42
PETA KEMIRINGAN LAHAN DESA SITUDAUN
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN
TENJOLAYA, KABUPATEN BOGOR
Sumber : Peta Rupa Bumi 1999, Peta Digital Kemiringan Lahan
Kab. Bogor 2005, Survei Lapang 2006
U
Keterangan :
25 - 45 : 21,34 ha 15 - 25 : 35,1 ha
8 - 15 : 77,36 ha 0 - 8 : 237,51 ha
Batas tapak.shp
0.5 1
1.5 2 Kilometers
Gambar 15. Peta Kemiringan Lahan Desa Situdaun
Sedangkan metode mekanik berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan, memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Teknik
yang dilakukan dapat berupa pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras yang baik serta perbaikan drainase dan irigasi.
Beberapa upaya di atas diantaranya telah dilakukan dalam sistem pertanian di dalam tapak, seperti pengaturan pola tanam, penyediaan sistem drainase serta
pembuatan teras. Penanaman dengan menggunakan sistem teras, selain dapat memperlambat aliran permukaan juga memberikan potensi view yang menarik.
Gambar 16. Efek Kemiringan Lahan: Area Datar Memunculkan Kesan
Tenang, Luas dan Hamparan, dan Monoton Kiri; Area Miring Menstimulus Sikap Agresif dan Tantangan Kanan
Gambar 17. Upaya Konservasi pada Tapak: Penutupan Vegetasi pada Area
Miring dan Bantaran Sungai Atas; Lahan Pertanian dengan Sistem Teras Bawah
Potensi variasi kelas kemiringan dan ketinggian pada tapak harus dimanfaatkan dengan baik. Secara umum, pemanfaatannya harus didukung
dengan upaya rekayasa tapak yang berorientasi alami. Salah satu upaya rekayasa tapak adalah dengan melakukan grading cut and fill. Grading dilakukan dengan
seminimal mungkin dan memperhatikan kondisi alami tapak. Grading yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan bentukan lahan dan fungsinya pada
suatu tapak. Grading yang berorientasi sealami mungkin diharapkan mampu memudahkan kegiatan pembangunan dan menambah nilai visual tapak.
4.1.1.5. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat di Desa Situdaun diklasifikasikan menjadi vegetasi pertanian dan vegetasi non-pertanian. Vegetasi pertanian yang dimaksud adalah
jenis tanaman budidaya utama padi dan sayuran : kacang kedelai, caisin, bayam yang dibudidayakan pada bidang sawah dan kebun untuk kegiatan produksi, dan
tanaman budidaya lainnya yang dipelihara pada pekarangan rumah. Vegetasi non- pertanian adalah jenis tanaman hias yang dipelihara di pekarangan rumah sebagai
tanaman pekarangan dan tanaman hutan yang tumbuh alami menyebar di bantaran sungai dan hutan Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Vegetasi di Desa Situdaun
No. Nama Ilmiah Nama Lokal
Kondisi
Vegetasi Pertanian 1. Oryza sativa
Padi Baik
2. Glycine max Kedelai
Baik
3. Brassica chinensis Caisin
Baik
4. Amaranthus spp. Bayam
Baik
5. Manihot esculenta Singkong
Baik 6. Zea mays
Jagung Baik
7. Musa paradisaca Pisang
Baik 8. Carica papaya
Pepaya Baik
9. Mangifera indica Mangga
Baik
10. Cocos nucifera Kelapa
Baik
11. Tamarindus indica Asam jawa
Baik
12. Areca catechu Pinang
Baik 13. Arthocarpus integra
Nangka Baik
14. Syzygium guajava Jambu biji
Baik 15. Averhoa blilimbi
Belimbing Baik
16. Citrus aurantica Jeruk nipis
Baik 17. Sauropus androgynus
Katuk Baik
18. Nephelium lappaceum Rambutan
Baik
Lanjutan Tabel 4 Vegetasi non-pertanian
1. Erythrina crystagaly Dadap merah
Baik 2. Plumeria rubra
Kamboja Baik
3. Bauhinia sp. Bunga kupu-kupu Baik
4. Saraca indica Bunga saraka
Baik 5. Pinus mercusii
Pinus Baik
6. Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu
Baik 7. Mussaenda sp.
Nusa indah Baik
8. Ixora hybrida Soka
Baik 9. Caesalpinia pulcherrima Bunga merak
Baik 10. Codieum variegatum
Puring Baik
11. Acalypha wilkaesiana Akapila
Baik 12. Dracaena fragrans
Hanjuang hijau Baik
13. Sanseviera trifasciata Lidah mertua
Baik 14. Allamanda cathartica
Alamanda Baik
15. Cipyrus Papyrus Papirus
Baik 16. Imperata cylindrica
Alang-alang Baik
17. Pennisetum pupureum Rumput gajah
Baik 18. Colocasia esculenta
Talas Baik
19. Casuarina equisetifolia L. Cemara angin Baik
Sumber: Survei Lapang 2006
Pengembangan potensi vegetasi pada tapak terkait dengan perencanaan agrowisata diklasifikasikan menjadi potensi utama dan potensi pendukung Tabel
5. Potensi utama adalah potensi vegetasi sebagai objek dan atraksi utama agrowisata pertanian. Hamparan sawah dan kebun banyak tersedia di dalam tapak
sehingga dapat dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata dengan beragam aktivitas di dalamnya. Potensi pendukung adalah potensi vegetasi dalam
membangun kualitas lingkungan bioengineering agar bernilai indah dan berfungsi dengan baik, seperti menurunkan tingkat pencemaran udara,
mengurangi kecepatan angin windbreaker, meningkatkan ketersediaan air tanah, perbaikan sifat fisik dan kimia tanah, dan lainnya Nurisjah, 2004.
Tabel 5. Potensi Eksisiting Vegetasi terhadap Pengembangan Ruang
No. Klasifikasi
Potensi Potensi Pengembangan
Ruang
1. Pertanian
a. Padi dan
b. Buah-buahan
Objek dan atraksi agrowisata pertanian
Ruang agrowisata pertanian
2. Non-pertanian
a. Hias
b. Hutan
Pendukung kualitas lingkungan
Ruang masyarakat dan Ruang konservasi
Secara umum, penyebaran vegetasi di dalam tapak membentuk tipikal konfigurasi vegetasi linier, geometrik, dan natural, walaupun berbagai konfigurasi
ini terasa kurang tegas dan berkarakter mengingat minimnya jenis vegetasi Gambar 18. Konfigurasi linier adalah konfigurasi vegetasi mengikuti jalur jalan
dan bantaran sungai membentuk koridor dan pengarah pandangan serta penegas batas penggunaan lahan lainnya. Jenis vegetasi yang membentuk tipikal
konfigurasi ini berupa dominasi vegetasi non-pertanian.
Konfigurasi geometrik adalah konfigurasi vegetasi yang terpola berupa bidang lahan atau hamparan yang membentuk ruang terbuka yang luas, arah
pandangan menyebar, atau pada bidang-bidang kecil berupa pekarangan yang membentuk ruang-ruang estetis di area pemukiman. Konfigurasi ini pada
hamparan sawah dan kebun yang dipadu dengan latar belakang Gunung Salak menciptakan good view.
Konfigurasi vegetasi natural adalah konfigurasi vegetasi yang mengikuti bentukan lahan dan membentuk ruang luas berupa pemandangan lanskap hijau
yang dapat diamati dari area yang lebih tinggi. Jenis vegetasi yang membentuk
Gambar 18. Tipikal Konfigurasi Vegetasi pada Tapak: Konfigurasi Vegetasi
Linier Atas; Konfigurasi Vegetasi Geometrik Kiri Bawah; Konfigurasi Vegetasi Alami Kanan Bawah
tipikal konfigurasi ini berupa dominasi tanaman non-pertanian vegetasi hutan.
4.1.1.6. Satwa
Berdasarkan pengamatan di lapang, satwa di Desa Situdaun terdiri dari satwa yang dibudidayakan dan dipelihara dalam kegiatan pertanian dan perikanan
yang lazim disebut sebagai ternak, dan satwa liar yang mempunyai habitat di tapak. Ayam, itik, dan kerbau adalah jenis satwa yang dipelihara masyarakat
setempat untuk kebutuhan rumah tangga gurem dan membantu aktivitas membajak sawah. Jenis ikan yang dibudidayakan pada kolam ikan, yaitu ikan
mas, lele, nila, gurame, mujair, koi, dan patin. Satwa liar yang ditemukan di dalam tapak, antara lain: berbagai jenis
burung, seperti burung layang-layang, burung prenjakcici padi, burung srigunting, burung anyam-anyaman; musang luwak, bajing kelapa, tupai kekes,
kadal kebun, ular, belut; berbagai jenis serangga, seperti semut, kupu-kupu, capung, nyamuk, dan belalang. Satwa ini dapat ditemukan di pohon-pohon tepi
jalan, sawah dan kebun, dan pada area yang jarang dilewati oleh manusia. Hewan ternak dan beberapa jenis satwa liar berpotensi dikembangkan
sebagai bagian dari objek dan atraksi agrowisata, seperti aktivitas membajak sawah, aktivitas budidaya dan panen ikan, memancing belut di sawah, dan
suasana sawah di kebun yang terasa hidup dengan kicau burung prenjakcici padi yang sedang mencari ulat dan serangga Tabel 6.
Tabel 6. Potensi Eksisiting Satwa terhadap Pengembangan Ruang
No. Klasifikasi
Potensi Potensi Pengembangan
Ruang
1. Ternak
a. Sawah
b. Ikan air tawar
Objek dan atraksi agrowisata pertanian
dan perikanan Ruang Agrowisata
Pertanian 2.
Liar a. Sawah
c. Habitat alami
Objek dan atraksi agrowisata pertanian
dan peternakan; Keragaman biologi
Ruang Agrowisata Pertanian; Ruang Agrowiata
Perikanan
Di dalam tapak tidak terdapat jenis satwa liar yang unik dan khas. Jenis satwa liar yang hidup di dalam tapak adalah umum dan lazim ditemukan sama
seperti daerah lainnya. Keberadaan satwa liar menunjukkan adanya keberagaman populasi pada tapak. Habitat satwa tersebut harus dipertahankan dan dijaga
kelestariannya. Pengunjung dengan intensitas tinggi dan berkelompok terkadang dapat mengganggu kehidupan satwa. Sistem kontrol yang baik terhadap
pengunjung, akan memberi keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung dan mencegah terjadinya pengrusakan habitat satwa. Habitat yang tidak terganggu
akan menjadikan satwa tersebut dapat hidup dan berkembang secara alami. Mempertahankan atau menambahan beberapa jenis vegetasi dapat dilakukan
untuk menjaga ketersediaan sumber makanan dan habitat satwa tersebut.
4.1.1.7. Hidrologi
Kondisi badan dan aliran air permukaan di Desa Situdaun berupa dua aliran besar Sungai Cihideung dan Cinangneng yang membatasi tapak, sistem
drainase berupa saluran air untuk irigasi dan drainase jalan di sepanjang tepi jalan yang berasal dari situ cehck dam dan mata air di Kampung Pasiripis dan
Kampung Cimanggu Desa Gunung Malang Gambar 19. Bentukannya terbuka dengan arah alir air dari selatan ke utara yang bermuara di Sungai Cihideung dan
Cinangneng. Karakteristik badan dan aliran air pada tapak ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Badan dan Aliran Air di Desa Situ Daun
Dimensi Badan dan Aliran
Air Lebar
m Diameter
m Kedalaman
m Debit
m
3
dtk Volume
m
3
Sungai Cihideung 20-25
- 0,4-7
7,36 -
Sungai Cinangneng 15-27
- 0,6-5
6,54 -
Saluran irigasi 0,8-1,4
- 0,3-1
1,32 -
Saluran drainase jalan 0,2-1,2
- 0,1-1
0,88 -
Situ check dam -
47,5 5,2
- 604,14
Sumber: Survei Lapang 2006
Keberadaan badan dan aliran air sebagai bagian dari sistem hidrologi tapak, merepresentasikan siklus hidrologi dari hulu ke hilir tapak. Pada area hulu
terdapat situ check dam dan aliran mata air sebagai sumber suplai air ke hilir tapak. Area hulu tapak dicirikan dengan kerapatan vegetasi tinggi sebagai
konservasi tanah dan air, dan bentukan lahan berbukit hingga bergunung menyebabkan bentukan pola dan arah alir air. Keberadaan situ check dam
memegang peran penting sebagai suplai air ke hilir tapak sehingga badan air ini
dilengkapi dengan pintu air Gambar 19. Untuk menjamin ketersediaan air situ
check dam, area ini disetting sebagai area konservasi tanah dan air. Pada area ini
terdapat dominasi vegetasi hutan conifer, penutup tanah, dan rumput Gambar 20. Pembatasan akses manusia dan konsentrasi massa pada area ini juga
dilakukan dengan membangun pintu gerbang dan pagar Gambar 21. Namun hal ini sepertinya berlaku bagi para pengguna tapak. Pada area ini masih ditemui
berbagai aktivitas intensif dalam jumlah kecil, seperti mandi di situ check dam, memancing, bermain dan berkumpul, dan sebagainya. Hal positif yang diamati
dari berbagai aktivitas tersebut adalah area ini masih terlihat bersih karena pengguna tapak tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menggunakan
Gambar 19. Badan dan Aliran Air Kiri ke Kanan: Sungai Cihideung dan
Sungai Cinangneng Atas; Situ Check Dam dan Pintu Air Situ Tengah; Saluran Irigasi dan Saluran Drainase Jalan Bawah
sabun dan deterjen. Tetapi kondisi seperti ini dikhawatirkan berpotensi memicu konsentrasi massa yang lebih besar, yang akhirnya merusak keberadaan situ
check dam. Pengawasan dan penertiban terhadap penyimpangan pemanfaatan lahan pada tapak sangat perlu dilakukan oleh pemerintah setempat. Solusi praktis
dengan memasang papan petunjukinformasi, dan menutup akses manusia ke dalam area.
Untuk mengalirkan air dari area ini terdapat saluran irigasi dan drainase jalan berupa saluran terbuka tak terbangun dan hanya beberapa titik pada tapak
dalam kondisi yang terbangun. Lebarnya bervariasi antara 0,2-1,4 m dengan debit 0,88-1,32 mdtk. Kondisi saluran yang tak terbangun berisiko erosi pada dinding
saluran dan menyebabkan pendangkalan bahkan terjadi penimbunan badan saluran sehingga perlu dilakukan pembuatan saluran dengan konstruksi Hal ini
juga berfungsi untuk mempertegas eksisting saluran, karena di beberapa titik pada tapak saluran tertutup semak dan rumput. Di sebelah barat situ check dam
dan bagian selatan hingga tenggara tapak, kondisi saluran drainase jalan tidak Gambar 20. Vegetasi di Sekitar Situ Check Dam: Dominasi Vegetasi Hutan
Conifer dan Rumput untuk Konservasi Tanah dan Air
Gambar 21. Pembatasan Akses ke Area Situ Check Dam: Pintu Gerbang
Kiri; Pagar Kanan
berfungsi dengan baik dan banyak ditumbuhi oleh rumput Gambar 22. Pada area ini kondisi lahan juga relatif miring sehingga dikhawatirkan pada musim hujan
akan menimbulkan aliran air permukaan yang terkonsentrasi pada badan jalan. Masalah ini dapat diatasi dengan adalah pembuatan dan pembenahan saluran
drainase jalan dengan memperhatikan kemiringan lahan, penggunaan material dan konstruksi, pembersihan dan pemeliharaan saluran secara intensif. Seluruh massa
aliran air pada tapak bermuara pada sungai yang berada di sebelah timur dan barat tapak. Kondisi badan sungai permanen, lebarnya antara 15-27 m, bentuk
penampang melintang berupa trapesium, dinding sungai miring hingga curam, kedalaman dangkal hingga dalam, permukaan dasar sungai kasar bahkan berbatu,
dan arus tidak merata.
Secara umum, keseluruhan air terdistribusikan dengan baik ke seluruh area di dalam tapak dan termanfaatkan dengan baik sehingga tidak menimbulkan erosi,
genangan air, dan banjir. Oleh masyarakat, suplai air untuk aktivitas budidaya pertanian dan perikanan dapat langsung diambil dari saluran irigasi dan drainase
jalan yang dekat dengan lahan mereka Gambar 23. Keberadaan saluran air ini juga dimanfaatkan oleh rumah tangga, walaupun dalam jumlah relatif sedikit.
Pemanfaatan oleh rumah tangga biasanya untuk keperluan kolam-kolam kecil di samping bangunan rumah. Masalah yang muncul pada pemanfaatan air adalah
pola alir air yang tidak teratur beresiko menyebabkan air tercampur dengan limbah cair dari kegiatan budidaya dan rumah tangga Gambar 24. Pada unit
rumah tangga, limbah cair terkadang dibuang ke kolam-kolam kecil di samping Gambar 22. Kondisi Saluran Air: Saluran Air yang Tidak Dibangun Beresiko
Menyebabkan Pendangkalan Kiri; Fungsi Saluran Air yang Terganggu dan Ditumbuhi Rumput
bangunan rumah yang juga terhubung dengan saluran air di dekatnya. Perlu dilakukan pembangunan saluran pembuangan permanen dilengkapi dengan sistem
pengelolaan limbah cair berupa bak-bak pengendapan dan penyaringan sebelum dibuang ke sungai. Sosialisasi dan pembinaan terhadap masyarakat dibutuhkan
karena hal ini juga terkait dengan pola perilaku masyarakat.
Keberlangsungan budidaya pertanian dan perikanan di dalam tapak ditunjang oleh kuantitas dan kualitas air yang baik. Kuantitas air menyangkut
ketersediaan air dalam tapak yang dapat dinilai dari aspek iklim melalui besar
Keterangan: : Rumah Tangga
: Lahan Budidaya : Saluran Irigasi dan Drainase Jalan
: Sungai : Tapak
: Arah Aliran
Gambar 23. Pemanfaatan Air untuk Aktivitas Budidaya
Gambar 24. Pola Alir Air pada Pemanfaatan Air
curah hujan, dan aspek teknis melalui debit air di lapang. Tapak yang memiliki minimal curah hujan tahunan 2000-3000 mmthn sesuai untuk budidaya pertanian
dan perikanan Hardjowigeno dan Widaiatmaka, 2001. Debit air di dalam tapak melalui saluran irigasi dan drainase jalan berkisar 0,88-1,32 m
3
detik dan mengalir kontinyu sehingga cukup unutk menunjang kegiatan budidaya. Kualitas air
berkaitan dengan kemampuan air di dalam tapak untuk mendukung kegiatan di dalamnya. Kualitas air pada tapak ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Kualitas Air Desa Situdaun
Pengamatan No. Parameter
Satuan 1
2 3
4
1. Suhu C
25 24
22 23
2. pH -
7,05 6,73
6,68 6,65
3. Kecerahan cm
24 25
30 35
4. Oksigen Terlarut DO mgL
4,5
4,9
8,5
7,2 5. Amonia NH
3
mgL 0,26
0,29 0,03
0,01 6. Hidrogen Sulfida H
2
S mgL
0,07 0,05
0,01 0,03
Sumber: Lembaga Penelitian Tanah Bogor 2006 Keterangan:
1. Sungai Cihideung; 2. Sungai Cinangneng; 3. Situ check dam; 4: Saluran Irigasi dan Drainase Jalan
Berdasarkan perbandingan dengan tabel daftar kriteria kualitas air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air lampiran, air pada tapak termasuk ke dalam kelas II. Hal ini berarti air dapat digunakan untuk mengairi pertanaman,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, prasaranasarana rekreasi air, dan peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas kualitas air pada tapak memberi gambaran potensi pengembangan aktivitas wisata di dalam tapak. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang
membutuhkan kontak langsung secara aktif dengan air. Kondisi kuantitas dan kualitas air ini juga sesuai dengan keterangan yang
diperoleh dari masyarakat. Masyarakat berpendapat bahwa kuantitas dan kualitas air pada tapak dalam kondisi normal. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman
mereka yang sampai sekarang tidak menemui masalah ketika memanfaatkan sumber-sumber air tersebut sehingga tidak terkendala dalam akivitas budidaya.
54
0.5 1
1.5 2 Kilometers