119
8. Bagaimana pemanfaatan buku sumber rujukan materi pelajaran di Pondok
Pesantren Takwinul Muballighin?
Buku  sudah  lengkap,  tetapi  pemanfaatannya  kurang  maksimal.  Karena  mungkin santri sibuk dan minat  baca kurang. Santri baru  membuka buku kalau ada tugas.
Untuk  menumbuhkan  minat  baca,  pertama  buku-buku  harus  sinkron  dengan pembelajaran.  Kedua  manajemen  perpustakaan  harus  diperbaiki.  Ketiga,  jam
membaca untuk penguat daya minat baca.
9. Bagaimana pemanfaatan alat atau media pembelajaran di Pondok Pesantren
Takwinul Muballighin?
Semua  sudah  berjalan  baik,  LCD  sudah  digunakan.  Ustad  ada  yang  membaca laptop.  Kita  juga  menggunakan  camera  digital  untuk  merekam  latihan  ceramah
santri. Jadi kita dapat mengetahui perkembangan santri dalam berceramah. Untuk ukuran pondok pesantren saya rasa, ini lebih dari cukuplah.
10. Apakah  representatif  keberadaan  perpustakaan  di  Pondok  Pesantren
Takwinul Muballighin?
Untuk keilmuan islam seperti tafsir dan hadist saya rasa sudah lengkap. Tapi jika dikaitkan  dengan  mata  kajian  yang  kita  pelajari  di  pondok,  saya  fikir  perlu
ditambah lagi. Apalagi jika perlu ditata dalam penataan bukunya. Sehingga santri mudah untuk mencari.
Adanya  wifi  saya  lihat  bagus.  Terutama  bisa  menambah  referensi  di internet.  Meskipun  ditakutkan  akan  copy  paste,  itu  perlu  dikontrol.  Yang  jelas
perlu  keseimbangan  referensi  antara  buku  dan  internet.  Karena  tugas  hadist kemarin, referensinya banyak membaca di internet dan kurang membuka buku.
11. Apakah  representatif  lapangan  olah  raga  di  Pondok  Pesantren  Takwinul
Muballighin?
Kalau pengamatan selama ini bagus ya. Kalau sabtu pagi dan minggu bisa untuk bulu tangkis. Harapannya ke depan pondok bisa menyediakan fasilitas tenis meja.
120
VIII. HASIL
WAWANCARA TIDAK
TERSTRUKTUR KEPADA
SANTRI PPTM
Penelitian Manajemen Pembelajaran di Pondok Pesantren Yogyakarta. Nama
: Iffan Al Ghifari Tanggal  : 5 Januari 2013
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat  : Perpustakaan PPTM 1.
Bagaimana  pelaksanaan  kurikulum  pendidikan  di  Pondok  Pesantren Takwinul Muballighin?
Nilai  lebihnya  lebih  banyak  praktik.  Tetapi  ada  proses  take  and  give,  kita  ambil ilmu  dari  ustad  kemudian  kita  berikan  pada  orang  lain.  Selain  itu,  ustad
pengajarnya  pun  bagus  mereka  mengajar  sesuai  dengan  latar  belakang keilmuannya.  Nilai  kurangnya  tegas  dari  pengurusnya,  ketika  memperingatkan
santri yang telat datang latihan ceramah.
Ada relevansinya materi pelajaran dengan tujuan institusi  pendidikan dan tujuan  pendidikan  nasional,  seperti  bahasa  arab,  fikih,  sosiologi  dakwah.
Kekurangannya  kebanyakan  dari  santri,  karena  mereka  tidak  serius,  malas,  dan banyak  kegiatan  di  kampus  dan  melupakan  kegiatan  pendidikan  di  pondok
pesantren.
2. Bagaimana  pelaksanaan  proses  belajar  mengajar  di  Pondok  Pesantren
Takwinul Muballighin?
Materi  yang  diajarkan  sesuai  dengan  kurikulum  dan  tujuan  pondok  pesantren. Kondisinya  yang  tidak  mendukung  justru  datang  dari  santri  yang  menjadikan
pondok  pesantren  TM  sebagai  rumah  singgah  dan  belum  serius  dalam  proses belajar  mengajar.  Menurut  saya,  pondok  pesantren  terlalu  memberikan  over
toleransi  sehingga  berdampak  pada  sikap  santri  yang  tidak  melaksanakan kewajiban. Seharusnya pondok tegas dan disiplin.
3. Bagaimana  program  pengajaran  di  Pondok  Pesantren  Takwinul
Muballighin?
Sudah bagus dilihat dari sistem pengajarannya. Ada face to face untuk bertemu di ruang  kelas,  ada  bakti  sosial,  latihan  ceramah.  Khusus  mata  pelajaran  yang
diajarkan terlalu tinggi, untuk pemula jangan diajarkan kaidah bahasa arab tetapi dasar-dasar atau kosa kata bahasa arab. Kalau lebih banyak aqidah tidak efektif.
4. Bagaimana sistem penyampaian materi  dari  pendidik di  Pondok Pesantren
Takwinul Muballighin?
Sebagian sudah berkompeten mempunyai kapasitas ilmu dan kemampuan retorika penyampaian  materi.  Tetapi  ada  penyampaian  yang  monoton  dan  membuat  tidur
yaitu mata pelajaran aqidah. Mungkin lebih tepat cara penyampaiannya interaktif. Pada  mata  pelajaran  akhlak,  pengajarnya  baru  dan  tidak  sesuai  dengan  latar
belakang keilmuannya sehingga kadang pendidik meresa bingung sendiri di kelas. Karena lebih tepatnya posisinya bukan pengajar.