Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelompok

dari kelompok eksperimen. Berarti kemampuan berpikir kritis matematis pada kelompok kontrol lebih bervariasi dan menyebar terhadap rata-rata kelas, sedangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada kelompok eksperimen sedikit lebih mengelompok dan cenderung sama. Tingkat kemiringan di kelompok eksperimen sebesar –0,31, sedangkan kemiringan di kelompok kontrol sebesar - 0,24. Karena kedua kelas memiliki kemiringan bernilai negatif, maka kecenderungan data mengumpul di atas nilai rata-rata.

3. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan empat indikator diantaranya memfokuskan pertanyaan, mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber, mengidentifikasi asumsi, dan memutuskan suatu tindakan. Ditinjau dari indikator berpikir kritis matematis tersebut, rata-rata dan persentase indikator berpikir kritis matematis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Rata-rata dan Persentase Kelompok Eksperimen dan Kontrol berdasarkan Indikator Berpikir Kritis Matematis No. Indikator Berpikir Kritis Eksperimen Kontrol ̅ ̅ 1 Memfokuskan pertanyaan 3,13 78,23 2,74 68,55 2 Mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber 2,82 70,56 2,55 63,71 3 Mengidentifikasi asumsi 2,68 66,94 1,81 45,16 4 Memutuskan suatu tindakan 2,45 61,29 2,45 61,29 Skor ideal tiap indikator: 4 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata dan persentase skor pencapaian pada setiap indikator siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have lebih tinggi dibandingkan siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional, kecuali pada indikator keempat yaitu memutuskan suatu tindakan. Untuk indikator pertama yaitu memfokuskan pertanyaan dalam lingkup mengidentifikasi atau merumuskan masalah rata-rata skor pencapaian siswa pada kelompok eksperimen adalah 3,13, sedangkan pada kelompok kontrol 2,74. Persentase yang dicapai pada kelompok eksperimen sebesar 78,23 dari skor ideal sedangkan pada kelompok kontrol lebih kecil yaitu 68,55, artinya siswa pada kelompok eksperimen lebih mampu menerapkan kemampuan berpikir kritis yang berkaitan dengan mengidentifikasi atau merumuskan masalah. Untuk indikator kedua, kemampuan mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber dalam lingkup memberikan alasan dibalik ide atau hasil pemikiran yang dimiliki rata-rata skor pencapaian siswa pada kelompok eksperimen adalah 2,82, sedangkan pada kelompok kontrol 2,55. Persentase yang dicapai pada kelompok eksperimen sebesar 70,56 dari skor ideal, persentase ini lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yaitu 63,71, berarti siswa pada kelompok eksperimen lebih mampu dalam memberikan alasan berkaitan dengan penyelesaian terhadap suatu masalah. Pada indikator ketiga yaitu kemampuan mengidentifikasi asumsi dalam lingkup membuat asumsi yang diperlukan rata-rata skor pencapaian siswa pada kelompok eksperimen adalah 2,68, sedangkan pada kelompok kontrol 1,81. Persentase yang dicapai pada kelompok eksperimen sebesar 66,94 dari skor ideal, persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yaitu 45,16, berarti siswa pada kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol dalam membuat asumsi-asumsi untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan daya berpikir kritis.

10 20

30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 Per sen tase Sko r y an g D ip e ro le h t e rh ad ap S ko r Id eal Indikator Berpikir Kritis eksperimen kontrol Pada indikator keempat yaitu memutuskan suatu tindakan dalam lingkup memutuskan alternatif yang mungkin guna mendapatkan solusi paling benar, jelas, fokus dan akurat rata-rata skor pencapaian siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 2,45. Persentase yang dicapai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 61,29 dari skor ideal, berarti siswa pada kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama dalam hal memutuskan suatu tindakan guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Berikut merupakan histogram persentase skor yang diperoleh terhadap skor ideal pada kelompok eksperimen dan kontrol: Gambar 4.3 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Indikator pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Keterangan: Indikator 1: Memfokuskan pertanyaan Indikator 2: Mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber Indikator 3: Mengidentifikasi asumsi Indikator 4: Memutuskan suatu tindakan

B. Analisis Data 1.

Uji Prasyarat Dalam penelitian ini, uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji chi square . Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan kriteria diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil perhitungan uji normalitas diperoleh harga  2 hitung = 4,88 pada kelompok eksperimen dan  2 hitung = 4,71 pada kelompok kontrol. Dari tabel harga kritis uji Chi-Square diperoleh  2 tabel untuk jumlah sampel 31 dan banyak kelas 6 pada kelompok eksperimen dan kontrol dengan taraf signifikansi α = 5 adalah 7,81. Karena  2 hitung kurang dari sama dengan  2 tabel 4,88 ≤ 7,81 pada kelompok eksperimen dan  2 hitung kurang dari sama dengan  2 tabel 4,71 ≤ 7,82 pada kelompok kontrol maka H diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok eksperimen dan kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok N Taraf Signifikan   hitung   tabel Kesimpulan Eksperimen 31 0,05 4,88 7,81 Berdistribusi normal Kontrol 31 0,05 4,71 7,81 Karena 2  hitung pada kedua kelompok kurang dari 2  tabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama homogen atau berbeda heterogen. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji F. kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen apabila diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen diperoleh varians = 199.10 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians = 258,92, sehingga diperoleh nilai = 1.30 . dari tabel distribusi F dengan taraf signifikansi α = 5 dan dk pembilang = dk penyebut = 31, diperoleh karena 1,30 ≤ 1,84, maka Ho diterima atau dengan kata lain varians kedua populasi homogen. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Karena F hitung kurang dari F tabel 1,30 1,84 maka H diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Dari hasil perhitungan uji prasyarat menunjukan bahwa data kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t. Kelas Jumlah Sampel Varians s 2 F Kesimpulan Hitung Tabel 05 ,   Eksperimen 31 199.10 1,30 1,84 Terima H Kontrol 31 258,92 Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji t maka diperoleh t hitung = 2,24 menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan db = 60, diperoleh harga t tabel α=0.05 = 2,00. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 7 Hasil Uji Hipotesis Kelas t hitung t tabel α=0.05 Kesimpulan Eksperimen 2,24 2,00 Tolak Ho Kontrol Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa t hitung t tabel 2,242,00 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima, dengan taraf signifikansi 5, berikut sketsa kurvanya: Gambar 4.4 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Gambar 4.4 dapat terlihat bahwa nilai t hitung yaitu 2,24 lebih besar dari t tabel yaitu 2,00 artinya jelas bahwa t hitung jatuh pada daerah penolakan H daerah kritis. Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.  = 0,05 2,00 2,24

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Segitiga (Penelitian pada SMP Kharisma Bangsa)

1 9 104

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh pendekatan konstruktivisme strategi react terhadap kemampuan pemahaman relasional matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMPN 18 Kota Tangerang Selatan

0 7 0

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pembelajaran dengan strategi metakognitif Self-explanation

4 9 157

PENGARUH PEMBELAJAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGERTHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DI KELAS VII SMP NEGERI 2 BERASTAGI.

0 3 23

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Pembelajaran Question Student Have Untuk Meningkatan Keaktifan Belajar Siswa (Ptk Smp N 2 Simo Kelas Vii).

0 1 16

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA : Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Makassar.

0 0 35