Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik ceramah dan tanya- jawab.
Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah
dan komunikasi yang terjadi searah dari pembicara kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan sedangkan pendengar hanya
memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.
10
Teknik tanya-jawab merupakan teknik yang akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Sugeng paranto mengungkapkan bahwa dalam proses
belajar-mengajar bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik akan meningkatkan pasrtisipasi siswa dalam pembelajaran,
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif siswa, dan
memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
11
Teknik pembelajaran yang biasa digunakan guru pada penelitian ini adalah teknik ceramah yang dipadukan dengan teknik tanya-jawab. Hal ini
sebagai usaha untuk menjadikan pembelajaran lebih interaktif meskipun penyampaian materi seluruhnya terpusat kepada guru sebagai pemberi informasi,
namun siswa dapat ikut berperan aktif dengan bertanya kepada guru dalam pembelajaran di kelas.
5. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis a.
Pengertian berpikir kritis matematis
John Dewey mengartikan berpikir kritis adalah pertimbangan yang aktif, terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan
yang diterima begitu saja dengan menyertakan alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan-kesimpulan yang rasional.
12
Sejalan dengan pendapat tersebut, Fisher dan Scriven menyatakan bahwa berpikir kritis adalah interpretasi dan
10
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Jica- Universitas Pendidikan Indonesia, h. 169.
11
Ibid, h. 159.
12
Kasdin Sitohang, dkk., Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis, Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 2012, h. 3.
evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.
13
Proses berpikir kritis mengharuskan siswa membuka pikirannya dan sabar dalam memecahkan masalah. Pencarian kebenaran dari suatu informasi harus
dimulai dengan identifikasi yang akurat dan mengharuskan siswa berhati-hati dalam mengambil keputusan dan menarik kesimpulan, mengakui kesalahan yang
dibuat, sabar dalam menyelidiki bukti yang ditemukan, toleran terhadap sudut pandang lain dan mengakui kelebihan sudut pandang orang lain.
Glazer merumuskan berpikir kritis matematis sebagai kemampuan dan disposisi untuk menyertakan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematika, dan
strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi-situasi matematika yang tidak familiar secara reflektif. Dijelaskan bahwa
situasi yang tidak familiar adalah kondisi individu tidak dapat dengan cepat memahami konsep matematika atau mengetahui bagaimana menentukan solusi
dari persoalan, kondisi untuk berpikir kritis pula harus memuat kemampuan berpikir reflektif yang melibatkan pengomunikasian solusi dengan penuh
pertimbangan
14
Dalam pembelajaran matematika berpikir kritis menuntut serangkaian proses berpikir yang memuat kemampuan mengingat atau menimbang
pengetahuan sebelumnya, bernalar, membuat generalisasi, membuktikan dan mengevaluasi segala masalah matematika guna memperoleh kesimpulan yang
berdasarkan kecermatan. Dengan kata lain siswa perlu menggunakan kemampuan terbaiknya dalam menggunakan daya pikirnya untuk mengolah informasi atau ide
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan terbaik yang relevan. Berdasarkan pendapat para ahli penulis menyimpulkan bahwa berpikir
kritis matematis adalah proses berpikir yang melibatkan nalar untuk menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan pertimbangan dalam
membuat, mengevaluasi, mengambil dan memperkuat suatu keputusan tentang situasi atau masalah yang dihadapi.
13
Alec Fisher, Berpikir Kritis, Jakarta: Erlangga, 2009, h.10
14
Mayadiana Suwarma, Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika, Jakarta: Cakrawala Maha Karya, 2009, h. 16.
b. Indikator Berpikir Kritis
Terdapat beberapa kelompok kemampuan berpikir kritis, salah satunya menurut Ennis dalam buku Dina mengelompokan kemampuan berpikir kritis
menjadi lima kemampuan berpikir
15
, yaitu: 1
Memberikan penjelasan sederhana elementary clarification, 2
Membangun keterampilan dasar basic support, 3
Membuat inferensi inferring, 4
Membuat penjelasan lebih lanjut advanced clarification, 5
Mengatur startegi dan taktik strategies and tactics.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Keterampilan Berpikir Kritis
Indikator Penjelasan
Memberikan penjelasan
sederhana Memfokuskan
pertanyaan. a.
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.
b. Mengidentifikasi kriteria-kriteria untuk
mempertimbangkan yang mungkin. c.
Menjaga kondisi pikiran.
Menganalisis argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasansebab yang
dinyatakaneksplisit c.
Mengidentifikasi alasansebab yang tidak dinyatakanimplisit
d. Mengidentifikasi ketidakrelevanan dan
kerelevanan e.
Mencari persamaan dan perbedaan f.
Mencari struktur suatu argument g.
Merangkum Bertanya dan
menjawab pertanyaan
klasifikasi dan pertanyaan yang
menentang a.
Mengapa b.
Apa intinya, apa artinya c.
Apa contohnya, apa yang bukan contoh d.
Bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut
e. Perbedaan apa yang menyebabkannya
f. Akankah andah menyatakan lebih dari itu
Membangun keterampilan
Mempertimbangkan kredibilitas kriteria
a. Ahli
b. Tidak ada konflik internal
15
Ibid. h. 13.