48 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam
mengarang yang dinilai adalah content isi, gagasan yang dikemukakan yang selanjutnya diikuti dengan form organisasi isi, grammar tata bahasa dan
pola kalimat, style gaya: pilihan struktur dan kosa kata, dan mechanics ejaan organisasi isi. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk
unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang lain. Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada pendapat Burhan Nurgiyantoro 2010: 441-442 yang paparan lengkapnya dapat dilihat di lampiran 1 hal 152.
F. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Piaget Paul Suparno, 2001: 24-24 mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahapan, yaitu 1 tahap
sensorimotor 0-2 tahun, 2 tahap praoperasional 2-7 tahun, 3 tahap operasional konkret 7-11 tahun, dan 4 tahap operasional formal 12-15
tahun. Periode sensori motor, anak memanipulasi objek di lingkungannya dan mulai membentuk konsep. Periode praoperasional, anak memahami
pikiran simbolik, tetapi belum dapat berfikir logis. Periode operasional konkret, anak dapat berfikir logis mengenai benda-benda kongkrit. Sedangkan
Paul Suparno 2006: 70 menjelaskan bahwa tahap operasional konkret ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan segala hal yang terlihat
nyata atau konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang- barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
49 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas V SD berada
pada tahap operasional konkret 7-11 tahun. Siswa sudah berpikir logis pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan media komik yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi.
Penggunaan media komik dapat membantu siswa untuk berfikir secara logis mengenai benda-benda konkret melalui gambar-gambar yang ada dan
meminimalisir menafsirkan hal-hal yang bersifat abstrak.
G. Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi Menggunakan Media Komik
Media komik merupakan salah satu sarana yang membantu siswa untuk menulis narasi. Melalui media komik, siswa dapat merangsang idegagasannya
yang kemudian dikemukakan dalam tulisan narasi yang utuh. Selain itu, media komik dapat menarik perhatian siswa. Gorys Keraf 2004: 38 menyatakan
bahwa tahapan menulis meliputi: a pramenulis, b penulisan draft, c revisi, d penyuntingan, e publikasi atau pembahasaan. Sabarti Akhadiah 1996: 105-
110 menuliskan langkah-langkah menulis karangan secara umum, antara lain: pemilihan sumber topik, membuat judul, menentukan tujuan penulisan
menentukan bahan penulisan dan membuat kerangka karangan. Langkah- langkah pembelajaran menulis narasi menggunakan media komik dalam
penelitian ini menyederhanakan dan memodifikasi pendapat Gorys Keraf dan Sabarti Akhadiah
yang telah disebutkan di atas. Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
50 1 Persiapan. Membaca media komik, mengisi mind map unsur-unsur narasi,
dan kerangka alur tulisan. 2 Draft kasar. Mengembangkan gagasan dengan menulis berdasarkan mind
map unsur-unsur narasi dan kerangka alur tulisan tentang cerita dalam media komik.
3 Perbaikan revisi. Memperbaiki dan mengoreksi hasil tulisan narasi teman.
4 Penyuntingan editing. Memperbaiki kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca dengan menuliskan kembali hasil tulisan narasi tersebut.
5 Publikasi. Membacakan hasil tulisan narasi yang sudah direvisi teman dengan kunjung kelompok.
H. Kajian Penelitian yang Relevan