Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning PBL Berbantuan Pohon Masalah

69 hidrostatis, bejana berhubungan, hukum Pascal, dan hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari. Siswa terlebih dahulu diberikan soal pretest untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mereka sebelum mendapat materi tentang tekanan zat cair.

4.2.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning PBL Berbantuan Pohon Masalah

Pembelajaran dengan model PBL berbantuan pohon masalah dilakukan pada kelompok eksperimen. Materi yang disampaikan adalah berkaitan dengan tekanan zat cair yang meliputi tekanan hidrostatis, bejana berhubungan, hukum Pascal, dan hukum Archimedes. Pembelajaran dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu 80 menit tiap pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari lima tahap yaitu a tahap orientasi; b tahap mengorganisasi siswa untuk belajar; c tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; d tahap membimbing, membangun, dan menyajikan hasil karya; e tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. a Tahap orientasi Pada tahap pertama yaitu mengorientasi siswa pada masalah. Tahap orientasi adalah langkah awal yang diberikan untuk membentuk kesan umum dan pemahaman global mengenai batas-batas ruang lingkup masalah. Guru memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas mendapat masalah maupun penyelesaian masalah. Setelah itu guru mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi yang dipelajari yaitu tekanan zat cair. 70 Pada tahap ini, siswa mencoba mengingat kembali materi yang sudah diperoleh sebelumnya untuk dapat membangun konsep yang akan dipelajari. b Tahap mengorganisasi siswa untuk belajar Pada tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen, masing-masing terdiri dari 3-4 orang, pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik yang diperoleh sebelumnya. Guru memberikan beberapa permasalahan, masing-masing kelompok memilih satu masalah yang telah disediakan. Masalah tersebut diselesaikan dengan membuat pohon masalah untuk menghubungkan sebab-akibat permasalahan pada lembar penyelesaian yang telah disediakan. Guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasi tugas yang berhubungan dengan penyelesaian masalah. Pada kegiatan berkelompok, siswa diarahkan untuk menemukan rumus atau konsep atau prinsip matematika yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Vygotsky bahwa pembelajaran harus menekankan siswa untuk belajar kelompok. Dengan demikian siswa dapat belajar saling membantu dengan teman kelompoknya dan dituntut untuk mengemukakan ide-idenya, melatih kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan masalah tentang penerapan tekanan zat cair dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan konsep materi sehingga terjadi diskusi atau dialog antar kelompok. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk aktif dalam menyelidiki konsep dan aktif menemukan konsep secara mandiri sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritisnya. 71 c Tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Pada tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individual atau kelompok, guru membimbing siswa selama proses diskusi kelompok berlangsung. Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah, memberikan motivasi dalam pemecahan masalah, mengarahkan dan memberikan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tidak mengalami kesulitan dalam penyusunan pohon masalah untuk penyelesaian masalah. Pada tahap ini guru memberikan bantuan kepada siswa secukupnya hanya pada saat mengalami kesulitan dan siswa berusaha menemukan sendiri pemecahan masalah yang mereka dapatkan. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Brunner yang menganjurkan pembelajaran dengan penemuan. Dengan demikian, siswa dapat melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang sesuai dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat melatih kemampuan berpikir kritis mereka. d Tahap membimbing, membangun, dan menyajikan hasil karya Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah diskusi kelompok dianggap cukup, beberapa kelompok menyajikan hasil kerja kelompok berupa pohon masalah yang telah diselesaikan, sementara itu kelompok yang tidak menyajikan ke depan mencermati dan memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan. Pada tahapan ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan meluruskan konsep apabila siswa mengalami kekeliruan. 72 e Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap akhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi secara bersama terhadap proses pemecahan masalah yang digunakan untuk membuat pohon masalah. Guru memberikan arahan dan penjelasan mengenai proses pemecahan yang digunakan, supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan memberikan soal pretest kemampuan berpikir kritis kepada siswa untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebelum mendapatkan materi dengan alokasi waktu 60 menit. Secara umum proses pembelajaran sudah sesuai dengan sintaks model PBL dan respon siswa sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang langsung maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di hadapan guru dan teman-teman. Siswa juga dapat berkonsentrasi penuh pada kelompoknya masing- masing membuat diskusi berjalan lancar. Pembelajaran dirasa belum optimal karena guru kesulitan mengorganisasikan waktu pembelajaran yang hanya tersisa 20 menit. Keterbatasan waktu membuat kegiatan diskusi tentang tekanan hidrostatis berlangsung singkat sehingga siswa kurang bisa mengasah lebih dalam kemampuan berpiki kritis mereka. Selain itu, ada juga siswa yang belum bisa menyesuaikan diri dengan kelompoknya untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Tidak sedikit anggota kelompok yang masih mengandalkan atau bergantung pada teman satu kelompoknya. 73 Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketiga sudah sesuai dengan sintaks model PBL. Awal pembelajaran siswa diberi motivasi dan apersepsi, selanjutnya siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan anggota kelompok masing-masing 3-4 siswa. Guru mempersiapkan permasalahan yang berhubungan dengan bejana berhubungan, hukum Pascal dan hukum Archimedes, kemudian masing-masing kelompok memilih salah satu permasalahan. Siswa melakukan penyelidikan ataupun mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan siswa dibimbing oleh guru untuk menyusun pohon masalah mereka. Siswa mampu menyesuaikan diri untuk dapat fokus dalam diskusi kelompoknya masing-masing sehingga situasi pembelajaran menjadi lebih kondusif. Proses diskusi digunakan siswa untuk saling bertukar pikiran, mengemukakan ide-ide mereka, melatih kemampuan berpikir kritis mereka untuk membuat bentuk pohon masalah sebagai hasil penyelesaian dari masalah yang mereka dapatkan. Pohon masalah dibuat dengan menghubungkan sebab-akibat suatu permasalahan. Aktivitas dan respon siswa juga baik. Siswa terlihat sangat antusias dan menikmati proses diskusi yang berlangsung karena siswa diberi kebebasan untuk menghias ataupun membuat bentuk pohon masalah sesuai dengan keinginan mereka. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil karya mereka dan kelompok lain menanggapi hasil pembahasannya. Guru memberikan arahan dan penjelasan mengenai hasil diskusi, supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi mereka. Siswa yang aktif diberi penghargaan ataupun pujian untuk menigkatkan semangat belajar mereka. Pada akhir proses 74 pembelajaran masing-masing kelompok menempelkan hasil karya mereka pada tempat yang disediakan yaitu mading kelas. Pertemuan keempat, siswa diberi kuis rebutan untuk mengulas materi yang telah diperoleh siswa pada pertemuan pertama sampai ketiga selama 20 menit. Kuis rebutan bertujuan agar siswa tidak jenuh dan semangat selama prosses pembelajaran berlangsung. Siswa dibagi menjadi empat kelompok kemudian guru memberikan pertanyaan, masing-masing kelompok berebut untuk menjawab pertanyaan. Kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar paling banyak adalah pemenangnya. Pada pertemuan keempat ini siswa diberi posttest kemampuan berpikir kritis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah menerima materi tekanan zat cair dengan alokasi waktu 60 menit.

4.3.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN QUESTION CARD PADA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP

5 36 197

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK

1 14 207

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN HANDOUT TERHADAP MATHEMATICS SELF EFFICACY DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DI SMP

0 12 242

EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN PETA KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA.

0 5 28

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pengantar Ak

0 3 16

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pengantar Akuntans

0 2 17

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif serta Disposisi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Problem Based Learning.

1 8 13

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 3 36

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH.

0 4 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA.

0 0 18