Hutan Tanaman Industri HTI
                                                                                Deforestasi pada hutan tetap Provinsi Jambi mencapai 34.787,5 hektar dan terluas  berada  pada  hutan  produksi  tetap  yang  mencapai  28.158,6  hektar  atau
sekitar  81  dengan  laju  rata-rata  tahunan  mencapai  9.386,2  hektar.  Bila  hal  ini terus berlangsung dalam kerangka BAU maka diperkirakan bahwa sampai dengan
2020 nanti hutan akan terdegradasi mencapai 162.341 hektar dengan asumsi laju deforestasi rata-rata tahunan mencapai 11.596 hektar.
Dari  tabel  di  atas  terlihat  bahwa  kerusakan  hutan  terbesar  berada  di  hutan sekunder dan ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh pada Dinas Kehutanan
Provinsi Jambi bahwa perilaku merubah dan mengkonversikan hutan terjadi pada areal  bekas  tebangan  HPH  yang  kemudian  di  jatah  sisa  kayunya  dan  lahannya
ditanami  kelapa  sawit,  kopi  dan  karet.  Kecenderungan  yang  masih  akan  terus berlangsung mengingat tingginya harga karet dan kelapa sawit serta tidak adanya
alokasi  lahan  untuk  pembangunan  di  luar  sektor  kehutanan  dalam  hal  ini  hutan produksi  yang dapat dikonversi HPK. Adapun sebaran spasial deforestasi hutan
Jambi disajikan ada Gambar 14.
Gambar 14. Peta deforestasi periode tahun 2003 – 2006 di provinsi Jambi Kemenhut 2008
Dari  gambar  tersebut  terlihat  bahwa  sebaran  poligon  yang  menunjukkan areal  terdegradasi  terbesar  berada  di  daerah  kabupaten  Tanjung  Jabung  Barat,
Tanjung  Jabung  Timur  dan  Kabupaten  Tebo.  Deforestasi  yang  terjadi  di Kabupaten  Tanjung  Jabung  Barat  mencapai  539.672,97  hektar.  Adapun  rincian
deforestasi menurut kabupaten di provinsi Jambi disajikan pada Tabel 17. Tabel 17.   Laju deforestasi menurut Kabupaten di Provinsi Jambi Periode tahun
2003 – 2006
No. Kabupaten
Deforestasi Ha
Rata-rata deforestasi tahunan
Hathn Laju
deforestasi tahunan
thn 1.
Batanghari 26.266
8.755 15,85
2. Bungo
4.151 1.384
2,51 3.
Kerinci 2.138
713 1,29
4. Merangin
995 332
0,60 5.
Muaro Jambi 21.377
7.126 12,90
6. Sarolangun
5.471 1.824
3,30 7.
Tanjung Jabung Barat 65.851
21.950 39,75
8. Tanjung Jabung Timur
14.242 4.747
8,60 JUMLAH
165.665 55.222
100
Sumber: Peta deforestasi Kemenhut 2008 dan Peta Administrasi ICRAF 2010 diolah
Dari  tabel  di  atas,  terlihat  bahwa  resiko  deforestasi  tertinggi  berada  di Kabupaten  Tanjung  Jabung  Barat  yang  mencapai  39,75  per  tahunnya.
Artinya  dalam  1  satuan  luas  lahan  tiap  tahunnya  berpeluang  untuk  dikonversi menjadi  areal  bukan  hutan  mencapai  40.  Tentunya  perlu  adanya  tindakan
manajemen  yang  tepat  untuk  menanggulangi  gejala  pengrusakan  dan  ini  butuh sinergi  dari  berbagai  pihak  dalam  pemanfaatan  hutan  dan  lahan  di  Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Hasil  pendugaan  deforestasi  dan  degradasi  hutan  di  Jambi  juga  dilakukan
oleh  ICRAF  pada  tahun  2010  dengan  membandingkan  kondisi  tutupan  lahan  di Provinsi Jambi. Adapun hasil penelitian tersebut dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Cadangan Karbon pada tahun 1990 ICRAF 2010
Gambar 16. Cadangan Karbon pada tahun 2000 ICRAF 2010
Gambar 17. Cadangan Karbon pada tahun 2005 ICRAF 2010
Dari  set  gambar  di  atas,  terlihat  bahwa  di  tahun  1990,  cadangan  karbon sebesar 1000 – 100.000 tonha dan lebih dari 1.000.000 tonha tersebar merata dan
hanya  sedikit  sekali  cadangan  karbon  yang  kurang  dari    7,5  –  10  tonha. Sebaliknya  terjadi pada kondisi tahun 2000 dan di tahun 2005 sebaran cadangan
karbon  lebih  dari  1000  tonha  semakin  sedikit  dan  sebaliknya  didominasi  oleh cadangan karbon kurang dari 7,5 – 10 tonha. Sisa cadangan karbon  yang ada di
tahun 2005 hanya terdapat di daerah gambut dan taman nasional Kerinci Seblat. Perubahan cadangan karbon yang sangat signifikan ini menunjukkan bahwa
neraca  potensi  tegakan  hutan  di  Jambi  terus  menurun.  Penurunan  tersebut disebabkan  oleh  beberapa  hal  sebagai  driven  deforestation  factor  seperti  HPH,
HTI,  Perkebunan,  Transmigrasi,  Pertambangan  dan  ijin-ijin  lainnya  untuk keperluan  pembangunan  sektor  non-kehutanan  serta  bentuk  pembukaan  lahan
dengan  sistem  tebas  dan  bakar.  Pendugaan  perubahan  cadangan  karbon  di  atas didasarkan  pada  perubahan  penggunaan  lahan  di  Provinsi  Jambi.  ICRAF  2010
menunjukkan  perubahan  penggunaan  lahan  pada  tiga  periode  waktu  sebagai berikut.
                                            
                