4 Manfaat Penelitian Model Dynamic of Forest and Land Use Change and Carbon Trade Scenario in Jambi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pendugaan Karbon Pada Perubahan Penggunaan Lahan

Metode pendugaan karbon tersimpan pada berbagai jenis penggunaan lahan adalah hal penting dalam menduga besarnya perubahan cadangan karbon ketika terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya dari areal berhutan menjadi kebun atau sebaliknya dari tanah kosong menjadi areal bertutupan vegetasi hutan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menduga simpanan karbon pada setiap jenis lahan diantaranya dilakukan oleh Rahayu et al 2005 dan Agus et al 2009. IPCC 2006 memberikan pedoman pendugaan cadangan karbon pada areal berhutan, pemukiman, lahan pertanian, padang rumput dan bentuk penggunaan lahan lainnya yang didasarkan pada penelitian-penelitian yang dilakukan di beberapa negara. Karbon merupakan fungsi dari biomasa pohon. Biomasa merupakan fungsi dari volume yang dibentuk dari dimensi tinggi dan diameter. Pertambahan dimensi tinggi dan diameter terbentuk karena adanya proses fotosintesis yang mengubah CO 2 dan H 2 O menjadi selulosa. Besarnya kandungan karbon dapat menduga besarnya serapan CO 2 untuk keperluan fotosintesis yakni sebesar nilai karbon dikalikan dengan berat molekul CO 2 yakni sebesar 4412 yang dinyatakan dengan satuan tonha Aminudin 2008. Kandungan karbon dalam biomasa diasumsikan sebesar 50 dari nilai biomasa Brown 1997. Penelitian lain menemukan bahwa angka konversi biomasa ke nilai kandungan karbon tidak mencapai 50 atau hanya mencapai 10 atau kurang dari 50. Kesalahan dalam penggunaan nilai konversi ini akan berakibat pada kesalahan pendugaan cadangan karbon pada satu individu pohon dan suatu hamparan penggunaan lahan Tabel 1. Tabel 1. Nilai Karbon terikat terhadap kandungan biomasa No. Tipe hutanjenis pohon Persen Karbon Terikat Sumber Pustaka 1. Mangrove 19.00 – 47.00 Hilmi 2003 diacu dalam Widyasari 2010 2. Hutan Kerangas, Kalimantan Barat 19.00 – 27.00 Onrizal 2004 3. Acacia mangium, Sumatera Selatan a. Areal Bekas Tebangan b. Areal Bukan Bekas Tebangan 14.70 – 28.80 14.40 – 28.40 Ismail 2005 diacu dalam Widyasari 2010 4. Pohon Puspa, Sumatera Selatan a. Kelas diameter 2 – 10 cm b. Kelas diameter 10 – 20 cm c. Kelas diameter 20 cm 31.53 28.51 33.54 Salim 2005 diacu dalam Widyasari 2010 5. Acacia crassicarpa , Sumatera Selatan a. Umur 2 tahun b. Umur 4 tahun c. Umur 6 tahun 15.21 18.69 17.63 Limbong 2009 diacu dalam Widyasari 2010 6. Hutan Gambut bekas tebangan Sumatera Selatan 13.7 – 22.99 Novita 2010 7. Hutan gambut bekas terbakar a. Kelas diameter 2-10 cm b. Kelas diameter 10-20 cm c. Kelas diameter 20 cm 17.7 16.83 16.99 Widyasari 2010 Tabel di atas menunjukan bahwa presentasi karbon terikat pada biomasa pohon tidak merupakan setengah dari biomasa pohon sebagaimana disampaikan oleh Brown. Hal ini sangat mempengaruhi pendugaan nilai karbon pada suatu jenis peruntukan lahan. Widyasari 2010 menyebutkan bahwa perbedaan pendugaan karbon terikat pada biomasa dengan hasil penelitian Brown 1997 karena Brown 1997 tidak menggunakan pendekatan perhitungan kadar abu seperti penelitian yang dilakukan sebagaimana tabel di atas. Hygreen dan Bowyer 1993 diacu dalam Aminudin 2008, sepotong kayu terdiri atas 49 unsur C, 6 unsur H dan 44 unsur O serta 0.1 abu. Kandungan biomasa di pohon berbeda-beda. Biomasa terbesar sekitar 68,08-82,28 terdapat di batang, di daun terdapat 4,17-14,44, di ranting terdapat 6,16-10,32 serta 7,15-7,45 terdapat di cabang Widyasari 2010.