3.1.2 Bahan-bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya muda Carica papaya L. Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini kecuali
dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis produksi Sigma 1,1 – diphenyl – 2- picrylhydrazyl DPPH, produksi E-Merck: asam klorida pekat, asam sulfat pekat,
asam asetat anhidrida, asam nitrat pekat, bismuth III nitrat, metanol, toluen, raksa II klorida, kalium iodida, besi III klorida, timbal II asetat, kloralhidrat,
kloroform, isopropanol, natrium hidroksida, amil alkohol, α-naftol, iodida, n- heksana, etanol teknis hasil destilasi, serbuk zink, vitamin C, polivinil alkohol
PVA, carbomer 940, sodium lauril sulfat, gliserin, air suling, metil paraben.
3.2 Sukarelawan
Pemilihan sukarelawan berdasarkan kriteria inklusi antara lain wanita berusia antara 20 - 30 tahun, memiliki pola hidup sehat tidak dalam kondisi
tegang, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol dan nikotin. Sukarelawan memiliki tanda-tanda penuaan dini, tidak sedang menderita
dermatitis, serta tidak menderita penyakit kronis. Sukarelawan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan uji efektifitas
sediaan sebagai anti-aging selama penelitian berlangsung, serta bersedia mengisi dan menandatangani surat pernyataan informed consent yang telah disediakan.
Sedangkan kriteria eksklusi meliputi wanita dengan kelainan kulit pada daerah uji seperti luka dan penyakit kulit lainnya tidak dapat dimasukkan dalam
penelitian. Selain itu, wanita dengan riwayat alergi terhadap salah satu zat yang terdapat dalam sediaan juga tidak dapat dimasukkan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Sampel Tumbuhan 3.3.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah daun pepaya yang diambil dari Jalan KL Yos Sudarso K.M. 11.3, Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli, Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2 Identifikasi sampel
Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor.
Hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1.
3.3.3 Pengolahan sampel
Daun pepaya muda segar dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat, dicuci dengan air sampai bersih, ditiriskan, lalu ditimbang berat seluruhnya
sebagai berat basah. Kemudian daun pepaya dikeringkan di lemari pengering dengan suhu ± 40°C sampai kering kadar air 10. Setelah kering, daun
pepaya diserbuk dengan menggunakan blender dan ditimbang berat serbuk sebagai berat kering. Serbuk simplisia sebelum digunakan disimpan dalam wadah
plastik terlindung dari cahaya matahari.
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Besi III klorida
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml.
3.4.2 Larutan HCl 2N
Sebanyak 17 ml HCl pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Timbal II asetat 0,4 M
Timbal II asetat sebanyak 15,17 g dilarutkan dalam air suling bebas CO
2
hingga 100 ml.
3.4.4 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodide lalu
dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml.
3.4.5 Pereaksi Molish
Sebanyak 3 g α– naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml.
3.4.6 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismut nitrat dilarutkan dalam asam nitrat pekat 20 ml kemudian dicampurkan dengan larutan kalium iodide sebanyak 27,2 g dalam 50
ml air suling. Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml.
3.4.7 Larutan kloralhidrat 70
Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling Ditjen POM, 1979.
3.4.8 Larutan pereaksi asam sulfat 2N
Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga diperoleh 100 ml.
3.4.9 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam air suling secukupnya, ditambahkan 2 g iodida sedikit demi sedikit cukupkan dengan air suling.
Universitas Sumatera Utara
3.4.10 Pereaksi Liebermann–Burchard
Dicampur secara perlahan 5 ml asam asetat anhidrit dengan 5 ml asam sulfat pekat tambahkan etanol hingga 50 ml Merck, 1978.
3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, pemeriksaan kadar abu yang tidak
larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, dan penetapan kadar sari yang larut dalam air Depkes RI, 1995; WHO, 1998.
3.5.1 Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap simplisia meliputi bentuk, bau, warna, rasa dan ukuran. Hasil dapat dilihat pada lampiran 3.
3.5.2 Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun pepaya. Serbuk simplisia diletakkan pada kaca objek yang berbeda yang telah
ditetesi larutan kloralhidrat kemudian ditutup dengan kaca penutup, dipanaskan, dan diamati di bawah mikroskop. Hasil dapat dilihat pada lampiran 4.
3.5.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi destilasi toluene. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
penyambung, dan tabung penerima 10 ml.
3.5.3.1 Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 ml toluena dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
Universitas Sumatera Utara
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml volume I.
3.5.3.2 Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia daun pepaya yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluena mulai mendidih, destilasi dengan kecepatan 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air terdestilasi. Kecepatan destilasi ditingkatkan hingga 4
tetes tiap detik, setelah 2 jam didestilasi semua air terdestilasi bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan
selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml volume II, setelah air dan
toluena memisah sempurna. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung
dalam persen WHO, 1998. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10.
3.5.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia daun pepaya yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform 2,5 ml kloroform
dalam air suling 1000 ml dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara Depkes RI, 1995. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air dapat dilihat pada lampiran 10.
Universitas Sumatera Utara
3.5.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia daun pepaya yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil
dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal
berdasar rata yang telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan Depkes RI, 1995. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dapat dilihat pada lampiran 10.
3.5.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia daun pepaya yang telah ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara,
kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600
o
C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara Depkes RI, 1995. Perhitungan penetapan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 10.
3.5.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu didinginkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan
ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia, meliputi golongan alkaloida, flavonoida,
glikosida, saponin, tanin, dan steroidatriterpenoida.
3.6.1 Pemeriksaan alkaloida
Serbuk simplisia diitimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat.
Pada masing-masing tabung reaksi: a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer
b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff
Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas Depkes RI, 1995.
3.6.2 Pemeriksaan flavonoida
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, dan disaring dalam keadaan panas. Diambil 5 ml filtrat,
ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat, dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna
merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol Farnsworth, 1966.
3.6.3 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 95 dengan air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks
Universitas Sumatera Utara
selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu
disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada
temperatur tidak lebih dari 50
o
C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukan
dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Secara perlahan ditambahkan 2 ml asam sulfat
pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Depkes RI, 1995.
3.6.4 Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida
2N menunjukkan adanya saponin Depkes RI, 1995.
3.6.5 Pemeriksaan tanin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam 100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-
2 tetes peraksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.
3.6.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia yang telah ditimbang dimaserasi dengan 20 ml n- heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap.
Universitas Sumatera Utara
Pada sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah,
merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoida Harborne, 1987.
3.7 Pembuatan ekstrak etanol
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80. Sebanyak 400 g serbuk simplisia daun pepaya dimasukkan dalam
wadah kaca berwarna gelap, kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 80 sampai seluruh serbuk terendam, ditutup dan disimpan pada suhu kamar selama 5
hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian disaring sehingga didapat maserat. Ampas dimaserasi kembali dengan etanol 80 selama 2 hari
menggunakan prosedur yang sama. Seluruh maserat digabung, diserkai, dan dienap tuangkan. Dipekatkan dengan rotary evaporator pada temperatur 40 - 50
C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer.
3.8 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman DPPH 3.8.1 Prinsip metode penangkapan radikal bebas DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam DPPH 1,1 – diphenyl- 2- picrylhydrazyl sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi
peredaman warna ungu DPPH dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk
menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut Sihombing, 2009.
3.8.2 Pembuatan larutan induk DPPH 0.5 mM
Sebanyak 19.7 mg DPPH ditimbang, kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 100 ml dengan metanol, lalu volumenya dicukupkan dengan metanol
Universitas Sumatera Utara
sampai garis tanda konsentrasi 200 ppm. Larutan dijaga pada suhu rendah, terlindung dari cahaya untuk segera digunakan Molyneux, 2004.
3.8.3 Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya
dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 ppm.
3.8.4 Penetapan panjang gelombang maksimum DPPH
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya
pada panjang gelombang 400 – 750 nm Solomons, et al., 2013. 3.8.5 Pembuatan larutan induk sampel
Sebanyak 25 mg ekstrak etanol daun pepaya ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan
dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 1000 ppm.
3.8.6 Pembuatan larutan uji sampel
Larutan induk dipipet sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 3,75 ml; 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi 50,
100, 150 dan 200 ppm, kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM untuk mendapatkan konsentrasi DPPH
40 ppm lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer setelah 60 menit.
3.8.7 Pembuatan larutan induk vitamin C
Sebanyak 25 mg vitamin C ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 50 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol
sampai garis tanda konsentrasi 500 ppm.
Universitas Sumatera Utara
3.8.8 Pembuatan larutan uji vitamin C
Larutan induk dipipet sebanyak 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan
konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM untuk mendapatkan
konsentrasi DPPH 40 ppm lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer
setelah 60 menit. Larutan uji vitamin C digunakan sebagai pembanding.
3.8.9 Penentuan persen peredaman
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan larutan uji. Persentase
peredaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Peredaman =
1 −
A sampel A kontrol
x
100 Keterangan : A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
A sampel = Absorbansi sampel
3.8.10 Penentuan nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji µgml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu meredam
proses oksidasi DPPH sebesar 50. Nilai 0 berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu
dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan
konsentrasi ekstrak µgml sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman dari antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y.
Universitas Sumatera Utara
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 µgml , kuat untuk IC
50
bernilai 50 µgml – 100 µgml, medium jika IC
50
bernilai 100 µgml – 150 µgml, dan lemah jika IC
50
bernilai 151 µgml – 200 µgml Mardawati, 2008.
3.9 Formulasi Sediaan Gel 3.9.1 Formula standar masker gel Rieger, 2000
R Polivinil alkohol
5-10 Humektan
~10 Surfaktan
2-5 Alkohol
~30 pH Buffer
4-7 Pengawet
q.s Parfum
q.s Pewarna
q.s Air suling
add 100
3.9.2 Rancangan formula basis masker gel
R Polivinil alkohol
10 Carbomer 940
0,25 Gliserin
10 Natrium lauril sulfat
2 Etanol
20 Metil paraben
0,2 Parfum
0,1 Air suling
ad 100
Universitas Sumatera Utara
Cara pembuatan : Polivinil alkohol ditambahkan air suling, kemudian dipanaskan di atas
penangas air pada suhu ±80 C hingga mengembang sempurna, lalu diaduk.
Karbomer 940 dikembangkan dalam air panas hingga mengembang sempurna kemudian ditambahkan ke dalam fase polivinil alkohol, diikuti dengan gliserin,
metil paraben, dan natrium lauril sulfat yang telah dilarutkan dalam air panas, diaduk hingga homogen lalu dibiarkan hingga dingin. Kemudian ditambahkan
etanol 96 dan diaduk homogen, dicukupkan dengan air suling hingga 100 g.
3.9.3 Formulasi sediaan masker gel
Masker gel dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya. Masing-masing masker gel mengandung ekstrak
etanol daun pepaya dengan konsentrasi yang bervariasi yang ditentukan berdasarkan IC
100
dalam komposisi basis yang sama. Sebagai blanko digunakan masker gel tanpa ekstrak daun pepaya. Formula sediaan masker gel dapat dilihat
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Formula sediaan masker gel
BAHAN KONSENTRASI
F0 F1
F2 F3
F4 Ekstrak etanol daun
pepaya Basis masker gel
- 1xIC
100
0,020 3xIC
100
0,059 6xIC
100
0,119 9xIC
100
0.178 Ad 100
Ad 100 Ad 100
Ad 100 Ad 100
Cara pembuatan : Ekstrak etanol daun pepaya ditimbang 0,020 g; 0,059 g; 0,119 g; 0,178 g,
kemudian ditambahkan ke dalam basis masker gel, digerus hingga homogen. Dicukupkan dengan basis masker gel hingga 100 g dan diaduk hingga homogen.
Universitas Sumatera Utara
3.10 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.10.1 Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979. 3.10.2 Pengamatan organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, perubahan warna dan bau dari sediaan masker gel yang diamati secara visual.
3.10.3 Pengukuran pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH
7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2003.
3.10.4 Pengujian waktu sediaan mengering
Sebanyak 0,7 g sediaan dioleskan dan disebar di atas permukaan kaca dengan area seluas 5,0 x 2,5 cm hingga membentuk lapisan tipis seragam dengan
tebal kira-kira 1 mm, ini meniru pengaplikasian masker peel off pada wajah. Kaca yang telah diolesi sediaan dimasukkan kedalam oven pada suhu 36,5 ± 2 °C dan
sediaan dimonitor sampai proses pengeringan selesai Vieira, et al., 2009.
Universitas Sumatera Utara
3.10.5 Pengujian daya sebar
Sebanyak 1 gram sediaan gel diletakkan dengan hati-hati di atas kaca berukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain dan digunakan
pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram dan diukur diameternya setelah 1 menit Garg et al., 2002.
3.10.6 Pengukuran viskositas
Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield pada suhu ruang. Sebanyak 100 ml sediaan dimasukkan ke
dalam wadah, kemudian dimasukkan spindle sampai batas pencelupan dan dijalankan rotor. Kecepatan spindel diatur berturut-turut 2, 5, 10, 20 rpm
kemudian dibalik 20, 10, 5, 2 rpm. Dari masing-masing pengukuran dengan perbedaan rpm, skala dibaca ketika jarum merah yang bergerak telah stabil.
Viskositas η dalam centipoise cps diperoleh dari hasil perkalian dial reading dr dengan faktor koreksi f khusus untuk masing-masing kecepatan spindel.
3.10.7 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan pada penyimpanan suhu kamar selama 60 hari dengan interval waktu pengamatan setiap 15, 30, 45, 60 hari yang
meliputi perubahan warna, bau, pH, waktu sediaan mengering, daya sebar, dan viskositas Basha, et al., 2011.
3.11 Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Gel
Uji aktivitas antioksidan sediaan masker gel dilakukan pada awal pembuatan sediaan masker gel dan setelah penyimpanan pada suhu kamar selama
60 hari dengan menggunakan metode peredaman DPPH.
Universitas Sumatera Utara
3.11.1 Pembuatan larutan induk DPPH 0.5 mM
Sebanyak 19.7 mg DPPH ditimbang, kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 100 ml dengan metanol, lalu volumenya dicukupkan dengan metanol
sampai garis tanda konsentrasi 200 ppm. Larutan dijaga pada suhu rendah, terlindung dari cahaya untuk segera digunakan Molyneux, 2004.
3.11.2 Pembuatan larutan uji
Sampel sebanyak 1 g dilarutkan dalam metanol hingga 100 ml untuk membuat konsentrasi sebesar 10.000 ppm. Kemudian dipipet 5 ml dari larutan
10.000 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol hingga garis tanda sehingga didapat konsentrasi 1000 ppm. Selanjutnya dipipet
0,5 ml, 1 ml, 2 ml, dan 4 ml dari larutan 1000 ppm dan dimasukkan masing- masing konsentrasi ke dalam labu ukur 25 ml untuk membuat konsentrasi sebesar
20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm, kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM untuk mendapatkan
konsentrasi DPPH 40 ppm lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer
setelah 60 menit.
3.11.3 Uji peredaman radikal bebas terhadap DPPH
Serapan larutan uji diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm. Persentase peredaman dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: Peredaman =
1 −
A sampel A kontrol
x
100 Keterangan : A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
A sampel = Absorbansi sampel
Universitas Sumatera Utara
3.12 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker gel ekstrak etanol daun pepaya dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker gel yang dibuat dapat
menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau
penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit Ditjen POM, 1985.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka Open Test pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel
terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang
terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut Latifah dan Tranggono, 2007. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya
kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.
3.13 Pengujian Efektifitas Anti-aging