101 tidak dan modern juga tidak. Dapat dikatakan ya seperti asrama dengan nilai plus
agama saja.
6. Apakah komponen pembelajaran tersedia lengkap?
Kalau dulu saya lebih mengarah pada kata muballigh. Masalahnya karena kita banyak masjid tapi kurang penyampai dakwah. Maka kita perlu da‟i. Sehingga
seleksinya dulu untuk berkhutbah dan berceramah. Makanya dulu semester awal banyak latihan ceramah. Itu orientasi saya dulu untuk mencetak muballigh yang
generalis bukan spesialis, bukan mengurus teknis operasional karena itu sudah ditempa di kampus. Karena idealnya saya dulu, santri itu sudah sarjana sehingga
tidak terbebani teori di kampus. Mencari yang seperti ini berat. Maka syaratnya kita turunkan.
7. Bagaimana evaluasi pembelajaran di Pondok Pesantren Takwinul
Muballighin? Pertama, mengalami disorientasi tujuan pondok. Kedua, kurikulum
yang berubah, terbukti sekarang porsi latihan ceramah hanya satu hari. Tidak seperti dulu sepekan latihan ceramah 2 kali, itu pun plus latihan khutbah. Lebih
ditekankan penguasaan materi praktif seperti kapita selekta. Karena kita tidak mencetak pakar, kita mencipta ibarat muballigh yang menghadapi orang awam.
Bukan orang yang pakar atau mendalam. Ibaratnya objek dakwah yang dihadapi adalah anak TK. Jadi ya mengajarnya cair saja. Kalau anak TK yang mengajar
doktor, itu akan menyulitkan keduanya. Anak TM merasa kesulitan bahasanya, begitupun doktor tidak sabar karena yang dihadapi anak TK.
102
II. HASIL WAWANCARA TIDAK TERSTRUKTUR KEPADA USTAD
PENGELOLA PPTM
Penelitian Manajemen Pembelajaran di Pondok Pesantren Takwinul Muballighin Yogyakarta.
Nama : Dudu Ridwanul Haq
Tanggal : 4 Januari 2013 Waktu
: 05.30-06.30 WIB Tempat : Perpustakaan Takwinul Muballighin
1.
Bagaimana perencanaan pembelajaran di Pondok Pesantren Takwinul Muballighin?
Materi diinventarisir sebelum membagi materi ke setiap semester. Materi dasar diberikan di semester satu seperti aqidah dan fiqh ibadah. Kristologi sebagai
tambahan saja dan penambah semangat serta kesadaran bahwa Islam lebih unggul ketimbang agama lainnya. LSM sebagai tambahan keilmuan saja dari luar agar
tidak jenuh dengan keilmuan dasar. Merumuskannya sesuai dengan perkembangan kemampuan santri yang ada. Ke depan akan dibuat aturan baku
tetapi juga melihat kondisi santri juga. Belum ada konsep kurikulum yang jelas dan detail. Sebenarnya ada bahasa arab di semester 1-4 tetapi kendalanya adalah
pembicaranya. Untuk mengantisipasinya dapat ditambah jamnya, dua kali per pekan. Kalau saya analisa ust. Willy dan ust. Aris belum cocok materinya
diberikan di semester 1. Lebih tepatnya di semester 2-3.
2.
Apakah perumusan silabus sudah sistematis?
Belum ada tertulis yang baku seperti itu. Tetapi dari segi materi sudah dimasukkan dalam buku panduan.
3.
Bagaimana sistematika Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP di Pondok Pesantren Takwinul Muballighin?
Belum secara tertulis diberikan. -
Bagaimana format RPP di PPTM? -
Bagaimana sistematika RPP di PPTM? -
Bagaimana kelengkapan RPP di PPTM? 4.
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di Pondok Pesantren Takwinul Muballighin?
Selama ini berjalan, meskipun kadang kala ustadnya tidak hadir. Padahal sebelum kajian saya sudah mengingatkan, agar jangan sampai kosong.
Kalau kelas dan peralatan hal itu bisa kami lengkapi. Kita termasuk yang sudah lengkap. Problemnya konsep kurikulum yang belum padu.
Ta‟lim dengan sikap dan perkatakan sangat ditekankan. Contohnya seyogianya pengurus dapat
memberikan teladan, seperti sholat, etika pergaulan, dan ketepatan mengikuti kajian. Persentasenya 50 teori dan 50 teladan pengurus. Program yang
berjalan seperti puasa sunnah, tahajud, sholat sunnah.
Sisi kedisiplinan, santri yang 10 kali tidak hadir tanpa keterangan saya panggil dan pada bulan berikutnya. Setelah itu baru kita beri warning dan jika
parah akan dikeluarkan. Selain itu ada penugasan sebagai hukuman.