dimana tabung boiler diproduksi di bengkel lokal sedangkan burner diimpor dengan spesifikasi burner sebagai
berikut: Merk Burner
: Riello Tipe
: 618 M Model
: ENNEEMME 1400 Bahan bakar
: Solar
4 Sumber Listrik
Dalam memenuhi pasokan listik untuk seluruh kegiatan yang berlangsung, PT Charoen Pokphand Indonesia Medan mendapat pasokan listrik dari
Perusahaan Listrik Negara PLN. Hal ini disebabkan karena mereka masih belum bisa membangun unit pembangkit listrik sendiri. Selain itu agar
kegiatan produksi tetap bisa berjalan ketika tidak ada pasokan listrik dari PLN, PT Charoen Pokphand Indonesia Medan menggunakan genset sebagai
sumber listrik cadangan. Pada PT Charoen Pokphand Indonesia Medan digunakan genset PRIME yang
menghasilkan 1825 KVA.
2.9 Safety and Fire Protection