Data dan Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data dan Analisis

Tapak secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, dapat berupa bentukan alami maupun buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Tapak merupakan suatu sistem biofisik dan sosial yang keberadaannya dibentuk, dipengaruhi, dan dilestarikan oleh elemen- elemen pembentuk tapak. Aspek biofisik dibentuk oleh elemen pembentuk tapak terdiri dari iklim, tanah, topografi, satwa, hidrologi, sensuous quality, tata guna lahan, serta fasilitas dan utilitas. Sedangkan aspek sosial dibentuk oleh kependudukan, opini dan keinginan pengguna tapak. 4.1.1. Aspek Biofisik

4.1.1.1. Letak, Luas, dan Aksesibilitas

Secara administratif, Desa Situdaun berada dalam wilayah Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Barat, Propinsi Jawa Barat. Letak geografisnya berada pada 6 3603-6 3759 LS dan 106 4152-106 4259 BT. Letak tapak berbatasan dengan: Sebelah Utara : Desa Cihideung Udik Sebelah Selatan : Desa Gunung Malang Sebelah Timur : Sungai Cihideung, Desa Petir, Desa Purwasari Sebelah Barat : Sungai Cinangneng, Desa Cinangneng, Desa Cibitung Tengah Batas di sebelah timur dan barat tapak merupakan batas alami yang jelas, yaitu badan air Sungai Cihideung dan Cinangneng. Sedangkan batas sebelah utara dan selatan hanya berupa patok batas berdimensi kecil di sisi jalan sehingga sering luput dari pandangan dan tapak terkesan berbaur dengan area sekitarnya Gambar 4. Keberadaan gerbang penanda diperlukan sebagai penciri identitas dan informasi bagi pengunjung ketika memasuki tapak. Gerbang penanda dapat dibangun di batas sebelah utara, barat, dan selatan karena merupkan jalur keluar masuk pengguna tapak. Luas tapak sebesar 371,31 hektar; terdiri dari 6 kampung, yaitu Kampung Cikupa, Cikupacaringin, Pasiripis, Situdaun, Situdaunsemper, dan Babakan Situdaun; terbagi dalam 4 Rukun Warga RW dan 20 Rukun Tetangga RT. Letak tapak memang sangat strategis karena dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan Agroedutourism Kampus IPB Dramaga, Kampung Wisata Cinangneng, dan objek wisata Gunung Salak Endah. Bahkan dengan keberadaan beberapa objek wisata ini, dapat diciptakan sebuah alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu atau sebaliknya. Secara umum, tapak memiliki sumberdaya alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Tapak merupakan daerah penghasil padi, sayuran, dan ikan air tawar. Selain itu, tapak merupakan area yang sangat luas dengan bentang alam lahan pertanian dan perikanan dengan latar belakang Gunung Salak sehingga dapat mendukung berkembangnya tapak sebagai kawasan agrowisata. Lokasi tapak berjarak 15 km dari Kota Bogor dengan waktu tempuh selama 1 jam 15 menit; berjarak 2 km dari Kampus Institut Pertanian Bogor IPB Dramaga dengan waktu tempuh selama 20 menit asumsi pencapaian lokasi Gambar 4. Batas Tapak: Patok Batas Desa Cihideung Udik Kiri Atas; Patok Batas Desa Gunung Malang Kanan Atas; Sungai Cihideung Kiri Bawah; Sungai Cinangneng Kanan Bawah membentuk alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu. Dari arah Kampus IPB Dramaga lokasi dapat dicapai melalui dua jalur masuk terdekat menuju tapak, yaitu melalui Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng ke arah Desa Cihideung Udik Gambar 5. Kondisi jalan sampai Jalan Raya Dramaga berupa jalan arteri dengan lebar 6 m, sedangkan Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sampai ke jalan desa Cideung Udik berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m. Akses menuju tapak merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum maupun kendaraan pribadi roda dua dan empat. Akses ke dalam tapak dapat dilalui dari empat arah sebagai jalur masuk. Pertama dari arah utara jalan Desa Cihideung Udik, kedua dari arah selatan jalan Desa Gunung Malang, ketiga dari arah timur jalan Desa Purwasari, dan Gambar 5. Pencapaian Lokasi Studi Keterangan: : Jalan Arteri : Jalan Lokal Aspal 1 : Jalan Raya Dramaga 2 : Jalan Cibanteng Proyek 3 : Jalan Desa Cinangneng 4 : Jalan Desa Cihideung Udik 5 : Jalan Desa Cinangneng 6 : Jalan Desa Purwasari 7 : Jalan Desa Gunung Agroedutourism Kampus IPB Dramaga Kampung Wisata Desa Cinangneng Desa Situdaun Desa Gunung Malang Terminal Baranangsiang Kota Bogor Kebun Raya Bogor Terminal Bubulak Terminal Laladon Desa Cinangneng Desa Purwasari 1 2 3 4 5 6 7 Akses Menuju Tapak Akses ke dalam Tapak Gunung Salak Endah keempat dari arah barat jalan Desa Cinangneng. Kondisi jalan dari arah utara, selatan, dan barat berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m, sedangkan kondisi jalan dari arah timur berupa jalan tanah berbatu dengan lebar 3 m. Jalan di dalam tapak berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m, jalan yang diperkeras dan jalan tanah berbatu dengan lebar 3 m Gambar 6. Sirkulasi di dalam tapak berupa sirkulasi linear membentuk pola simpul dari arah utara ke selatan dengan beberapa percabangan jalan menyebar ke tepi tapak. Akses ke dalam dan di dalam tapak merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum maupun kendaraan pribadi roda dua dan empat, kecuali jalan tanah berbatu yang hanya dapat dilalui kenderaan roda dua. Kemudahan dalam pencapaian lokasi merupakan salah satu syarat dalam perencanaan agrowisata. Meskipun letak tapak yang cukup jauh dari pusat kota, namun dengan adanya fasilitas angkutan umum dan jalur jalan yang cukup baik, setidaknya mampu memberikan akses bagi pengunjung menuju tapak Gambar 7. Jalur jalan sampai ke Jalan Raya Dramaga biasa dilalui oleh kendaraan dengan intensitas penggunaan tinggi sehingga seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kondisi Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sebagai jalur masuk terdekat menuju tapak cukup sempit bagi kenderaan besar, penggunaan jalan berbaur, terdapat pangkalan ojek yang mengambil ruang badan jalan, padat pemukiman, di beberapa titik kondisinya berlubang dan tergenang, dan tanpa pedestrian Gambar 8. Kondisi yang hampir sama dengan jalan di dalam tapak, bahkan di area miring minim fasilitas pengaman sehingga beresiko bagi keselamatan dan keamanan serta kenyamanan pengguna tapak. Gambar 6. Jalan di dalam Tapak: Jalan Aspal Kiri; Jalan Diperkeras Kanan Untuk mempermudah akses menuju tapak, perlu dilakukan pengaturan akses masuk dan keluar yang dilengkapi dengan papan informasi dan penunjuk arah. Jalan Cibanteng Proyek dapat difungsikan sebagai jalur masuk menuju tapak, sedangkan jalan Desa Cinangneng sebagai jalur keluar menuju tapak. Sedangkan untuk akses ke dalam tapak juga perlu dilakukan pengaturan akses masuk dan keluar ke dalam tapak yang dilengkapi dengan gerbang penanda, papan nama, papan informasi dan penunjuk arah. Perbaikan fisik jalan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan, yaitu dengan perbaikan dan pelebaran badan jalan, membangun jalur pedestrian, menyediakan fasilitas pengaman berupa Gambar 8. Jalur Masuk Terdekat Menuju Tapak: Jalan Cibanteng Proyek Atas; Jalan Desa Cinangneng Bawah Gambar 7. Angkutan Umum Sebagai Moda Transportasi pada Tapak papan peringatan dan pembatas jalan, diperlukan meningkatkan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan pengguna tapak.

4.1.1.2. Iklim

Iklim suatu tempat merupakan keadaan setimbang sejumlah faktor-faktor tidak tetap pembentuk sistem iklim yang saling mempengaruhi satu sama lain Laurie, 1994. Iklim merupakan salah satu penentu kenyamanan di dalam perencanaan lanskap suatu tapak. Beberapa komponen pembentuk sistem iklim tersebut terdiri dari suhu, kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran. Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor. Data iklim lokasi studi berada pada elevasi 190 – 500 m dpl, dengan letak astronomis antara 6 3045 LS dan 106 45115 BT. Data iklim yang diperoleh adalah data iklim tahunan, dengan tahun pengukuran 2002-2006 Tabel 2. Tabel 2. Data Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga 2006 Berdasarkan data iklim tersebut diperoleh gambaran kondisi iklim Desa Situdaun 2002-2006, yaitu : - Suhu rata-rata tahunan : 25,8 o C - Kelembaban udara rata-rata tahunan : 84 - Curah hujan tahunan : 4.137 mmtahun - Jumlah hari hujan rata-rata tahunan : 248 hari Tahun 2002 - 2006 PARAMETER Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Suhu udara rata- rata C 25,5 25,3 25,9 26,2 26,2 25,7 25,7 25,7 25,8 26,2 26,1 25,8 Suhu udara maks. C 31,8 31,4 32,9 33,1 32,7 32,4 32,4 33 33,5 33,8 33,3 32,4 Suhu udara min. C 22,1 21,7 22,3 22,4 21,7 20,9 20,9 20,8 21,2 21,2 22,1 21,9 Kelembaban udara 88 89 86 86 84 83 81 78 78 80 85 87 Curah hujan mm 484 475 405 400 375 311 199 168 245 326 384 366 Hari hujan hari 25 27 25 25 20 16 15 11 15 17 25 27 Intensitas penyinaran 44 37 56 66 72 75 80 87 81 78 64 42 Kecepatan angin kmjam 2,4 2,4 2,4 2,2 1,9 1,8 1,8 2,4 2,5 2,3 2,0 2,2 - Intensitas peninaran matahari rata-rata tahunan : 65,1 - Kecepatan angin rata-rata tahunan : 2,2 kmjam Suhu rata-rata tahunan tapak adalah 25,8 C dengan fluktuasi suhu rata- rata minimum tahunan 25,3 C pada bulan Februari, dan suhu rata-rata maksimum tahunan 26,2 C pada bulan April, Mei, dan Oktober. Secara umum, kondisi suhu di dalam tapak dikategorikan ideal bagi penggunanya karena kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah antara 27–28 C Laurie, 1984. Namun di beberapa area di dalam tapak bersuhu tinggi pada siang hari, disebabkan karena banyaknya ruang terbuka hamparan sawah, kebun, dan kolam ikan dan kurangnya vegetasi peneduh. Suhu yang terlalu tinggi di dalam tapak dapat diatasi dengan menyediakan naungan berupa vegetasi maupun struktur bangunan. Kelembaban udara rata-rata tahunan pada tapak adalah 84 dengan fluktuasi kelembaban terendah 78 terjadi pada Bulan Agustus dan September, dan kelembaban tertinggi 89 pada bulan Februari. Kelembaban udara yang cukup tinggi ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi manusia untuk beraktivitas karena terhambatnya penguapan air dalam tubuh sehingga panas tubuh meningkat dan menimbulkan rasa cepat lelah. Keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal dan mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna tapak merasa nyaman, seperti memanfaatkan angin. Angin dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin Brooks, 1988. Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi vegetasi Gambar 9. Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk merubah kelembaban dan suhu adalah air. Air dapat memberikan dampak pada suhu udara yang panas melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada di sekitarnya. Menurut Laurie 1994, kisaran suhu dikategorikan nyaman bagi manusia untuk beraktivitas adalah 27 C-28 C, dengan kelembaban udara berkisar 40-75 . Nilai THI Temperature Humidity Indeks27 berarti iklim tersebut nyaman untuk daerah tropis. Indeks Kenyamanan manusia Temperature Humadity Index pada tapak dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi Kenyamanan, yaitu : THI = 0,8T+RH.T500, THI : Temperature Humadity Index , T : suhu udara, dan RH : kelembaban udara. Hasil perhitungan menunjukkan nilai THI pada tapak berkisar 24,7-25,4 Tabel 3. Hal ini mengindikasikan bahwa tapak dikategorikan nyaman bagi manusia untuk melakukan aktivitas comfort zone. Tabel 3. Nilai THI Desa Situdaun Bulan T C RH THI Januari 25.5 88 24.9 Februari 25.3 89 24.7 Maret 25.9 86 25.2 April 26.2 86 25.4 Mei 26.2 84 25.4 Juni 25.7 83 24.8 Juli 25.7 81 24.7 Agustus 25.7 78 24.5 September 25.8 78 24.6 Oktober 26.2 80 25.1 Nopember 26.1 85 25.3 Desember 25.8 87 25.1 Sumber: Perhitungan THI = 0,8T+RH.T500 Laurie, 1994 Curah hujan tahunan pada tapak adalah 4.137 mmtahun dengan fluktuasi curah hujan terendah 168 mm pada bulan Agustus, dan tertinggi 484 mm pada bulan Januari. Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 248 hari. Hari hujan terendah 11 hari terjadi pada bulan Agustus, dan tertinggi 27 hari pada bulan Februari dan Desember. Curah hujan yang tinggi merupakan potensi bagi suplai air tanah dan sumber ketersediaan air situ check dam, suplai air untuk budidaya pertanian dan Gambar 9. Pengaruh Vegetasi terhadap Perubahan Suhu Brooks,1988 Suhu Rata-Rata 2002-2006 25.0 25.2 25.4 25.6 25.8 26.0 26.2 26.4 J a n P e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s S e p O k t N o p D e s d e ra ja t c e lc iu s Suhu Rata-Rata Kelembaban Udara 2002-2006 75 80 85 90 95 J a n P e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s S e p O k t N o p D e s Kelembaban Udara Curah Hujan 2002-2006 100 200 300 400 500 600 J a n P e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s S e p O k t N o p D e s m m Curah Hujan Penyinaran Matahari 2002-2006 30 40 50 60 70 80 90 100 J a n P e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s S e p O k t N o p D e s Penyinaran Matahari Kecepatan Angin 2002-2006 1.5 2.0 2.5 3.0 J a n P e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s S e p O k t N o p D e s k m j a m Kecepatan Angin Gambar 10. Grafik Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga, 2006 perikanan, dan tumbuh berkembangnya vegetasi. Curah hujan yang tinggi juga dapat menimbulkan aliran air permukaan yang terkonsentrasi di badan jalan di area miring yang kondisi saluran drainasenya tidak berfungsi baik dan banyak ditumbuhi rumput sehingga jalan menjadi lebih licin. Hal ini berpotensi mengancam keselamatan dan keamanan pengguna tapak, seperti pada area di sebelah barat situ check dam dan bagian tenggara hingga selatan tapak. Solusi untuk menjamin keselamatan dan keamanan pengguna tapak adalah pembuatan dan pembenahan saluran drainase jalan dengan memperhatikan kemiringan lahan, penggunaan material dan konstruksi, pembersihan dan pemeliharaan saluran secara intensif, dan pemasangan rambu jalan. Untuk menjaga suplai air tanah dan ketersediaan air situ check dam perlu dilakukan upaya konservasi tanah dan air. Penggunaan material yang mempunyai daya serap tinggi dan tekstur permukaan yang sedikit kasar untuk memperbesar resapan air, dan pemilihan jenis vegetasi yang dapat menangkap air hujan, seperti tanaman conifer berdaun jarum yang mempunyai daya tangkap terhadap air hujan sebanyak 40 , dan tanaman berkanopi yang dapat mengurangi air hujan yang jatuh sebanyak 20 , serta tanaman dengan percabangan horisontal yang lebuh efektif menahan air hujan Grey dan Daneke, 1978. Eksisting area di sekitar situ check dam perlu dipertahankan karena memang disetting sebagai area tangkapan dan resapan air. Area ini didominasi oleh vegetasi hutan conifer, penutup tanah dan rumput, minim perkerasan, dan tersedianya sistem drainase berupa pintu air dan saluran air untuk irigasi sehingga aliran permukaan terkontrol. Intensitas penyinaran matahari rata-rata tahunan pada tapak adalah 65,1 dengan fluktuasi intensitas penyinaran terendah 37 pada bulan Februari, dan tertinggi 87 pada bulan Agustus. Intensitas penyinaran berpengaruh pada nilai suhu tapak, dan berpengaruh pada pertumbuhan vegetasi sehingga komponen pembentuk iklim ini perlu diperhatikan dalam proses perencanaan. Menurut Brooks 1988, untuk mengontrol sinar matahari dapat digunakan vegetasi, elemen arsitektur, dan tata letak bangunan Gambar 11. Vegetasi dapat menghasilkan bayangan dan dapat mengurangi radiasi matahari, baik secara langsung atau dipantulkan dari bangunan. Transmisi sinar matahari pada vegetasi dapat dilihat pada Gambar 12. Penggunaan vegetasi perdu, penutup tanah, dan rumput juga dapat digunakan untuk mengurangi pantulan sinar matahari pada permukaan tanah. Elemen arsitektur dapat mengurangi dan menghalangi sinar matahari dan membentuk bayangan pada ruang luar. Elemen arsitektur yang digunakan sebaiknya menggunakan warna yang tidak memantulkan sinar, seperti warna biru, abu-abu, atau coklat. Tata letak bangunan berorentasi timur-barat dapat mengurangi sinar matahari yang tinggi. Selain itu, komposisi bangunan tunggal ataupun kelompok dapat memunculkan bayangan yang teduh pula Brooks, 1988. Untuk mengurangi pantulan sinar ke dalam ruangan dapat digunakan selasar di muka bangunan. Bahan permukaan pada sebuah tapak mampu mempengaruhi banyaknya sinar matahari yang dipantulkan Gambar 13. Semakin terang dan halus permukaannya, semakin banyak cahaya matahari yang akan dipantulkan Brooks, 1988. Gambar 12. Transmisi Sinar Matahari pada Vegetasi Brooks,1988 Gambar 11. Pengontrolan Sinar Matahari pada Hardmaterial dan Softmaterial Brooks,1988 Kecepatan angin rata-rata tahunan pada tapak adalah 2,2 kmjam dengan fluktuasi kecepatan angin terendah 1,8 kmjam pada bulan Juni dan Juli, dan tertinggi 2,5 kmjam pada bulan September. Angin mempunyai peran penting dalam menciptakan kenyamanan bagi manusia. Pemanfaatan angin yang baik mempengaruhi kelembaban dan suhu. Angin dapat dimanfaatkan dengan menciptakan aliran udara yang baik, karena angin mampu membuang kelembaban melalui peyejukan, penguapan, dan konveksi. Menurut Brooks 1988, aliran angin dapat dikontrol dengan menggunakan vegetasi yang berfungsi dalam proses penghalangan obstruction, penyaringan filtration, dan pembelokan deflection Gambar 14. Gambar 13. Pemantulan Sinar Matahari pada berbagai Permukaan Brooks,1988 Gambar 14. Pengontrolan Angin dengan Vegetasi Brooks,1988 Penghalang an Pembelokan Penyaringan

4.1.1.3. Tanah

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Reconnaissance Soil Map skala 1 : 250.000 LPT Bogor, 2002, jenis tanah di Desa Situdaun adalah asosiasi latosol coklat di bagian utara dengan kedalaman efektif 90 cm K : dalam, dan regosol kelabu di bagian selatan tapak dengan kedalaman efektif 60-90 cm K 1 : sedang. Berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah 1983, tanah latosol adalah tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut menyebabkan terjadinya pencucian basa, bahan organik, dan Si. Tanah jenis ini berdasarkan sifat humusnya berupa latosol low humic dengan seri warna latosol coklat. Memiliki tekstur halus lempung dengan distribusi kadar liat tinggi ≥60 , struktur remah sampai gumpal, gembur, tidak mempunyai sifat vertik, drainase baik, tanah bereaksi agak masam dengan pH 5-7, kadar bahan organik dan mineralnya rendah akibat pelapukan yang intensif, nilai SiO 2 rendah, KTK rendah, berasal dari berbagai batuan, abu vulkan dan vulkanik basa, dan terdapat di daerah berbukit. Menurut Soepardi 1983, tanah latosol mempunyai produktifitas yang baik dan relatif lebih subur dibandingkan dengan tanah jenis lainnya. Tanah ini juga mempunyai sifat yang menimbulkan kendala, yaitu kadar bahan organik dan mineral yang rendah. Pemecahan masalah ini adalah dengan memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu dengan penggemburan, penambahan bahan organik, penambahan top soil dan mulsa. Untuk memperbaiki sifat fisik tanah adalah dengan penambahan bahan organik, perbaikan drainase, kadar asam, penggemburan tanah dan penambahan mulsa, pupuk yang sesuai serta kompos untuk bahan organik. Selain itu pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan Grey dan Daneke, 1978. Jenis tanah regosol dengan bahan induk abu volkan dan bahan sedimen merupakan jenis tanah yang berada di daerah pegunungan. Regosol menempati horizon A hingga horizon C dengan warna tanah kelabu kekuningan, berwarna kelabu sebagai proses pelapukan yang lemah tanah muda, dan belum menampakkan diferensiasi horison. Tekstur kasar berupa pasir dan debu 60 , struktur kursailemah, konsistensi lepas sampai gembur, pH 6-7, semakin tua tanah struktur dan konsistensi makin padatmemadas dengan drainase dan forositas yang terhambat. Kandungan bahan organiknya rendah sehingga kemampuan tanah dalam menjerap air rendah dan peka terhadap erosi. Solusinya, dibutuhkan upaya konservasi tanah dengan penanaman tanaman yang mampu mencegah dan menanggulangi erosi pada tanah, yaitu tanaman dengan tipe perakaran yang luas dan dalam. Cukup mengandung P dan K yang masih segar, tetapi kurang N karena belum terlapuk. Menurut Sistem Klasifikasi Tanah USDA Soil Taxonomy 1990 tanah regosol masuk dalam golongan tanah inceptisol dan entisol. Tanah inceptisol termasuk tanah yang masih muda dengan sifat tanah yang bervariasi. Inceptisol juga dinamakan Andept tanah yang terbentuk dari abu volkan terdapat di sekitar kaki bagian utara Gunung Salak dan sangat cocok untuk lahan pertanaman padi Soepardi, 1983. Tanah golongan entisol juga termasuk ke dalam tanah yang sangat muda dan sangat rentan terhadap erosi dengan ciri utama adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Jenis tanah ini dapat dijumpai di sekitar kaki Gunung Salak. Tanah golongan ini cukup produktif bila diimbangi dengan pemupukan dan pengairan yang cukup, akan tetapi karena keterbatasan kedalaman tanah, kadar liat atau neraca airnya, maka penggunaan intensif dari area yang luas sangat terbatas Soepardi, 1983. Dalam pengembangan aktivitas wisata pada tapak, dibutuhkan pembangunan fasilitas pendukung wisata. Dalam pembangunan fasilitas pendukung wisata, daya dukung tanah harus diperhatikan agar keberadaannya tidak menyebabkan kerusakan. Jenis tanah regosol memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil Soepardi, 1983 sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas wisata pada tapak.

4.1.1.4. Topografi dan Kemiringan Lahan

Berdasarkan Peta Rupa Bumi 1999 dan Peta Kemiringan Lahan Bappeda Kabupaten Bogor 2005, Desa Situdaun berada pada elevasi 257-476 mdp, dengan bentukan lahan datar hingga berombak undulating, bergelombang rolling, berbukit hilly hingga bergunung mountainous. Area dengan elevasi lebih tinggi berpotensi dijadikan tempat observasi untuk mengamati pemandangan di dalam tapak dan sekitarnya. Perbedaan kelas ketinggian tersebut menghasilkan variasi pada kelas kemiringan lahan. Kemiringan lahan pada tapak dibagi menjadi beberapa kelas kemiringan, yaitu datar hingga agak landai 0-8 : 237,51 ha, landai 8-15 : 77,36 ha, agak curam 15-25 : 35,1 ha, dan curam 25-45 : 21,34 ha. Kelas kemiringan lahan dapt dilihat pada Gambar 15. Sebagian besar tapak memiliki kelas lereng 0-8 , terdapat pada bagian utara. Ke bagian selatan, kelas lereng bervariasi sampai pada kelas lerang 25-45 . Kelas kemiringan pada suatu tapak juga akan berpengaruh pada jenis penggunaan lahan, kepentingan aktivitas dan intensitas penggunaan lahan, sumberdaya visual dan estetika, dan pembangunan berbagai fasilitas. Dalam konteks perencanaan wisata, variasi kemiringan lahan akan mempengaruhi jenis aktivitas wisata dan membentuk irama perjalanan wisata. Area datar pada tapak berupa dominasi pemukiman dan fasilitas umum, dan hamparan lahan pertanian dan perikanan. Umumnya terdapat di bagian utara, timur, dan barat tapak. Area ini memunculkan kesan luas dan hamparan, tenang, dan monoton sehingga sesuai untuk tipe aktivitas wisata aktif dan penempatan bangunan dan fasilitas pendukungnya Gambar 16. Pada area ini dapat dikembangkan tempat rekreasi dengan mengangkat berbagai aktivitas budidaya dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Area miring pada tapak berupa dominasi hutan. Area ini dengan elevasi tinggi memunculkan kesan tantangan, agresif, dan rasa ingin tahu, seperti pada area di sebelah barat situ check dam dan bagian tenggara tapak Gambar 16. Pada area ini dapat dikembangkan aktivitas bersifat petualangan dan menantang yang berorientasi alam, seperti nature trail, scenery observation atapun photohunting dengan penggunaan struktur fasilitas seminimal mungkin. Perlu diperhatikan bahwa area miring juga berpotensi mengalami erosi sehingga perlu dilakukan upaya konservasi Gambar 17. Bahaya erosi ini dapat diatasi melalui upaya konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu metode vegetatif dan metode mekanik Arsyad 2000. Metode vegetatif dilakukan dengan menggunakan tanaman untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran air permukaan dan erosi. Metode ini dapat dilakukan melalui penanaman tanaman yang menutupi tanah secara terus- menerus, penanaman dalam strip atau dengan melakukan pergiliran tanam. 42 PETA KEMIRINGAN LAHAN DESA SITUDAUN PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA, KABUPATEN BOGOR Sumber : Peta Rupa Bumi 1999, Peta Digital Kemiringan Lahan Kab. Bogor 2005, Survei Lapang 2006 U Keterangan : 25 - 45 : 21,34 ha 15 - 25 : 35,1 ha 8 - 15 : 77,36 ha 0 - 8 : 237,51 ha Batas tapak.shp

0.5 1

1.5 2 Kilometers