Sejarah Singkat Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Kelas Rumah Sakit : Kelas Madya, Tipe B Status Kepemilikan : Konggraegasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan Alamat : Jalan Haji Misbah No. 7 Kecamatan Maimun, Medan, Sumatra Utara Jumlah Tempat Tidur : 263 Tempat Tidur Telpepon : 061 4144737

4.1.2 Sejarah Singkat Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

Pada tanggal 29 September 1925, 4 empat orang suster Sr. M. Pia, Sr. M. Philota, Sr. M. Gonjaga, Sr. M. Antonette dari Breda negeri Belanda tiba di Medan, dan tinggal di rumah kecil di jalan Wasir, sekarang jalan Kolonel Sugiono No. 8 Medan. Rencana semula keempat suster ini akan membantu melayani orang sakit di Rumah Sakit Pemerintah di Medan. Tetapi, karena tidak diterima akhirnya mereka melayanimerawat orang sakit dan menolong persalinan dari rumah ke rumah. Dengan cara pelayanan demikian tampaknya tidak memenuhi harapan, baik dari pihak suster-suster maupun dari pihak masyarakat yang dilayani. Karena itu dibeli Universitas Sumatera Utara sebuah rumah di Jalan S. Parman. Rumah baru itu di fungsikan menjadi rumah suster dan sebagian dipakai sebagai tempat merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Kendati demikian, pelayanan tetap tidak memadai, maka diputuskan mendirikan sebuah rumah sakit dan pada tanggal 11 Februari 1929 diadakan peletakan batu pertama, kemudian 19 November 1930 rumah sakit diresmikan dan pelayanan berjalan dengan baik. Rumah Sakit tersebut diberi nama “Rumah Sakit Santa Elisabeth”. Rumah sakit mengalami pasang surut yang menyedihkan. Akibat perang yang terjadi, suster-suster terpaksa mengosongkan dan menyerahkan rumah sakit kepada tentara jepang untuk dijadikan markas tentara. Suster-suster tercerai berai, ada yang ditawan di kamp tahanan dan sebagian mengungsi ke jalan Gajah Mada dan ke Berastagi. Pada tanggal 14 Agustus 1945, suster-suster dibebaskan dari kamp tahanan dan di kembalikan ke Medan. Akan tetapi suster-suster tidak dapat kembali ke rumah sakit, sebab rumah sakit telah dikuasai oleh tentara Inggris dan kemudian di ambil alih oleh Badan Kesehatan Pemerintah Belanda yang disebut Dienst Van Volks Gezendheid DVG. Untuk sementara suster-suster pindah ke jalan Imam Bonjol Medan dan tinggal di Rumah Suster di kompleks rumah sakit. Namun rumah sakit belum diserahkan kepada suster-suster, mereka hanya di benarkan melayani di rumah sakit sebagai karyawan. Beberapa tahun kemudian tepatnya tanggal 14 Mei 1950, Dienst Van Volks Gezendheid DVG menyerahkan rumah sakit kepada suster-suster atas kesepakatan Dr. Tengku Mansyur dengan Dr. Steen sebagai pemimpin DVG. Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Pengembangan dan Pengelolaan Rumah Sakit