21 a.  Pembelajaran  kooperatif  menyebabkan  unsur-unsur  psikologis  siswa  menjadi
terangsang  dan  menjadi  lebih  aktif.  Hal  ini  disebabkan  oleh  adanya  rasa kebersamaan  dalam  kelompok,  sehingga  mereka  dengan  mudah  dapat
berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana. b.  Pada  saat  diskusi,  fungsi  ingatan  dari  siswa  menjadi  lebih  aktif,  lebih
bersemangat, dan berani mengemukakan pendapat. c.  Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat,
dan lebih termotivasi. d.  Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kecakapan individu maupun
kelompok  dalam  memecahkan  masalah,  meningkatkan  komitmen,  dapat menghilangkan  prasangka  buruk  terhadap  teman  sebayanya  dan  siswa
berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam.
e.  Pembelajaran  kooperatif  dapat  menimbulkan  motivasi  sosial  siswa  karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.
Berdasarkan  pendapat  di  atas,  kelebihan  pembelajaran  kooperatif  adalah meningkatkan  motivasi,  daya  ingat,  keterampilan  sosial,  dan  interaksi  siswa.
Kelebihan  pembelajaran  kooperatif  ini  tidak  hanya  untuk  pembelajaran  dan kegiatan  di  sekolah  saja,  tetapi  juga  dapat  digunakan  siswa  di  luar  sekolah.
Sehingga  siswa  diharapkan  dapat  sukses  di  sekolah  maupun  di  lingkungan masyarakat.
6. Tim Ahli atau Jigsaw
22 Jigsaw  dikembangkan  dan  diuji  coba  oleh  Elliot  Aroson  dan  teman-teman
dari Universitas Texas. Aktivitas jigsaw mendorong siswa untuk terbiasa  berpikir dari bagian-bagian menuju ke pemikiran yang bersifat holistik, melihat keterpaduan
antar bagian yang membentuk subjek bahan ajar secara utuh. Guru sebagai fasilitator mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang
yang cukup bagi gerak atau perpindahan para siswa selama interaksi pembelajaran berlangsung. Namun jigsaw tidak membatasi pembelajaran harus dilaksanakan di
kelas.  Jika  memang  memungkinkan  dan  efektif  dilaksanakan  di  luar  kelas  maka guru dapat melaksanakan di luar kelas.
Ada  beberapa  pengembangan  tipe  jigsaw.  Jigsaw  menurut  Elliot  Aroson adalah  jigsaw  tipe  I.  Sedangkan  jigsaw  tipe  II  dikembangkan  oleh  Slavin  Roy
Killen  dalam  Trianto,  2013:  124  dengan  sedikit  perbedaan.  Dalam  belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam
kemampuan.  Siswa  diberi  materi  yang  baru  atau  pendalaman  dari  materi sebelumnya  untuk  dipelajari.  Masing-masing  anggota  kelompok  secara  acak
ditugaskan  untuk  menjadi  ahli  expert  pada  suatu  aspek  tertentu  dari  materi tersebut.  S
etelah  membaca  dan  mempelajari  materi,  “ahli”  darikelompok  yang berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok yang lain
sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok  semula  untuk  mengajarkan  topik  yang  mereka  kuasai  kepada  teman
sekelompoknya.Terakhir diberikan tes atau asesmen yang lain kepada semua topik yang diberikan.
23 Model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin 2005:
14. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran jigsaw tipe I dan jigsaw tipe II, jika  pada  tipe  I,  awalnya  siswa  hanya  belajar  konsep  mengenai  apa  yang  akan
menjadi  spesialisnya  saja,  namun  pada  jigsaw  tipe  II,  siswa  memperoleh kesempatan  untuk  belajar  keseluruhan  konsep  sebelum  ia  mempelajari  apa  yang
akan  menjadi  spesialisnya.  Hal  ini  dilakukan  untuk  memperoleh  gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Sintaks atau cara kerja jigsaw menurut Elliot Aroson dalam Warsono, 2012: 195 adalah sebagai berikut:
a.  Seluruh siswa dalam kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok beranggotakan sekitar  lima  orang    Spencer  Kagan  dalam  hal  ini  mengikut  saja  dan  tidak
berpendapat sendiri sehingga ia juga menyarankan 5 orang, sedangkan Laura Candler berdasarkan hasil penelitiannya, serta banyak ahli yang lain menyukai
terdiri dari 4 orang saja.
b.  Tunjuk salah seorang siswa dari setiap kelompok sebagai pemimpin. c.  Bagi-bagilah materi pelajaran menjadi sejumlah segmen sesuai dengan jumlah
siswa dalam kelompok. d.  Tugasilah setiap siswa dalam setiap kelompok untuk mempelajari hanya satu
bagiansegmen  saja  dari  meteri  tersebut.  Jadi  jika  ada  empat  orang  di  setiap kelompok, maka ada 4 orang yang masing-masing mempelajari bagian-bagian
yang berbeda.
e.  Kemudian  setiap  siswa  dalam  kelompok  dikumpulkan  dalam  kelompok  tim ahli.  Setiap  kelompok tim  ahli  beranggotakan  siswa  dari  berbagai  kelompok
dengan tugas mempelajari segmen yang sama. Sebaiknya siswa yang dikirim dalam  kelompok  tim  ahli  adalah  rekan  mereka  yang  kompeten  dan  cepat
belajar.
f. Para  kelompok  tim  ahli  expert  tersebut  kemudian  berdiskusi  membahas
masalah yang sama. g.  Kelompok  tim  ahli  kemudian  pulang  kembali  ke  kelompok  asalnya  masing-
masing. h.  Setiap  anggota  tim  ahli  menjelaskan  hasil  diskusi  dalam  kelompok  tim  ahli
yang didatanginya atas nama kelompok tadi kepada para anggota kelompoknya yang lain.
i. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk memantau
diskusi, misal jika ada siswa yang terlalu dominan atau bersifat mengganggu dan sebagainya.
24 j.
Terakhir  guru  memberikan  kuis  untuk  menilai  keterlibatan  dan  kecakapan individual.
Langkah-langkah  atau  sintaks  pembelajaran  dengan  jigsaw  menurut  Slavin 2005: 14 adalah sebagai berikut:
a.  Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan
penekanan  tentang  manfaat  penggunaan  metode  jigsaw  dalam  proses  belajar mengangar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model
pembelajaran  ini.  Peserta  didik  diminta  belajar  konsep  secara  keseluruhan  untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. Bisa juga pemahaman konsep ini
menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah. b.  Pengelompokan
Misalnya  dalam  kelas  ada  20  siswa,  yang  kita  tahu  kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking siswa tidak perlu tahu, kita bagi  menjadi:
25 kelompok sangat baik ranking 1-5, 25 kelompok baik ranking 6-10, 25 selanjutnya ranking 11-15 kelompok sedang, dan 25 ranking 16-20 kelompok
rendah. Selanjutnya kita akan membaginya menjadi lima grupA-E yang isi tiap- tiap  grupnya  heterogen  dalam  kemampuan  matematika.  Berilah  indeks  1  untuk
siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalnya A
1
berarti grup A dari kelompok sangat baik, A
4
merupakan grup A dari kelompok rendah. Tiap grup akan berisi:
Grup A {A
1
, A
2
, A
3
, A
4
} Grup B
{B
1
, B
2
, B
3
, B
4
}
25 Grup C
{C
1
, C
2
, C
3
, C
4
} Grup D
{D
1
, D
2
, D
3
, D
4
} Grup E
{E
1
, E
2
, E
3
, E
4
} c.  Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli
Selanjutnya  grup  itu  dipecah  menjadi  kelompok  yang  akan  mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya menjadi ahli, berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 { A
1,
B
1,
C
1,
D
1
, E
1
} Kelompok 2 { A
2,
B
2,
C
2,
D
2
, E
2
} Kelompok 3 { A
3,
B
3,
C
3,
D
3
, E
3
} Kelompok 4 { A
4,
B
4,
C
4,
D
4
, E
4
} Tiap  kelompok  ini  diberi  konsep  matematika  transformasi  sesuai  dengan
kemampuannya.  Kelompok  1  yang  yang  terdiri  dari  siswa  yang  sangat  baik kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks worksheet 1 pencerminan pada
garis  y  =  x,  y  =  -x,  garis  x  =  h,  y  =  h  dan  pencerminan  pada  sumbu  koordinat. Kelompok  2  diberi  materi  worksheet  2  translasi  pada  koordinat  kartesius  dan
gabungan  dua  translasi.  Kelompok  3  diberi  materi  worksheet  3  menyatakan translasi dalam vektor kolom dan kelompok 4 pencerminan pada sumbu x, pada
sumbu y, sifat-sifat pencerminan. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grub sebagai
tim ahli expert, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini. d.  Diskusi pemaparan kelompok ahli dalam grup
Expertist  peserta  didik  ahli  dalam  konsep  tertentu  ini,  masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup memiliki ahli dalam konsep
26 tertentu worksheet 1-4. Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota grup untuk
mempresentasikan  keahliannya  kepada  grupnya  masing-masing,  satu  per  satu. Proses  ini  diharapkan  akan  terjadi  sharing  pengetahuan  antara  mereka.  Aturan
dalam fase ini adalah: 1  Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim
mempelajari materi yang diberikan. 2  Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada
yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep. 3  Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik.
4  Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain. 5
Akhiri diskusi dengan “merayakan” agar memperoleh kepuasan. e.  Tes Penilaian
Pada  fase  ini  guru  memberikan  tes  tulis  untuk  dikerjakan  oleh  siswa  yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan
untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan. f.
Pengakuan kelompok Penilaian  pada  pembelajaran  kooperatif  berdasarkan  skor  peningkatan
individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa. Tetapi berdasarkan pada  seberapa  jauh  skor  itu  melampaui  rata-rata  skor  sebelumnya.  Setiap  siswa
dapat  memberikan  kontribusi  poin  maksimum  pada  kelompoknya  dalam  sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor
kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
27 Pada  dasarnya  cara  kerja  yang  di  kembangkan  oleh  Elliot  Aroson  sama
dengan cara kerja  yang dikembangkan oleh Robert  Slavin. Perbedaan dari kedua tipe  ini  terletak  pada  penilaian  akhirnya.  Dimana  pada  jigsaw  tipe  II  ini  skor
individu digabungkan dengan skor tim sebagi hasil akhir. Sedangkan pada jigsaw tipe I nilai akhir diperoleh melalui skor kuis individu saja.
Secara umum, pembelajaran jigsaw dimulai dari siswa di dalam kelas dibagi menjadi kelompok kecil. Setap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa, kelompok
ini disebut kelompok asal. Guru membagi materi menjadi 4 subbab. Kemudian guru membagikan  subbab  tersebut  kepada  setiap  siswa  dalam  kelompok.  Siswa  yang
mendapatkan subbab yang sama berkumpul membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli  bertugas  untuk  mendiskusikan  materi  yang  mereka  dapatkan.  Setelah
kelompok  ahli  selesai  berdiskusi  siswa  kembali  ke  kelompok  asal.  Setiap  siswa dalam  kelompok  asal  bertugas  untuk  menyampaikan  hasil  disukusinya  pada
kelompok  ahli  kepada  teman-teman  dalam  kelompok  asal.  Guru  memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui sebarapa besar pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajari.
7. Kelebihan Jigsaw