dibentuk oleh aktivitas unsur biotik dan abiotik, serta adanya kesatuan di dalam sistem-sistemnya. Di alam terdapat lima tipe lanskap utama yaitu : 1 Lanskap
alami, yang sedikit sekali dipengaruhi oleh manusia; 2 Lanskap yang dikelola, dimana biota asli tertentu dikelola dan dipungut hasilnya; 3 Lanskap pertanian,
lanskap yang didominasi oleh pertanian; 4 Lanskap sub-urban, lanskap kota maupun daerah yang memiliki campuran patch yang heterogen.
Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang
produksi pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan pertanian tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi,
pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan. Pemandangan yang biasa terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya terdiri dari : tanaman hias,
tanaman hortikultur, hutan, bangunan pertanian, rumah kaca, kandang ternak dan kolam budidaya ikan. Lanskap agrowisata adalah sebuah lanskap pertanian berupa
lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia untuk kepentingan ekonomi dan
rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alaminya dengan meminimalkan perusakan lingkungan yang terjadi. Pemandangan lanskap
alami tersebut dapat berupa sawah. perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan.
2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata
Tirtawinata dan Fachriddin 1996 menjelaskan ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai
berikut : 1.
Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan
kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa
nyaman. 2.
Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta nasional maupun
asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi pembibitan, produksi, dan pasca
produksi pengolahan dan pemasaran. 3.
Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah
sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat
dijadikan obyek agrowisata. 4.
Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai
sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.
5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola
beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak.
2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin 1996, prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu: 1 sesuai dengan rencana
pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, 2 dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, 3 mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi
sosial masyarakat disekitarnya, 4 selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, 5 perlu evaluasi sesuai
dengan perkembangan yang ada. Dalam mengidentifikasi suatu wilayah pertanian sebagai wilayah kegiatan
agrowisata perlu pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi kemudahan aksesibilitas, karakter alam, sentra produksi pertanian, dan adanya
kegiatan agroindustri. Perpaduan antara kekayaan komoditas dengan bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek wisata yang
amat bernilai. Agar lebih banyak menarik wisatawan, objek wisata perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi, promosi
dan penerangan Tirtawinata dan Fachruddin, 1996.
Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin 1996 menyatakan bahwa terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :
1. Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata
dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di daerah terpencil
dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar. 2.
Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali.
Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan. 3.
Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan unsur- unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan bertani, beternak,
berdagang dan sebagainya serta tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat.
2.2.6. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata