IncomeREDDHL Model Dynamic of Forest and Land Use Change and Carbon Trade Scenario in Jambi.
ABSTRACT
LUTFY ABDULAH. Model Dynamic of Forest and Land Use Change and Carbon Trade Scenario in Jambi. Under Direction of HERRY PURNOMO and
DODIK RIDHO NURROCHMAT.
The rate of deforestation and forest degradation in the sector of LULUCF Land Use, Land Use Change and Forestry continues to increase along with the increase
in land and forest products. In 2009, the release of forest area in Jambi province reached 77,216 hectares, land use 344,305 hectares, and forest area exchange
80,861 hectares. The importance of non-forestry sector development has resulted in the decrease in forested areas deforestation and the cover of forested areas
forest degradation. The rate of deforestation in Jambi reached 165,665 hectares, in which 39.75 occurred in West Tanjung Jabung Regency. The use of forest
area for non-forestry sector development is set out in the national development policy. The policy changes bring about the changes in the interaction of forest
stakeholders to the forest areas. To reduce the rates of deforestation and forest degradation, the government has used REDD + scheme. One scenario in REDD+
scheme is with a moratorium on the use of forest areas. Projected deforestation and forest degradation can be done through dynamic system when a moratorium
on forest area utilization is conducted on the intensity of 30, 50 and 70 out of the forest area use permit in BAU. The implementation of a moratorium can
decrease deforestation and degradation about 9 -43. Implementation of a moratorium of forest area use permit in REDD+ scheme does not provide a very
large income. The income of REDD + is only about 0.76 to 1.35 billion USD in every 5-year contract, much lower compared to BAU income of Jambi which
reaches USD 678,912 per year and it may threaten 1,290,854 employment opportunities for people.
Key word: deforestation, degradation, income REDD+, stakeholder interaction
RINGKASAN
LUTFY ABDULAH. Model Dinamika Perubahan Hutan dan Lahan dan Skenario Perdagangan Karbon di Provinsi Jambi. Dibimbing oleh HERRY PURNOMO and
DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Emisi gas rumah kaca sejak tahun 1970 hingga tahun 2004, terus meningkat sampai 70 dan diantaranya terjadi peningkatan sebanyak 24 selama periode
tahun 1990 hingga 2004. Menurut FAO 2010, cadangan karbon pada biomasa hutan Indonesia tahun 1990 sebesar 16.335 juta ton, tahun 2000 sebesar 15.182
juta ton, tahun 2005 sebesar 14.299 juta ton, tahun 2010 sebesar 13.017 juta ton. Cadangan karbon biomasa hutan Indonesia per hektar 2010 mencapai 138 juta
tonhektar. Deforestasi hutan Indonesia berdampak pada penurunan PDB Product Domestic Bruto
kehutanan terhadap PDB Indonesia. Tahun 1997 proporsi PDB Kehutanan terhadap PDB Indonesia mencapai 1.56 namun di tahun 2000
menurun menjadi 1,18. Tahun 2008 mencapai 0,81 Kemenhut 2009 dan di triwulan II tahun 2009 hanya menyumbang 0,85 atau Rp. 4.433,3 Milyar
Kemenhut 2010. Penurunan potensi dan perubahan fungsi penggunaan kawasan hutan yang terjadi terus menerus disebabkan oleh perbedaan kepentingan
stakeholder
terhadap kawasan hutan dan mempengaruhi institusi yang mengatur tentang pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Hubungan ini membentuk
suatu sistem yang utuh dan saling mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk menduga laju deforestasi dan degradasi hutan
di provinsi Jambi. Sub tujuan yang ingin dicapai adalah dinamika kebijakan penggunaan kawasan hutan, simulasi interaksi aktor dengan kawasan hutan, nilai
ekonomi REDD+ pada masing-masing fungsi hutan dan kombinasi fungsi kawasan hutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pendugaan deforestasi dan degradasi hutan secara historis dengan bersumber pada data pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Pendugaan laju deforestasi dan
degradasi hutan menggunakan metode IPCC tahun 2006 volume 4.
Terdapat 4 kebijakan utama yang mengatur penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan sektor non-kehutanan, yakni pinjam pakai kawasan hutan,
tukar menukar kawasan hutan, pelepasan kawasan hutan dan alih fungsi. Setiap stakeholder baik itu di pusat maupun di daerah memegang perannya masing-
masing. Setiap stakeholder saling berinterasi dan bergantung satu sama lain. Ketika stakeholder kunci tidak dapat memainkan perannya maka tidak akan ada
perubahan pada penggunaan kawasan tersebut. Isu REDD+ sangat dikenal oleh pengambil keputusan di pemerintah daerah Provinsi Jambi, namun tidak dengan
pimpinan pada level yang rendah dan staf. Hal ini menyulitkan pada komunikasi kebijakan dengan masyarakat.
Luas kawasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 412Kpts-II1999 adalah 2.179.440 hektar atau 42,73 luas daratan yang
telah mengalami deforestasi mencapai 45.571 hektartahun. Luas kawasan hutan lindung mencapai 191.130 hektar terdeforestasi mencapai 3.140 hektartahun,
kawasan hutan produksi 1.312.190 hektar mengalami deforestasi mencapai 34.147 hektartahun. Luas hutan konservasi mencapai 676.130 hektar mengalami
deforestasi mencapai 5.942 hektartahun.