Latar Belakang Penerapan Path Analysis Untuk Melihat Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Dan Citra Rawat Inap Kelas III Di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012

lebih banyak variabel yang berbeda. Karena dalam data akan terdapat pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lainnya dalam waktu bersamaan. Menurut Santoso 2010, analisis multivariat dapat didefenisikan secara sederhana sebagai metode pengolahan variabel dalam jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu objek secara silmutan. Analisis multivariat juga dapat diartikan sebagai metode-metode statistik yang mengolah beberapa pengukuran menyangkut individu atau objek sekaligus. Serta, memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Teknik analisis multivariat diklasifikasikan menjadi dua yaitu analisis interdependensisaling ketergantungan dan analisis dependensiketergantungan. analisis interdependensi bertujuan untuk memberikan makna terhadap seperangkat variabel atau membuat kelompok-kelompok secara bersama-sama, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis faktor, analisis clustergerombol, dan multidimensional scaling. Sedangkan Analisis dependensi bertujuan untuk menerangkan atau memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis regresi multivariat, analisis diskriminan, analisis varians multivariat Manova, analisis korelasi kanonik, dan Path Analysis. Narimawati, 2008. Path Analysis ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya memengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Robert D. Retherford 1993 dikutip oleh Sarwono 2007. Dalam perkembangannya Path Analysis untuk pertama kali diperkenalkan oleh biolog bernama Sewall Wright 1921 dan selanjutnya dikembangkan ke dalam ilmu-ilmu sosial oleh sosiolog O.D. Duncan. Otis D. Duncan pada tahun 1966 memperkenalkan literature sosiologi lewat tulisannya “Path Analysis: Sosiological Example” yang dimuat dalam AJS American Journal Of Sosiology. Sejak itulah, Path Analysis banyak dibicarakan, khususnya oleh para ahli sosiologi, dan sampai kini Path Analysis banyak digunakan dalam berbagai bidang disiplin ilmu seperti matematika, ekonomi, pemasaran, bisnis, kesehatan, dan lain-lain, bahkan diantaranya ada yang menganggap Path Analysis sebagai “The Modus Aperandi of Sociological Research” Miller dan Stokes, 1975 dikutip oleh Kuncoro, 2007. Path Analysis merupakan pengembangan dari model regresi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, Path Analysis mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Atau dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari Path Analysis. Teknik dalam Path Analysis dikenal sebagai model sebab-akibat causing modeling. Penamaan ini didasarkan pada alasan bahwa Path Analysis memungkinkan pengguna dapat menguji proposisi teoritis mengenai hubungan sebab dan akibat tanpa memanipulasi variabel-variabel. Memanipulasi variabel maksudnya ialah memberikan perlakuan treatment terhadap variabel-variabel tertentu dalam pengukurannya. Asumsi dasar model ini ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan lainnya Sarwono, 2007. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengkaji Path Analysis untuk melihat hubungan sebab akibat dalam bidang kesehatan. Salah satu cara untuk melihat hubungan sebab akibat tersebut dapat dilakukan dengan menilai kualitas pelayanan kesehatan. Pada masa sekarang ini untuk menilai dan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas banyak tantangan yang bakal dihadapi baik itu yang muncul dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri seperti muncul krisis moneter tahun 1997 yang kemudian muncul krisis multi dimensi meliputi krisis politik, ekonomi, sosia budaya dan keamanan yang mengarah pada disintegrasi bangsa yang berdampak luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran yang pada akhirnya mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat secara umum. Tantangan dari luar negeri yang terjadi adalah berlangsungnya era globalisasi dengan ditandai oleh meningkatnya persaingan bebas, mengharuskan setiap komponen bangsa meningkatkan daya saing termasuk dalam hal pelayanan kesehatan Depkes, 2002. Pelayanan kesehatan yang diberikan dalam hal meningkatkan daya saing harus berkualitas. Berkualitasnya pelayanan tersebut sudah menjadi tuntutan semua pihak yang terkait, termasuk masyarakat yang menjadi pemakai jasa. oleh karena itu masalah kualitas pelayanan kesehatan selalu menjadi perhatian. Rumah sakit salah satu institusi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan yang diberikan tidak akan pernah sempurna, karena setiap pasien adalah pribadi yang unik, sehingga pelayanan tidak selalu dapat memuaskan, karena kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien sangat ditentukan oleh pelaksana pelayanan itu sendiri Anjaryani, 2009. Salah satu cara untuk dapat selalu menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan adalah dengan melakukan penilaian kepuasan pasien secara berkala dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan pihak rumah sakit, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan yang diperlukan. Peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan manajemen rumah sakit Anjaryani, 2009. Menurut Hanjon 2000 dikutip oleh Puspita 2009 ada tujuh dimensi kualitas dalam pelayanan kesehatan, yaitu jaminan, empati, kehandalan, daya tanggap, tampilan fisik, pelayanan medis dan profesionalisme. Sedangkan menurut Gronroos 2000 memaparkan ada tiga dimensi utama yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas yaitu outcome-related Technical quality, process-relted fungtional quality, dan image-related dimentions. Kualitas pelayanan dan kepuasan pasien di rumah sakit juga dapat tercermin dari citra rumah sakit itu sendiri. Citra merupakan seperangkat kepercayaan, daya ingat dan kesan-kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Citra rumah sakit merupakan wujud nyata dari persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan melalui apa yang diperoleh pelanggan sebagai hasil dari transaksi antara penyedia dan pengguna jasa serta bagaimna pelanggan memperoleh jasa tersebut Kotler, 2003; Goonroos 2000. Citra pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun, hal ini terindikasi dengan tingginya minat masyarakat berobat ke luar negeri. Kecenderungan masyarakat berobat ke luar negeri secara umum disebabkan faktor fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan telah memenuhi harapan pasien. Pada tahun 2004, sekitar 5.000 pasien berobat ke luar negeri. Rata-rata pasien yang berobat ke Malaysia dan Singapura berasal dari Jakarta, Medan, Riau dan Aceh Purba, 2006. Pemanfaatan fasilitas kesehatan rumah sakit di Indonesia hingga saat ini nampaknya masih belum optimal. Berdasarkan data statistik jumlah penduduk yang berobat jalan dengan menggunakan fasilitas rumah sakit hanya 7,1 . Jumlah ini masaih jauh dibawah puskesmas dan puskesmas pembantu yang mencapai angka 33,4 maupun praktek dokter mencapai 27,5 . Disamping itu kategori lain seperti BOR Bed Occupancy Rate atau persentase yang menunjukan rata-rata tempat tidur yang dipakai setiap harinya, yang ada selama ini masih berada dibawah standart yang seharusnya dicapai. Tingkat BOR yang dicapai oleh rumah sakit umum yang ada di Indonesia sekarang ini masih berada dikisaran 50 Depkes, 2005 dikutip oleh Widaryanto, 2005. Padahal standar yang harus dicapai adalah 60 – 85 . Nilai standar ini dihasilkan dari perbandingan antara jumlah pasien yang menginap dengan jumlah operasional rumah sakit secara keseluruhan. Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien merupakan rumah sakit yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan merupakan rumah sakit rujukan untuk daerah Aceh Barat – selatan. Tipe Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien adalah Tipe C. Unit Rawat Inap merupakan salah satu unit usaha pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh terdiri dari ruang inap kelas III, ruang inap dan ruang inap kels utama. Berdasarkan prinsip departementalisasi menurut Hartanto 1991 dikutip oleh Mulyono 2002, rumah sakit sebagai unit usaha dibagi menjadi pusat-pusat biaya produktif, salah satunya unit rawat inap. Adapun penilaian rumah sakit, secara umum menggunakan indikator-indikator BOR Bed Occupancy Rate atau persentase tempat tidur digunakan, ALOS Average Length of stay atau rata-rata lama dirawat, TOI Turn Over Interval atau interval penggunaan tempat tidur, BTO Bed Trun Over atau frekuensi penggunaan tempat tidur Depkes RI, 2005 dikutip oleh Widaryanto, 2005. Adapun gambaran mengenai indikator-indikator tersebut yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Gambaran Indikator Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Diihat dari Nilai BOR, LOS, BTO dan TOI Tahun 2006 sd 2011 Indikator Tahun Standar Depkes 2006 2007 2008 2009 2010 2011 BOR 75 68 60 60 53 64 60-85 LOS hari 4 3 3 3 3 4 6-9 BTO kali 68 78 78 67 57 57 40-50 TOI hari 2 1 2 2 3 2 1-3 Sumber: Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh dibandingkan indikator standar, dapat ditarik kesimpulan mutu pelayanan belum memenuhi indikator ideal. Dari hasil survey pendahuluan munculnya keluhan-keluhan dari pasien rawat inap kelas III seperti kurang kenyamanan, minimnya fasilitas, pelayanan yang kurang cepat, dan lain-lain. sehingga perlu diwaspadai oleh pihak manajemen rumah sakit. Ada kemungkinan bahwa hal-hal diatas dikarenakan pelayanan rawat inap kelas III di Rumah sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh belum seperti yang diharapkan pengguna jasa pelayanan kesehatan pasien rawat inap dan bisa jadi pasien tidak merasa puas atas pelayanan kesehatan yang diterima, karena pelayanan yang diberikan berbeda antara kelas utama dan kelas VIP. Atas dasar uraian di atas, perlu kiranya dilakukan kajian untuk mengetahui peran statistik khususnya Path Analysis untuk melihat pengaruh kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality terhadap kepuasan pasien dan citra rawat inap kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana hasil penerapan Path Analysis untuk melihat besarnya pengaruh kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality terhadap kepuasan pasien dan citra rawat inap kelas III di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menerapkan Path Analysis untuk melihat besarnya pengaruh kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality terhadap kepuasan pasien dan citra pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality terhadap kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012 baik secara simultan maupun secara parsial. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality dan kepuasan pasien terhadap citra rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012 baik secara simultan maupun secara parsial. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tidak langsung antara kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality terhadap citra melalui kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012. 4. Untuk mengetahui pengaruh total antara kualitas pelayanan Technical quality dan Functional quality dan kepuasan pasien terhadap citra rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

1.4 Manfaat Penelitian