5. Technical corelation
Technical corelation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif
cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubungannya. 6.
Technical matrix Technical matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk
serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmark untuk tujuan pengembangan kualitas produk.
3.5. DFMA Design for Manufacturing and Assembly
8
Dalam melakukan pemilihan suatu konsep produk, biaya merupakan satu kriteria untuk pengambilan keputusan, walaupun perkiraan biaya pada tahap ini
sangatlah subyektif dan merupakan pendekatan. Metode DFM terdiri dari 5 langkah dan dapat dilakukan beberapa kali iteratif sampai tim mengganggap
rancangan sudah cukup baik : Kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk berguna untuk menuntun
fase pengembangan konsep, tetapi pada aktivitas pengembangan selanjutnya, tim sering kesulitan untuk mengaitkan kebutuhan dan spesifikasi dengan isu-isu
desain tertentu yang mereka hadapi. Banyak tim yang mempraktekkan metode Design for X DFX, di mana X bisa saja berhubungan dengan salah satu dari
lusinan kriteria kualitas seperti reliabilitas, kekuatan, kemampuan layanan, pengaruh terhadap lingkungan atau kemampuan manufaktur.
8
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W, Product Design for Manufacture and Assembly. Edisi 2; New York: Marcel Dekker, 2002
1. Memperkirakan biaya manufaktur
2. Mengurangi biaya komponen
3. Mengurangi biaya perakitan
4. Mengurangi biaya pendukung produksi
5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor-faktor lainnya.
Menurut Boothroyd-Dewhurst 2002, efisiensi proses perakitan sebuah produk dalam sebuah perusahaan tergantung pada dua hal yang saling
berinteraksi, yaitu antara manusia operator perakitan ataupun robot jika sistem telah terotomasi dengan produk yang akan dirakit itu sendiri.
Penerapan DFA lebih mengarah pada analisis kemudahan perakitan secara spesifik. Syan dan Swift menuliskan bahwa tujuan DFA adalah :
1. Mendapatkan jumlah komponen seminimal mungkin
2. Mengoptimalkan kemampuan perakitan atau assemblability dari setiap
komponen 3.
Mengoptimalkan kemampuan penanganan atau handlability dari komponen dan perakitan
4. Meningkatkan kualitas, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya
perakitan. Metode Boothroyd-Dewhurst adalah salah satu metode yang dapat
digunakan dalam menerapkan DFA. Pada saat dilakukan proses perakitan, penanganandan penggabungan setiap komponen dipertimbangkan secara terpisah.
Metode ini menghitung nilai efisiensi perancangan berdasarkan taraf kesulitan dan nilai guna dari setiap gerakan perakitan.
Langkah-langkah analisis desain secara manual dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mendapatkan informasi terbaik tentang produk atau perakitan
2. Menentukan bagian-bagian perakitan membayangkan bagaimana perakitan
tersebut dilakukan dan mengidentifikasikan setiap item dari produk menurut urutan perakitan.
3. Membuat dan mengisi lembar kerja yang merumuskan proses perakitan secara
detail dari produk yang dirancang. 4.
Merancang ulang produk tersebut. Pertama-tama, komponen yang memiliki jumlah identifikasi tertinggi dirakit
pada fixture kerja kemudian dilanjutkan dengan komponen yang tersisa satu per satu. Perancangan ulang dilakukan sambil mengisi lembar kerja untuk
produk rancang ulang. Perlu diperhatikan bahwa pengisian lembar kerja dilakukan per baris untuk setiap komponen yang terlibat dalam perancangan
perakitan ulang produk. 5.
Menghitung efisiensi desain perakitan manual dengan cara Boothroyd Dewhurst, 2002 :
EM= 3 x NM
TM dimana :
EM = efisiensi desain manual NM= jumlah komponen teoritis
TM= total waktu perakitan manual
Efisiensi desain perakitan tersebut menunjukkan perbandingan antara estimasi waktu perakitan produk redesign dengan waktu ideal perakitan produk
sebelumnya. Waktu ideal didapatkan dengan mengasumsikan bahwa setiap komponen mudah untuk ditangani dan digabungkan.
3.6. Kuesioner