citra lembagaorganisasi atau produk barang dan jasa pelayanannya yang diwakili oleh pihak HumasPR. B
iasanya landasan citra itu berakar dari ”nilai-nilai kepercayaan” yang kongkretnya diberikan secara individual dan merupakan
pandangan atau persepsi. Proses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh individu-individu tersebut akan mengalami suatu opini publik yang
lebih luas dan abstrak, yaitu sering dinamakan citra image. Kesimpulan mengenai citra dari suatu lembgaorganisasi dan bentuk pelayanan
jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas Public Relations dalam sistem informasi terbuka dari bentuk kualitas jasa pelayanan yang telah
diberikan, nilai kepercayaan dan merupakan ”amanah” dari publiknya, serta goodwill
kemauan baik
yang ditampilkan
oleh lembagaperusahaan
bersangkutan.
2. Macam-macam Citra PerusahaanLembaga
Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, ia menerangkan ada beberapa macam citra image yang dikenal di dunia aktivitas hubungan
masyarakat public relations,
3
dan dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai berikut:
a. Citra Bayangan
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang
organisasinya. b.
Citra yang berlaku Adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar
mengenai suatu organisasi. c.
Citra yang diharapkan Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
3
Frank Jefkins, Public Relations, Alih Bahasa: Haris Munandar, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992, h. 17-19
d. Citra Perusahaan
Citra perusahaan atau lembaga adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya.
e. Citra Majemuk
Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga, secara sengaja atau tidak sengaja atau tidak dan sadar
atau tidak, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jumlah citra
yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya.
M. Linggar Anggoro, kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku current image yang bersifat negatif dan positif. Sebelumnya juga
sudah disebutkan bahwa citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas
kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seyogianya ”dipoles agar lebih indah dari warna aslinya, karena hal itu justru dapat mengacaukannya. Suatu
citra yang sesungguhnya bisa dimunculkan kapan saja, termasuk di tengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk.
4
Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau
suatu perilaku yang keliru. Pemolesan citra yang tidak sesuai dengan fakta yang ada pada dasarnya tidak
sesuai dengan hakikat humas itu sendiri. Kalangan manajemen dan pemasaran yakni mereka yang sering membeli dan menyalahgunakan humas sehingga
merusak nama baik, dunia kehumasan acap kali memiliki suatu pemikiran yang keliru bahwasannya pemolesan citra itu merupakan suatu usaha yang sah-sah saja.
Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan. Dalam rangka menegakkan kredibilitas humas maka segala macam usaha pemolesan citra harus dihindari.
4
M. Linggar Anggoro, Teori Profesi Kehumasan: Serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h. 69