73
2. Uji Instrumen
a. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini adalah untuk validitas
instrumen penilaian hasil belajar. Validitas instrumen penilaian hasil belajar tersebut meliputi validitas isi
content validity dan validitas konstruksi
conctruct validity. Validitas isi content validity berkenaan dengan isi dan format instrumen, sedangkan validitas konstruksi
conctruct validity berkenaan dengan konstruksi atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen.
Untuk menguji validitas instrumen penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan konsultasi dengan para ahli
Experts Judgement yang sesuai dengan bidangnya, agar diperiksa dan dievaluasi secara
sistematis sehingga instrumen penelitian valid dan dapat menjaring data yang dibutuhkan. Uji validitas dilakukan dengan uji coba terpakai
artinya setelah dihitung indeks kesukaran dan daya pembedanya, yang tidak memenuhi kriteria tidak diikutkan dalam analisis. Berikut ini
merupakan rumus dan klasifikasi dari tingkat kesukaran dan daya pembeda:
1 Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran
difficulty index adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal Suharsimi
Arikunto, 2009: 210. Besarnya tingkat kesukaran antara 0,0 sampai dengan 1,0, dimana soal dengan tingkat kesukaran 0,0
74
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
Tabel 4. Klasifikasi dari Tingkat Kesukaran No
Tingkat Kesukaran Keterangan
1 Kurang dari 0,25
Sukar 2
0,26 – 0,75
Sedang 3
Lebih dari 0,76 Mudah
Berikut merupakan rumus untuk mencari tingkat kesukaran tes bentuk obyektif pilihan ganda:
TK = Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
Bu = jumlah testi pada kelompok unggul yang benar
Ba = jumlah testi pada kelompok asor yang benar
Nu=Na = jumlah testi pada kelompok unggulasor Biasanya diambil: Nu = Na = 27 x N
N = Jumlah seluruh testi
75
Berikut ini adalah hasil perhitungan tngkat kesulitan pada soal: Tabel 5. Perhitungan Tingkat Kesukaran
Soal Tingkat
Kesukaran p
Kategori Soal
Tingkat Kesukaran
p Kategori
1 1,50
mudah 21
0,25 sukar
2 1,00
mudah 22
0,75 mudah
3 0,75
mudah 23
0,75 mudah
4 0,75
mudah 24
0,38 sedang
5 0,38
sedang 25
1,25 mudah
6 0,63
sedang 26
0,50 sedang
7 1,13
mudah 27
1,00 mudah
8 0,50
sedang 28
0,75 mudah
9 1,25
mudah 29
0,75 mudah
10 1,25
mudah 30
0,75 mudah
11 0,88
mudah 31
1,00 mudah
12 0,75
mudah 32
1,00 mudah
13 0,63
sedang 33
1,00 mudah
14 0,38
sedang 34
0,38 sedang
15 1,00
mudah 35
0,63 sedang
16 1,00
mudah 36
1,25 mudah
17 0,88
mudah 37
0,63 sedang
18 1,25
mudah 38
0,50 sedang
19 0,25
sukar 39
0,38 sedang
20 0,75
mudah 40
1,25 mudah
2 Daya Pembeda Daya
pembeda adalah
kemampuan soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai kelompok tinggi dan
siswa yang bodoh kelompok rendah Suharsimi Arikunto, 2009: 218. Daya pembeda harus diusahakan positif dan setinggi
mungkin. Butir soal yang mempunyai daya pembeda positif dan tinggi berarti butir tersebut dapat membedakan dengan baik siswa
kelompok atas dan bawah. Siswa kelompok atas adalah kelompok
76
siswa yang tergolong pandai atau mencapai skor total hasil belajar yang tinggi. Sedangkan siswa kelompok bawah adalah kelompok
siswa yang bodoh atau memperoleh skor total hasil belajar yang rendah.
Daya pembeda dapat ditentukan besarnya dengan rumus sabagai berikut:
DP =
Keterangan: DP
= daya pembeda Bu
= jumlah testi pada kelompok unggul yang benar Ba
= jumlah testi pada kelompok asor yang benar Nu=Na = jumlah testi pada kelompok unggulasor
Biasanya diambil: Nu = Na = 27 x N N = Jumlah seluruh testi
Klasifikasi dari daya pembeda suatu soal dipaparkan pada tabel di bawah. Dimana pada penelitian ini karena menggunakan
uji coba terpakai maka soal yang akan dianalisis adalah soal yang memiliki daya pembeda 0,4-1,00.
Tabel 6. Klasifikasi dari Daya Pembeda No
Daya Pembeda Keterangan
1 0,0
– 0,20 Buruk
2 0,20
– 0,40 Cukup
3 0,40
– 0,70 Baik
4 0,70
– 1,00 Sangat baik
77
Berikut ini adalah hasil perhitungan daya pembeda pada soal: Tabel 7. Perhitungan Daya Pembeda
Soal Daya
Pembeda D
Kategori Soal
Daya Pembeda
D Kategori
1 0,00
jelek 21
0,50 baik
2 0,50
baik 22
0,50 baik
3 0,50
baik 23
0,50 baik
4 0,50
baik 24
0,75 baik sekali
5 0,75
baik sekali 25
0,50 baik
6 0,25
cukup 26
0,00 jelek
7 0,75
baik sekali 27
1,00 baik sekali
8 0,50
baik 28
1,50 baik sekali
9 0,00
jelek 29
0,50 baik
10 0,00
jelek 30
0,50 baik
11 0,75
baik sekali 31
0,50 baik
12 0,50
baik 32
0,50 baik
13 0,75
baik sekali 33
0,50 baik
14 0,75
baik sekali 34
0,75 baik sekali
15 0,50
baik 35
0,75 baik sekali
16 1,00
baik sekali 36
0,50 baik
17 0,75
baik sekali 37
1,25 baik sekali
18 0,50
baik 38
1,00 baik sekali
19 0,50
baik 39
0,75 baik sekali
20 0,50
baik 40
0,50 baik
Berdasarkan tingkat kesukaran dan daya pembeda, terdapat 5 soal yang tidak validadri 40 soal yaitu butir soal no. 1, 6,
9, 10 dan 26. Untuk lebih jelasnya tentang perhitungan uji validitas dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 202.
b. Uji Reabilitas Reliabilitas
instrumen menunjukkan
tingkat kestabilan,
konsistensi, keajegan dan atau keterandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Reabilitas menunjukkan
78
pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik Sugiyono, 2011: 183-187. Rumus yang digunakan untuk uji reliabelitas pada instrumen penelitian ini adalah
rumus KR-20, karena skor yang dihasilkan dari instrumen tes hasil belajar ini adalah skor dikotomi 1 dan 0. Rumus Kuder-Richardson
KR-20 sebagai berikut Sugiyono, 2011: 359:
Keterangan: = koefisien reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
= varians total p
= proporsi siswa yang menjawab benar q
= proporsi siswa yang menjawab salah q =1-p ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
Diketahui: = 13333
∑pq = 7,75 = 457
K = 35 N = 16
79
Jawab: -
- =
= = 17,496
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus KR-20, koefisien reabiloitas instrumen tes hasil belajar adalah 0,57.
Perhitungan reabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 202.
H. Teknik Analisis Data