what has been stated in the section above may be included here. Hal ini menyatakan bahwa dalam bagian penegasa ulang pendapat berisikan pernyataan
pandangan atau prediksi. Perhatikan contoh tesis dalam teks eksposisi pada teks “ekonomi
Indonesia akan melampaui Jerman dan Inggris” berikut.
Pada kutipan paragraf tersebut, berisikan penguatan pernyataan pendapat yang telah diungkapkan oleh penulis pada bagian argumentasi yang tentunya
didukung dengan fakta-fakta dan pendapat yang kuat dalam bagian argumentasi. Pada bagian ini pula bisa disematkan hal-hal yang patut diperhatikan atau
dilakukan supaya pendapat atau prediksi sang penulis dapat terbukti. Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur teks eksposisi memiliki kesinambungan secara
berurutan.
2.2.1.4 Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi
Kriteria teks eksposisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. 1 materi pembelajaran atau teks berbasis
pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
Penegasan Ulang Berbagai perkembangan dari sidang akbar IMF di
Tokyo pecan lalu kembali menginagtkan kita tentang besarnya potensi Indonesia dan sempitnya momentum
yang sedang kita lalui saat ini. Apabila potensi itu tidak diwujudkan dalam aksi dan momentum yang baik
dilewatkan begitu saja karena kita begitu asyik dengan urusan lain, para investor tersebut tidak akan menjadi
kenyataan.
Tentunya pilihan pada di tangan kita semua saat
ini.
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2 penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru dan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3
Mendorong dan menginspirasi ,siswa mampu berpikir hipotetik dalam melakukan perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran bahasa
Indonesia. 4 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
mersepon materi pembelajaran bahasa Indonesia. 5 berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 6 tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Menurut Endah dkk. 2013:25 unsur kebahasaan dalam teks eksposisi
meliputi: 1 kalimat tunggal, 2 kalimat majemuk, 3 frasa kelompok kata, 4 konjungsi, dan 5 pembentukan kata. Unsur kebahasaan tersebut akan diuraikan
sebagai berikut. Kalimat tunggal adalah kalimat yang mengadung satu pola kalimat yang
mempunyai satu subjek dan satu predikat yang diperluas dengan berbagai keterangan. Kalimat tunggal hanya terdiri atas satu subjek, satu predikat, dan
objek atau keterangan jika ada, sebagai contoh berikut. 1.
Ibu pergi ke pasar. S P O
2. Adik berangkat les piano.
S P O
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara
membedaka anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat
pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata
penghubung yang digunakannya, sebagi contoh berikut. 1.
Ibu memasak sayur sedangkan Kakak mengepel lantai. S P O konj. S P O
2. Rina membaca koran dan Toni membaca komik.
S P O konj. S P O Kelompok kata frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat nonpredikaif. Dikatakan nonpredikatif yaitu karena frasa yang terdiri atas dua kata atau lebih tidak memiliki hubungan atau berstruktur subjek-
predikat atau berstruktur predikat-objek. Frasa dalam sebuah kalimat hanya akan menempati satu fungsi saja, entah itu menjadi subjek saja, objek saja, predikat,
dan sebagainya. Selain bersifat nonpredikatif kata-kata yang menyusun sebuah frasa adalah
kata bebas aau morfem bebas. Jika sebuah gabungan kata terdiri atas dua kata tetapi salah satu katanya bukan merupakan morfem bebas morfem terikat maka
gabungan kata tersebut tidak dapat dikaakan sebaga frasa. Sebagai perbandingan terdapat pada contoh berikut.
a Mobil batu
c Antarkota b
Buku bahasa d Tata boga
Gabungan kata pada huruf a dan b memiliki unsur kata atau morfem yang keduanya bebas, sehingga gabungan kata tersebut dapat dikatakan sebagai
frasa. Namun pada huruf c dan d kata-kata yang menyusun tidak semuanya merupakan kata atau morfem bebas. Kata antar dan boga bukan merupakan
morfem bebas atau morfem terikat. Oleh karena itu, gabungan kata pada huruf c dan d tidak dapat dikatakan sebaai frasa.
Keempat, konjungsi. Sesuai dengan namanya, kata sambung, konjungsi berarti kata yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat
dengan kalimat, atau klausa dengan klausa. Dengan adanya kata sambung atau konjungsi teks yang dsajikan akan lebih menjelaskan tentang sebuah maksut.
Seperti halnya dengan teks eksposisi yang berisikan tiga struktur yaitu tesis, argument dan penegasan ulang akan lebih jelas jika diberi kata sambung untuk
menjelaskan maksut dari paragraf atau kalimat selanjutnya. Kelima, pembentukan kata dalam bahasa Indonesia melalui proses morfologis
dan di luar proses morfologis. Proses morfologis yaitu pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupaka bentuk dasarnya. Dengan kata lain proses
morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Ciri suatu kata yang mengalami proes morfologis yaitu
mengalami perubahan bentuk, mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori atau jenis kata. Salah satu cara pembentukan kata yaitu dengan cara
afiksasi yang dibagi menjadi empat yaitu 1 prefiks, 2 Infiks, 3 sufiks, dan 4 simulfiks.
1. Prefiks adalah jenis gabungan kata yang berupa awalan. Maksutnya adalah
proses afiksasi terjadi padaawalan sebuah kata, sebagi contoh berikut. ber + lari berlari
pe + lari pelari 2.
Infiks sisipan adalah jenis penggabungan kata yang proses afiksasi terjadi pada sisipan atau di tengah suatu kata, sebagi contoh berikut.
in + kerja kinerja em + getar gemetar
3. Sufiks akhiran adalah jenis penggabungan kata yang proses terjadinya
afiksasi pada akhir sebuah kata, sebagi contoh berikut. baca + kan bacakan
harta + wan hartawan 4.
Simulfiks imbuhan gabung adalah jenis penggabungan kata yang proses terjadinya afiksasi pada sebuah kata yang diberi imbuhan pada akhir dan awal
kata, sebagi contoh berikut. memper-kan + tanggungjawab mempertanggungjawabkan
2.2.1.5 Langkah Menyusun Teks Eksposisi