1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa
Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya sastra bangsa Indonesia. Menulis merupakan salah satu dari aspek berbahasa yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia. Keterampilan menyusun teks eksposisi secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia
kurikulum 2013 jenjang SMPMTs. Hal tersebut tercantum dalam kompetensi dasar menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,
dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Kompetensi dasar tersebut diajarkan pada peserta didik
kelas VII SMPMTs. Manusia merupakan makhluk sosial yang terus melakukan komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Secara naluriah, tentunya manusia selalu ingin menyampaikan kabar atau peristiwa tertentu kepada orang lain. Sehubungan
dengan pentingnya hal tersebut, maka keterampilan menyusun teks eksposisi secara tertulis perlu diajarkan sejak dini. Peserta didik kelas VII SMP atau
sederajatnya diharapkan mampu menulis teks eksposisi dengan baik, karena pada taraf ini peserta didik sudah dapat mengamati peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi di sekitarnya dan mampu memberikan argumentasinya pada peristiwa tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, dilakukan observasi ke sekolah yang akan dituju sebagai tempat penelitian yaitu SMP Negeri 1 Banjarnegara. Wawancara
dilakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hasil wawancara dengan guru, diketahui bahwa dari enam kelas yang diampu oleh guru tersebut
kelas VII H merupakan kelas yang memiliki nilai rendah pada keterampilan menyusun teks eksposisi. Permasalahan yang dihadapi beragam, diantaranya
adalah pada saat proses pembelajaran minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks eksposisi masih kurang, peserta didik masih merasa
kesulitan bagaimana mengembangkan menjadi sebuah teks yang utuh, dan peserta didik merasa bosan karena media yang ditayangkan guru kurang menarik.
Sikap sosial yang terjadi pada pembelajaran belum tampak. Sikap yang masih belum tampak diantaranya adalah sikap tanggung jawab peserta didik
terhadap pekerjaannya maupun terhadap keadaan sekitar, sikap jujur belum tampak pada hasil pekerjaan peserta didik yang kebanyakan adalah hasil
mencontoh teman satu kelompok, serta sikap santun yang belum tampak pada hasil observasi yang dilakukan pada sikap peserta didik disaat pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan hasil prasiklus yang sudah dilakukan, diketahui bahwa nilai
rata-rata keterampilan menyusun teks eksposisi sebesar 2,67. Jumlah peserta didik yang tuntas dalam keterampilan menyusun teks eksposisi adalah 36,6 dari
30 peserta didik. Jumlah tersebut masih sangat jauh dari target yang sehausnya
dicapai yaitu sebesar 75. Berdasarkan hasil tersebut dapat dsimpulkan bahwa keterampilan menyusun teks eksposisi pada kelas VII H masih rendah dan perlu
adanya perbaikan untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks eksposisi. Dari beberapa penyebab tidak maksimalnya kemampuan menyusun teks
eksposisi peserta didik, peran guru sangat penting. Model dan media haruslah yang menarik minat peserta didik agar tetap fokus dan berkonsentrasi dalam
pembelajaran, sehingga hasil yang diinginkan akan maksimal. Berkaitan dengan hal tersebut, menyusun teks eksposisi menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek Project Based Learning dengan media karikatur berpidato bisa menjadi alternaif dalam pembelajaran menyusun teks
eksposisi. Menurut Sutirman 2013:43 Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam merancang tujuan
pembelajaran untuk menghasilkan produk atau projek yang nyata. Hal ini memungkinkan peserta didik bekerja secara mandiri untuk membangun
pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu hasil yang realistis seperti karya yang dihasilkan peserta didik sendiri.
Penggunaan media karikatur berpidato adalah salah satu cara agar peserta didik dapat menemukan gagasan dalam sebuah video yang ditayangkan. Dengan
media tersebut juga dapat merangsang peserta didik agar tidak bosan dan antusias dalam melaksanakan pembelajaran menyusun teks eksposisi. Dengan adanya
media, peserta didik akan lebih fokus dan lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Pada jenjang SMP media karikatur diharapkan akan lebih efisien
dalam pembelajaran, karena dalam umur yang rata-rata adalah 13 tahun peserta didik dapat lebih bersemangat dan tertarik dalam proses pembelajaran di kelas.
1.2 Identifikasi Masalah