BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dari menurunnya angka kesakitan, angka kematian bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup
UHH. Pada tahun 1983 UHH sebesar 58 tahun dan tahun 1988 meningkat menjadi 63 tahun. Proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1980 sebesar
7,7 dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37 dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12, serta UHH
meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua
aging populatio
Depkes, 2003. Menurut WHO 1990, tiga penyebab kematian utama yaitu penyakit jantung
koroner, diare dan stroke, dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Pada tahun 2000 di laporkan 61 penyebab kematian kematian adalah akibat penyakit tidak
menular dan 39 akibat penyakit menular serta penyakit lainnya. Saat ini perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat, karena semakin
meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Pada tahun 1998, WHO melaporkan 60 kematian dan 43 kasus penyakit di dunia disebabkan oleh penyakit
tidak menular, dan diperkirakan pada tahun 2020 kematian ini akan meningkat menjadi 73 dan kasus penyakit menjadi 60 Pradono, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Stroke merupakan masalah kesehatan yang amat penting di negara maju dan sebagai penyebab kematian, menduduki tempat kedua sesudah serangan jantung.
Sekitar satu dari tiga orang penduduk akan mengalami stroke dan satu dari tujuh penduduk mungkin akan meninggal karena serangan ini. Biaya perawatan stroke
sangatlah besar, di Inggris dan Belanda misalnya, setiap tahun mencapai biaya sebesar ±5 dari seluruh anggaran kesehatan Sjahrir,H., 2003.
Menurut WHO 2003 ,tercatat lebih dari 4,6 juta meninggal di seluruh dunia, dua dari tiga kematian terjadi di negara yang sedang berkembang. Siswono, 2003.
Penelitian Victor dan Rooper 2000 memperkirakan 750.000 orang Amerika menderita stroke dan 160.000 orang diantaranya meninggal setiap tahun. Hal ini juga
terjadi di Colombus. Dari seluruh jumlah ini, berdasarkan statistik, sepertiganya akan mengalami kematian pada bulan pertama semenjak terkena serangan sehingga
menempatkan stroke sebagai penyebab kematian ketiga terbesar pada saat ini di Amerika Serikat Simberg E.F., 1998.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1995, stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia. Data stroke secara akurat dan
lengkap belum ada, namun diperkirakan insiden stroke cenderung meningkat seiring meningkatnya umur harapan hidup dan penyakit yang merupakan faktor resiko stroke
Siregar, F.A, 2005. Menurut hasil penelitian terhadap semua kasus kematian yang ditemukan
dalam SKRT 1995 dan SURKESNAS 2001 bahwa proporsi penyakit sistem sirkulasi
Universitas Sumatera Utara
merupakan urutan pertama dari sepuluh penyebab utama kematian di Indonesia, dimana pada SKRT 1995, proporsi penyakit sistem sirkulasi sebesar 18,9 dan pada
SURKESNAS 2001 sebesar 26,4. Dari hasil SKRT tahun 2001 stroke merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia dengan proporsi 11,5.
Pada tahun 2003, pada pengumpulan data dari 28 rumah sakit di Indonesia di dapat bahwa usia rata-rata pasien stroke adalah 58,8 tahun, 38,8 diantaranya
berumur 65 tahun dan 12,9 terjadi pada usia muda atau produktif yaitu dibawah usia 45 tahun Madiyono, dkk, 2003.
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan
produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan
karena stroke akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa Yastroki, 2009.
Berdasarkan data Klub Stroke di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM tahun 1995 jumlah anggota adalah 30 orang. Namun, pada tahun 2005 jumlah anggota
klub aktif maupun tidak aktif mencapai 504 orang. Beberapa tahun terakhir ada kecenderungan rentang usia orang yang terkena serangan stroke semakin luas
Hamzah, 2006. Berdasarkan penelitian Suyono, dkk., dari data yang sudah diklasifikasikan
bulan Januari-Juni 2002 di instalasi Radiologi Dr. Moewardi Solo didapat 194
Universitas Sumatera Utara
penderita stroke. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu kira-kira 3:2, dengan laki-laki sebanyak 116 pasien 59,79 dan perempuan 78
pasien 40,21. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan obesitas, merokok dan gaya hidup yang dapat menambah kemungkinan terjadi pembekuan darah. Stroke yang
mengancam penderita ada 2 dua jenis yaitu Stroke Iskemik dan Stroke Haemoragik. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pasien stroke iskemik lebih sering dijumpai
dari pada stroke haemoragik. Hal yang sama juga dilaporkan Semekta Subowo pada tahun 2002 yang mengemukakan bahwa sekitar 75 pasien stroke merupakan stroke
iskemik Suyono, dkk., 2003. Stroke menimbulkan permasalah yang kompleks baik dari segi kesehatan,
ekonomi maupun sosial serta membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup pasien.
Dalam pengobatan stroke diharapkan pengobatan yang segera dan semaksimal mungkin karena jaringan saraf sangat rawan terhadap iskemik Harsono, 2000.
Rehabilitasi medik pada penderita di mulai sedini mungkin, semakin dini dimulai semakin besar pengembangan fungsinya, komplikasi dapat dicegah serta
kecacatan lebih lanjut dapat dihindari sehingga penderita dapat mendiri tanpa tergantung pada orang lain Harsono, 2000.
Untuk mencapai hal ini, peranan keluarga sangat penting , karena anggota keluarga sangat mempengaruhi respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
keluarga ikut berperan terhadap keberhasilan dan kegagalan upaya pemulihan
Universitas Sumatera Utara
penderita Harsono, 2000. Dalam penelitian yang dilakukan Irdawati 2009, terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan
penderita stroke itu sendiri. Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke menyebabkan meningkatnya tingkat keparahan, pasien tidak memiliki kemandirian,
terjadi serangan ulang bahkan menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 2.065 orang penderita stroke di 28 rumah
sakit di Indonesia pada bulan Oktober 1996 sd Maret 1997 dengan manajemen stroke yang baik dan peran keluarga yang positif maka lama rawat di rumah sakit dapat lebih
singkat dan kesembuhan pasien dapat tercapai seoptiomal mungkin Yusuf, M., 1999. Dalam penyembuhan stroke sering dijumpai masalah dari segi keluarga antara
lain adalah kurangnya informasi yang diperoleh keluarga tentang stroke, baik bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Menurut ketua Yayasan Stroke Yastroki
laksamana Sudomo, usaha pencegahan stroke masih relatif rendah, kemampuan dan kesiapan khususnya masa akut perawatan dan rehabilitasi pasca stroke masih sangat
terbatas baik perawatan yang dilakukan di rumah sakit, dalam keluarga maupun yang berbasis masyarakat. Demikian pula kepedulian dan perhatian serta apresiasi
masyarakat terhadap insan pasca stroke juga masih kurang, termasuk belum terlaksananya kebijakan terhadap aksesibilitas sarana dan fasilitas umum bagi
penyandang cacat
insability
insan pasca stroke Yastroki, 2009. Keluarga sering menghabiskan waktu, dana untuk tindakan pengobatan yang
belum terbukti khasiatnya dan tiadanya dana untuk biaya pengobatan penderita.
Universitas Sumatera Utara
Banyak pasien stroke yang mengalami depresi. Rasa cemas berlebihan, mudah tersinggung, cepat marah dan rendah diri. Oleh karena itu, sangat diharapkan
dukungan dan kesabaran dari anggota keluarga untuk merawat penderita pasca stroke. Keluarga sering memberi bantuan dan perlindungan yang tidak proporsional
sehingga menghambat pengembalian menuju mandiri dan sebaliknya banyak penderita stroke kurang mendapat perhatian dari keluarga sehingga kesembuhan tidak tercapai.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin meneliti bagaimana gambaran peran keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di
RS St. Elisabeth Medan.
1.2.Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu belum diketahui gambaran perilaku keluarga terhadap
penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor internal jenis kelamin, umur, suku, pendidikan
keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010.
2. Untuk mengetahui faktor eksternal media informasi, petugas kesehatan, fasilitas
kesehatan keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010.
3. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam
upaya rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010. 4.
Untuk mengetahui sikap keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010.
5. Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya
rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010.
1.4.Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya keluarga penderita pasca
stroke dalam proses penyembuhan yang lebih optimal. 2.
Masukan kepada pengelola rumah sakit dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rehabilitasi medik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA