Pada Gambar 24 terdapat pola jalur pemasaran yang panjang yaitu berawal dari nelayan yang menjual hasil tangkapannya melalui TPI dengan cara dilelang. Setelah
itu, ikan dijual ke agen dan dijual kembali melalui pedagang besar. Selanjutnya, dari pedagang besar ikan-ikan disalurkan melalui pedagang kecil dan langsung dipasarkan
ke konsumen. Pola jalur pemasaran tersebut disebut panjang karena strategi penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen memiliki tiga perantara
atau lebih Kotler, 1993. Jalur pemasaran yang ada di PPI Cituis sama halnya dengan jalur pemasaran di PPI Muara Angke, yang memiliki 3 jalur pemasaran yaitu
saluran nol tingkat, saluran dua tingkat dan tiga tingkat Malik, 2006. Ikan yang dijual melalui pelelangan ikan selanjutnya didistribusikan ke daerah
tujuan pemasaran. Daerah tujuan pemasaran ikan di PPI Cituis meliputi wilayah Tangerang dan Banten. Sebagian hasil tangkapan juga dipasarkan ke agen-agen yang
lokasinya dekat dengan Tempat Pelelangan Ikan. Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan rangkaian pedagang yang
menyalurkan barang-barangnya dari produsen ke konsumen melalui jual beli. Jalur pemasaran yang terbentuk akan mempengaruhi harga sesuai dengan banyaknya
perantara yang dilewati. Saluran pemasaran ikan segar yang terjadi di PPI Cituis terdiri dari saluran nol tingkat, dua tingkat dan tiga tingkat. Harga jual rata-rata ikan
kurisi pada tahun 2008 ditingkat nelayan Rp6.000,00 per kg, pada tingkat bakul Rp8.000,00 per kg, pada tingkat pengumpulagen Rp8.500,00 per kg, pada tingkat
pedagang besar Rp8.700,00 per kg, dan pada tingkat pengecer Rp10.700,00 per kg. Berdasarkan keuntungan yang diterima, tertinggi terdapat pada tingkat pedagang
pengecer dan terendah pada tingkat pedagang besar. Secara keseluruhan harga jual ikan kurisi tertinggi terjadi pada pedagang pengecer yang berada pada saluran tingkat
tiga dan terendah pada saluran tingkat nol.
6 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI IKAN OLAHAN PPI CITUIS
6.1 Ikan olahan
Pelabuhan perikanan merupakan pusat kegiatan perikanan yang dapat merangsang timbulnya industri perikanan didalamnya. Industri pengolahan ikan
adalah suatu aktivitas penanganan dan pengolahan lebih lanjut dari hasil tangkapan yang didaratkan, sehingga memiliki nilai tambah dengan menjadikan bahan baku
mentah menjadi produk olahan Irzal dan Wawan, 2006 . Banyak jenis ikan olahan yang dipasarkan antara lain pembekuan, pengasinan dan pemindangan. Cituis
merupakan salah satu PPI yang memproduksi ikan olahan namun jenis produk olahan hanya merupakan ikan asin. Ikan asin adalah ikan yang diawetkan dengan
menambahkan banyak garam. Ketersediaan garam berpengaruh langsung kepada industri pengolahan ikan asin. Hal ini dikarenakan garam adalah sebagai salah satu
bahan utama untuk proses pengolahan ikan asin dan yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Menurut Hanafiah dan Saefuddin 2006, garam merupakan bahan pengawet
pokok yang digunakan dalam pengolahan pengasinan, sehingga penyediaan garam untuk pengolah ikan merupakan suatu keharusan.
Dengan metode pengawetan ini, ikan dapat disimpan pada suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ada pun tujuan
utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang
mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan ikan Afrianto dan Liviawaty, 1989.
Proses produksi ikan asin di PPI Cituis yang dilakukan oleh perajin masih dilakukan secara tradisional mulai dari proses pengolahan sampai pengeringannya.
Sampai saat ini proses produksi ikan asin masih tergantung pada alam. Hasil produksi ikan asin didistribusikan ke konsumen baik ke Tangerang maupun ke luar Tangerang.
Proses pembuatan ikan asin belahan dapat dilihat pada Gambar 25.
Pembelahan Ikan dibelah dan dibersihkan jeroannya
Pencucian
Perendaman Larutan air garam+es sekitar satu setengah hari
Penjemuran
Sumber: KUD Mina Samudera PPI Cituis, 2008
Gambar 25 Skema proses pembuatan ikan asin belahan di PPI Cituis.
6.1.1 Volume dan nilai produksi ikan olahan
Perkembangan volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPI
Cituis pada periode 2004-2007 ditunjukkan pada Tabel 16. Pada Tabel 16
menunjukkan kenaikan pertumbuhan volume ikan asin rata-rata per tahun sebesar 0,44 dengan jumlah rata-rata sebesar 1.749,5 ton. Kenaikan jumlah volume
produksi disebabkan karena jumlah kapal yang beroperasi untuk menghasilkan bahan baku ikan olahan terutama kapal dengan alat tangkap pancing ulur sangat banyak dan
kebutuhan bahan baku untuk pembuatan ikan asin meningkat. Tabel 16 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan asin di PPI Cituis, 2005-
2007
Produksi Nilai Produksi
Tahun Volume
ton Pertumbuhan per
tahun Nilai juta
rupiah Pertumbuhan per
tahun
2005 1.750,7 -
1.955,3 -
2006 1.732,0
-1,07 1.936,6
-0.96 2007 1.765,8
1,95 1.959,5
1,18
Sumber :TPI PPI Cituis, 2008