Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

40 1 Penebangan pohon di hutan secara berlebihan yang mengakibatkan hutan menjadi gundul, 2 Pembakaran hutan yang mengakibatkan hutan menjadi rusak, 3 Membiarkan lahan kosong tidak ditanami dengan tumbuhan, 4 Menggunakan air secara berlebihan untuk kegiatan sehari-hari, 5 Mengubah daerah resapan air menjadi bangunan-bangunan,

2.2.11.4 Menghemat Air

Penghematan air merupakan salah satu usaha yang dapat kita lakukan agar air yang digunakan dapat sesuai dengan kebutuhan hidup. Pada saat mandi, mencuci, menggosok gigi, dan kegiatan lainnya yang menggunakan air harus digunakan secara hemat. Dengan menghemat air, kita turut berperan dalam memelihara salah satu sumber kehidupan kita. Tindakan penghematan air dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: 1 Menutup kran setelah menggunakannya, 2 Memanfaatkan air bekas cucian beras atau tanaman untuk menyiram tanaman, 3 Tidak mencuci kendaraan setiap hari, 4 Menggunakan air seperlunya, tidak berlebihan.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris di atas, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu keefektifan metode eksperimen terhadap hasil belajar dan aktivitas peserta didik pada materi Daur Air yaitu sebagai berikut: 41 Peserta didik usia sekolah dasar 7-11 tahun berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Pada tahap ini, anak mampu mengopersionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret Piaget dalam Rifa’i 2009: 29. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus disajikan secara konkrit sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami konsep materi yang disampaikan guru. Selain itu, sebelum melaksanakan pembelajaran seharusnya guru juga merencanakan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan sistematis dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pembelajaran IPA menyajikan materi-materi yang berkaitan dengan lingkungan alam sekitar. Selain itu, pada pembelajaran IPA menuntut keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru hendaknya memberikan materi sesuai dengan kenyataan yang disajikan melalui metode dan media yang menarik bagi peserta didik dan mengaktifkan peserta didik. Keberhasilan belajar peserta didik pada pembelajaran IPA ditentukan oleh banyak faktor baik dari guru maupun dari peserta didik. Salah satu cara atau alternatif yang seharusnya diperhatikan oleh guru adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi pelajaran, agar materi yang diberikan lebih jelas dan mudah diterima serta dipahami oleh peserta didik adalah penggunaan metode eksperimen dengan media alat sederhana sebagai alat bantu pembelajaran. Agar diperoleh pemahaman yang memadai, peserta didik harus banyak dilibatkan aktif 42 dalam proses belajar mengajarnya dengan lebih mengaktifkan peserta didik, dan guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar. Namun selama ini, proses pembelajaran yang dilakukan masih menerapkan metode ceramah yang merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung ke peserta didik. Metode ceramah ini tidak disertai dengan peragaan, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Dengan demikian, dalam penelitian ini akan diterapkan metode eksperimen pada pembelajaran Daur Air di kelas eksperimen dan metode ceramah pada pembelajaran Daur Air di kelas kontrol. Kemudian hasil belajar dan aktivitas peserta didik antara kedua kelas tersebut dibandingkan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keefektifan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA khususnya untuk materi Daur Air. Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur pemikirannya yaitu sebagai berikut: Bagan 2.1. Kerangka Berpikir Anak usia SD Tahap perkembangan Operasional Konkrit Pembelajaran IPA Metode Ceramah Metode Eksperimen Efektif Kondisi di lapangan 43

2.4 Hipotesis