awal pembelajaran guru masih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena siswa terbiasa menerima informasi
dari guru. Sehingga pada pertemuan awal aktivitas kelas belum dapat dikondisikan dengan baik. Keaktifan siswa hanya terlihat pada siswa
tertentu saja. Pada pertemuan ini, keaktifan siswa didominasi oleh beberapa siswa yang pandai saja. Siswa yang kurang pandai merasa
bingung selama pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan berikutnya, aktivitas kelas sudah dapat
dikondisikan dengan baik. Siswa mulai menanyakan skor sementara kelompok masing-masing. Ada siswa yang tidak sabar dimulainya
turnamen. Pada saat mengerjakan lembar kerja siswa LKS, ada beberapa siswa yang masih banyak salah jawab karena tingkat
pemahaman saat membaca sebelum turnamen masi rendah. Oleh karena itu guru membantu siswa memberikan bimbingan dan arahan terkait
dengan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan sudah ada beberapa siswa tidak malu untuk bertanya kepada guru mengenai alur
dari peristiwa yang terjadi. Pertemuan selanjutnya sampai dengan pertemuan terakhir, siswa
sudah mulai terbiasa dengan learning tournament. Siswa terlihat lebih antusias dengan pembelajarannya dan terlihat lebih aktif dari pertemuan
sebelumnya. Sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan menunjukan peningkatan pada pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan
adanya hasil yang baik pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa LKS.
Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Siswa hanya menerima semua penjelasan dari guru dan
mencatat materi yang telah diberikan oleh guru. Dan terkadang juga ada beberapa siswa yang bertanya, namun lebih banyak siswa yang pasif
selama pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang mengobrol dengan temannya, tidak jarang siswa yang mengantuk saat mendengar penjelasan
dari guru, ada juga siswa yang bercanda dengan teman sebanngkunya dan
masih banyak lagi aktivitas saat guru memberikan penjelasan, sehingga proses belajar mengajarnya juga tidak dapat terkondisikan dengan baik
dan menyebabkan hasil belajar pada kelas kontrol tidak dapat maksimal.
b. Pengaruh Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
kooperatif tipe learning tournament terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V MI Darul Muqinin. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen sebesar 85,28 dan posttest kelas kontrol sebesar 51,67.
Perbedaan hasil belajar yang terjadi antara kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan efek dari perlakuan.
Hal tersebut terjadi karena perbedaan perlakuan guru di dalam kelas eksperimen maupun kontrol. Di dalam kelas eksperimen guru
memberikan perlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe learning tournament sedangkan pada kelas kontrol guru hanya
menggunakan metode konvensional. Hal ini membuktikan bahwa memilih model kooperatif tipe
learning tournament untuk mengatasi masalah hasil belajar IPS sangatlah tepat. Selain learning tournament menjadikan siswa lebih aktif, learning
tournament adalah salah satu cara terbaik untukmengembangkan memberikan tugas belajar yang diberikan secaraberkelompok kecil
peserta didik. Dukungan sejawat, keragaman pandangan,pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar dengan carabekerjasama satu
bagian yang berharga untuk iklim belajar dikelas.
1
Pembelajaran dengan menggunakan learning tournamentdilakukan dengan permainan yang bersifat kompetisi tim dengan masing-masing
kelompok yang telah ditentukan secara kerja sama. Kompetisi
1
Melvin L Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, h. 170.
diwujudkan dalam bentuk persaingan kelompok serta individu. Kompetisi dilakukan dengan cara bekerjasama dengan kelompok
kemudian bersaing dengan kelompok lain sehingga hal tersebut dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mendapatkan hasil
yang bagus untuk nama baik kelompok dengan berusaha menjawab setiap LKS turnamen dengan baik dan benar saat dijumlahkan maka
kelompok mereka akan mendapat nilai yang tinggi. Keadaan seperti itu otomatis mengurangi kejenuhan siswa serta munculnya kegiatan-kegiatan
yang tidak diinginkan terjadi saat belajar-mengajar berlangsung seperti ngobrol, ngantuk, becanda dll.
Keunggulan lain adalah memaksimalkan partisipasi siswa. Learning tournamentmemberikan kesempatan pada setiap siswa untuk
menunjukan partisipasi kepada orang lain. Hal ini juga berdasarkan penelitian terdahulu bahwa menurut
Siti Nurjanah
bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen
belajar lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.
2
Selain itu menurut Miar Muslimah bahwa meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas 5 pada
materi fpb dan kpk melalui metode learning tournament berangsur- angsur mampu membuat seluruh siswa mencapai nilai KKM dengan
persentase 100.
3
Hal ini didukung juga dengan hasil wawancara lima orang siswa yang menyatakan bahwa siswa senang belajar IPS dengan
menggunakan Learning Tournament. Karena merupakan penyegaran bagi siswa, yang selama ini belajar IPS sangat membuat bosan dan
ngantuk. Selain itu siswa menjadi lebih antusias dalam mempelajari materi IPS dan memahami konsepnya agar sewaktu ada turmanen mereka
mampu mengerjakan LKS dengan baik. Bagi siswa belajar menggunakan
2
Siti Nurjanah, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar Learning Tournament
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV MIN Parung”, Skripsi pada strat Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, dipublikasikan
3
Miar Muslimah, “Judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas 5 Pada Materi FPB dan KPK Melalui Metode Learning Tournament
”, Skripsi pada strat Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, dipublikasikan.