14
2.1.2 Berpikir Kritis
Kurikulum berbasis kompetensi menjelaskan melalui pembelajaran mata pelajaran fisika dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif
dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah. Baik secara kualitatif mapun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri Yulianti Wiyanto, 2009: 53. Usaha seseorang untuk menuju kehidupan yang lebih
bermakna, tidak lepas dari proses. Berpikir merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasakan pada referensi
atau pertimbangan yang seksama Yulianti Wiyanto, 2009: 53. Menurut Nasution, sebagaimana dikutip oleh Yulianti Wiyanto 2009: 53, kemampuan
berpikir adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu memecahkan masalah taraf tingkat tinggi. Menerapkan mata pelajaran ke dalam
tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan ke dalam masalah yang mereka alami, siswa sedikit demi sedikit akan membangkitan kebiasaan berpikir
dengan baik, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain dengan tulus, berpikir sebelum bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti kuat, dan melatih
imajinasi Johnson, 2014: 182. Siswa harus mampu membedakan antara alasan yang baik dan alasan yang buruk dan membedakan kebenaran dari kebohongan.
Siswa harus mengetahui bagaimana berpikir dengan kritis dan kreatif. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
15
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan terorganisasi Johnson, 2014: 193. Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai: 1 suatu
sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; 2 pengetahuan tentang metode-
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; 3 semacam suatu ketrampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut keras untuk
memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan buktu pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya Fisher,
2009: 3. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Pemahaman membuat siswa mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup setiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu
kejadian. Mayer mengungkapkan strategi-strategi untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berpikir kritis sebagai berikut : Pertama,
Menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi pelajaran agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran sains, harus
seimbang antara sains sebagai produk penyajian fakta, konsep, prinsip, hukum dan sains sebagai proses keterampilan proses sains, seperti mengobsevasi
kejadian, merumuskan masalah, berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan mengontrol variabel. Kedua, Seimbangkan antara ceramah lecture dan diskusi
interaction, teori belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial dalam mengembangkan struktur mental yang baru. Ketiga, Ciptakan diskusi
kelas, G uru sebaiknya memulai presentasi dengan ”pertanyaan” Ajukan
16
pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana antisipasi dan inkuiri Sari, 2012: 27. Menurut Glaser kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan untuk: 1
mengenal masalah; 2 menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah; 3 mengumpulkan dan menyusun informasi yang
diperlukan; 4 mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan; 5 memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas; 6 menganalisis
data; 7 menilai fakta dan mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan; 8 mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah; 9 menarik kesimpulan-
kesimpulan dan persamaan-persamaan yang diperlukan; 10 menguji ksamaan- kesamaan dan kesimpuan-kesimpulan yang diambil seseorang; 11 menyusun
kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan 12 membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas
tertentu dalam kehisupan sehari-hari Fisher, 2009: 7. Ennis mengungkapkan bahwa, ada 12 indikator berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut: 1.
Memberikan penjelasan sederhana yang berisi : memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, dan bertanya serta menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau pernyataan. 2.
Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
17
3. Menyimpulkan
yang terdiri
dari kegiatan
mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, untuk sampai pada kesimpulan.
4. Memberikan penjelasan lanjut yang terdiri dari mengidentifikasi istilah-
istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri dari menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain Afrizon, 2012. Peneliti menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang
dikemukakan Ennis untuk dijadikan acuan penelitian. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan peneliti adalah: memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut dan, mengatur strategi dan teknik.
2.1.3 Pohon Masalah