Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. P ∩ Q ∩ R = {5} b. P ∪ Q ∪ R = {2, 3, 5, 7, 10, 20} c. P ∩ R ∪ S = {2, 5} d. Q ∪ R ∩ S = {5, 7, 9, 10, 11, 13}  Cara menjawab siswa kelompok kontrol  Cara menjawab siswa kelompok eksperimen Gambar 4.8 Cara Menjawab Soal Nomor 3 pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Gambar 4.8 terlihat perbedaan dari hasil pekerjaan siswa kelompok kontrol dengan siswa kelompok eksperimen yaitu pada kelompok kontrol sebagian besar siswa tidak menuliskan himpunan dengan mendaftarkan anggota- anggotanya dan langsung menjawab kebenaran pernyataan yang mereka temukan, sedangkan pada siswa kelompok eksperimen sebagian besar siswa menuliskan terlebih dahulu himpunan dengan cara mendaftarkan anggota-anggotanya, hal ini memudahkan siswa untuk menemukan kebenaran dari pernyataan yang diberikan soal dan memudahkan siswa dalam mengecek hasil kerja yang sudah mereka lakukan. Pada soal nomor 3 indikator memfokuskan pertanyaan, hasil persentase skor yang diperoleh terhadap skor ideal kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 78,23 untuk kelompok eksperimen dan 68,55 untuk kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa siswa kelompok eksperimen lebih mampu memfokuskan pertanyaan dalam lingkup mengidentifikasi atau merumuskan masalah. Salah satu sebab keberhasilan siswa pada indikator memfokuskan pertanyaan kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol adalah siswa kelompok eksperimen lebih terbiasa dalam mengidentifikasi suatu masalah secara mandiri dikarenakan siswa melakukan sendiri tahap-tahap pembelajaran dengan bantuan LKS. Pada kelompok kontrol pembelajaran berlangsung dengan guru sebagai pusat pemberi informasi, siswa mengerjakan sesuai yang dicontohkan guru namun cara seperti ini cenderung membuat siswa kurang mampu mengidentifikasi secara mandiri pada saat mengerjakan soal post-test. b Mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber Indikator berpikir kritis yang kedua adalah mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber, terdapat 4 soal untuk indikator ini yaitu nomor 1, 4, 5, dan 7. Soal nomor 1 Misalkan: A= himpunan bilangan ganjil kurang dari 8, B= himpunan bilangan genap kurang dari 9. Seorang siswa diminta untuk menentukan himpunan semesta dari dua himpunan tersebut, kemudian ia menjawab S= himpunan bilangan bulat. Apakah jawaban siswa tersebut benar? berikan alasanmu Temukan himpunan semesta yang lain dari kedua himpunan tersebut.  Cara menjawab siswa kelompok kontrol  Cara menjawab siswa kelompok eksperimen Gambar 4.9 Cara Menjawab Soal Nomor 1 pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Soal nomor 1 termasuk ke dalam soal pada indikator mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber dari 4 soal yang ada. Perbedaan yang nampak dari hasil pekerjaan siswa kelompok kontrol dan eksperimen adalah siswa pada kelompok kontrol sudah mampu menjawab dengan benar namun sebagian siswa tidak mampu dalam memberikan alasan yang relevan, hal ini berarti siswa kurang mampu menuangkan ide pikirannya atas solusi yang dia buat. Pada kelompok ekperimen sebagian besar siswa sudah mampu menyelesaikan jawaban dengan benar dan memberikan alasan yang relevan. Pada indikator ini persentase skor yang diperoleh terhadap skor ideal pada kelompok eksperimen sebesar 70,56 dan kelompok kontrol sebesar 63,71, selisih pencapaian pada kemampuan ini adalah 6,85. Kelompok eksperimen memperoleh persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, hal ini dapat dikarenakan dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have siswa sudah terbiasa dalam menuangkan isi pikiran ide pada lembar LKS baik dalam bentuk bertanya akan permasalahan yang dimiliki secara tertulis maupun memberikan respon serta alasan terhadap pertanyaan siswa lain. Pada kelompok kontrol siswa tidak terbiasa menuangkan ide pikirannya dalam menyelesaikan masalah karena siswa hanya mencontoh dari guru secara prosedural pengerjaan suatu masalah dan pada tahap tanya jawab yang disediakan hanya beberapa siswa yang berpartisipasi, sehingga menyebabkan lebih banyak siswa pada kelompok kontrol yang kurang mampu menyelesaikan soal-soal pada indikator mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber dalam lingkup memberikan alasan. c Mengidentifikasi Asumsi Indikator berpikir kritis yang ketiga adalah mengidentifikasi asumsi, terdapat 2 butir soal yang mengukur indikator ini, yaitu soal nomor 2 dan 6. Soal nomor 2 SMP Tunas Bangsa telah mempersiapkan tiga orang siswanya, Ningsih, Nanda dan Taufan untuk mengikuti olimpiade matematika SMP tingkat provinsi. Persyaratan untuk mengikuti olimpiade adalah sekolah boleh mengirimkan satu orang siswa atau lebih dan boleh tidak mengirimkan wakilnya untuk mengikuti olimpiade tersebut. Buatlah kemungkinan cara yang dapat dilakukan SMP Tunas Bangsa untuk mengirimkan wakilnya mengikuti olimpiade matematika tersebut? Tulislah dengan menggunakan cara menyajikan himpunan yang kamu ketahui  Cara menjawab siswa kelompok kontrol  Cara menjawab siswa kelompok eksperimen Gambar 4.10 Cara Menjawab Soal Nomor 2 pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Soal nomor 2 termasuk ke dalam soal pada indikator mengidentifikasi asumsi dari 2 soal yang ada. Perbedaan pada hasil pekerjaan kelompok kontrol adalah terdapat beberapa siswa menuliskan dengan bentuk kalimat atau bahkan notasi, jika siswa menuliskan kemungkinan cara pada soal nomor 2 dengan kalimat atau notasi, maka tidak menjadikan himpunan-himpunan tersebut sebagai suatu kemungkinan cara, karena hanya ditulis ulang dari syarat pengiriman siswa pada soal. Pada kelompok eksperimen jarang ditemukan siswa yang menuliskan kemungkinan cara dengan menyajikan himpunan menggunakan kalimat atau notasi, hanya saja kekurangan-kekurangan tetap ada pada hasil pekerjaan kelas eksperimen, seperti pada beberapa siswa yang menuliskan cara-cara yang mungkin dengan kurang lengkap, sebagian lagi sudah mampu mendapat skor sempurna pada soal nomor 2. Pada indikator ini persentase skor yang diperoleh terhadap skor ideal pada kelas eksperimen adalah sebesar 66,94 dan kelas kontrol sebesar 45,16, selisih pencapaian pada kemampuan ini adalah 21,78. Dengan selisih yang begitu jauh antara kelompok eksperimen dengan kontrol dapat dikarenakan tahapan pembelajaran dengan Question Student Have membiasakan siswa untuk berpikir akan asumsi-asumsi melalui mengidentifikasi pertanyaan siswa dalam satu kelompok yang harus diberikan respon. Pada proses pemberian respon, siswa dituntut untuk menggunakan daya asumsinya mengenai pertanyaan siswa lain itu perlu dijadikan pertanyaan bersama atau tidak. Apabila tidak perlu maka dalam proses berpikirnya siswa sudah bisa mengasumsikan bahwa pertanyaan siswa lain itu tidak menjadi masalah baginya dan ia memiliki asumsi akan jawaban pertanyaan tersebut, karena itu tidak perlu dijadikan permasalahan kelompok yang diajukan. Sedangkan pada kelompok kontrol pembelajaran konvensional tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan daya asumsi, sehingga siswa tidak terbiasa berpikir untuk menemukan asumsi-asumsi cara akan suatu permasalahan. d Memutuskan suatu tindakan Indikator berpikir kritis yang keempat adalah memutuskan suatu tindakan, terdapat 2 butir soal yang mengukur indikator ini, yaitu soal nomor 8 dan 9. Soal nomor 8 Pada suatu desa terdapat 450 jiwa penduduk yang berusia kurang dari 40 tahun, 350 jiwa penduduk berusia lebih dari 20 tahun, sedangkan 150 jiwa di antaranya memiliki usia 20 dan 40 tahun. a. Berapa banyak cara yang kamu ketahui untuk dapat menentukan banyak penduduk di desa tersebut? Sebutkan b. Tentukanlah banyak penduduk di desa tersebut menggunakan cara yang menurutmu paling mudah  Cara menjawab siswa kelompok kontrol  Cara menjawab siswa kelompok eksperimen  Cara menjawab beberapa siswa kelompok kontrol dan eksperimen Gambar 4.11 Cara Menjawab Soal Nomor 8 pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Soal nomor 8 termasuk ke dalam soal pada indikator memutuskan suatu tindakan dari 2 soal yang ada. Perbedaan yang nampak pada hasil pekerjaan kelompok kontrol dan eksperimen adalah dalam proses mengidentifikasi soal, siswa kelompok eksperimen seperti pada soal-soal lainnya melakukan proses kerja dimulai dengan mengidentifikasi soal baru kemudian menjawab pertanyaan soal, sedangkan siswa pada kelompok kontrol mengerjakan langsung jawaban yang diminta soal. Pada kedua kelompok dalam memutuskan suatu tindakan sebagian besar siswa memilih untuk menyelesaikan dengan diagram venn, karena dianggap lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan konsep himpunan, sebagian lagi ada yang menggunakan konsep-konsep diluar diagram venn atau konsep himpunan, mereka memberi nama dengan konsep penjumlahan. Konsep tersebut adalah kreasi siswa dalam menyelesaikan masalah himpunan pada soal nomor 8 ini, hal tersebut sebagai usaha siswa mencari alternatif termudah dan kemungkinan alasan utamanya karena beberapa siswa belum mampu dalam menyelesaikan masalah himpunan dengan 2 cara yang diajarkan. Persentase skor yang diperoleh terhadap skor ideal pada indikator memutuskan suatu tindakan pada kelas eksperimen dan kontrol adalah 61,29. Kedua kelas memiliki presentase ketercapaian yang sama, hal ini membuktikan bahwa pada indikator memutuskan suatu tindakan, kelompok eksperimen dan kontrol memiliki kemampuan yang sama. Hal ini bisa disebabkan karena kedua kelas diberikan latihan-latihan yang sama dan cukup banyak pada materi menyelesaikan permasalahan himpunan dengan menggunakan diagram venn dan konsep himpunan meskipun dengan proses pembelajaran yang berbeda. Langkah-langkah pada Question Student Have membantu menstimulus daya berpikir kritis siswa melalui tahapan-tahapan yang diberikan dengan memanfaatkan LKS. Siswa mampu unggul pada sebagian besar indikator berpikir kritis yang diambil dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang diungkapkan Abdullah Sani bahwa dengan mengajukan pertanyaan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Tahap mengamati ilustrasi dan melakukan kegiatan dalam Question Student Have mampu membantu siswa meningkatkan kemampuan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. Pada tahap bertanya dan memberikan respon dalam Question Student Have mampu membantu siswa meningkatkan kemampuan memberikan alasan dan mengidentifikasi asumsi. Hal ini ditandai dengan rata-rata dan persentase skor pencapaian pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, sedangkan tahap menyelesaikan masalah dalam Question Student Have belum mampu secara optimal meningkatkan kemampuan dalam memutuskan suatu tindakan, ditandai dengan rata-rata dan persentase skor pencapaian kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam memberikan kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun mempunyai keterbatasan. Hal tersebut antara lain: 1. Perlakuan ini hanya dilakukan pada pokok bahasan himpunan saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Perlakuan ini hanya dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP kelas VII saja, sehingga belum digeneralisasikan pada tingkat pendidikan lainnya. 3. Kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have ini belum optimal dalam mengembangkan indikator kemampuan berpikir kritis pada aspek memutuskan suatu tindakan, karena berdasarkan persentase yang didapatkan memiliki tingkat keberhasilan yang sama dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional. 4. Pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have membutuhkan waktu yang cukup banyak, namun waktu yang tersedia terbatas. 5. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini hanya pada aspek kemampuan berpikir kritis matematis siswa, sedangkan aspek lain tidak dikontrol.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have memiliki nilai rata-rata 68,65, dengan nilai maksimum sebesar 94 dan nilai minimum 42. Persentase kemampuan berpikir kritis per-indikator pada kelas ini yaitu 78,23 untuk indikator memfokuskan pertanyaan, 70,56 untuk indikator mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber, 66,94 untuk indikator mengidentifikasi asumsi, dan 61,29 untuk indikator memutuskan suatu tindakan. 2. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 60,02, dengan nilai maksimum sebesar 86 dan nilai minimum 31. Persentase kemampuan berpikir kritis per-indikator pada kelas ini yaitu 68,55 untuk indikator memfokuskan pertanyaan, 63,71 untuk indikator mempertimbangkan kredibilitas kriteria sumber, 45,16 untuk indikator mengidentifikasi asumsi, dan 61,29 untuk indikator memutuskan suatu tindakan. 3. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh setelah diberikan perlakuan berbeda terhadap dua kelas yang diteliti yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have dan kelas kontrol dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional didapatkan t hitung sebesar 2,24 sedangkan menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan db = 60, diperoleh harga t tabel α=0.05 = 2,00, karena t hitung t tabel 2,242,00 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Dapat dilihat perbedaan antara nilai rata-rata post-test kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pos-test kelas kontrol.

B. SARAN

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya: 1 Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan strategi konvensional, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh guru di kelas. 2 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have dapat dijadikan bahan kajian dan menambah daftar referensi strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. 3 Penelitian berikutnya dapat meneliti indikator-indikator kemampuan berpikir kritis matematis lainnya yang belum diteliti dan kemampuan berpikir matematis lainnya seperti kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Question Student Have serta agar dilakukan pada pokok bahasan lain atau dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Anggriani, Fitri Dwi. Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2012 Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI. Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga. Kadir. 2010. Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rose Mata Sampurna. Milati, Neneng. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Question Student Have untuk Meningkatkan Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi, Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2011 Ngalimun 2013. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogjakarta: Aswaja Pressindo. Rusman 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina 2012. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Silberman, Melvin L 2013, Active Learning: 101 Cara Belajar Aktif, Terj. Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa Cendekia Sitohang, Kasding., dkk. 2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Suhendra., dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Suprijono, Agus 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Suwarna, Mayadiana. 2009. Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Maha Karya. Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Utami, Belani Margi. Metode Penemuan denga Strategi Heuristik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Skripsi, Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2011 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP - 1 Kelas Eksperimen Nama Sekolah : SMPN 11 Kota Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Matematika Kelas Semester : VII Ganjil Materi Pokok : Himpunan Waktu : 2 x 40 menit JP

A. Standar Kompetensi

4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan masalah

B. Kompetensi Dasar

4. 1 Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya

C. Indikator Pencapaian

1. Memahami pengertian himpunan. 2. Mengidentifikasi contoh dan bukan contoh himpunan. 3. Menyajikan himpunan dengan lambang himpunan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat memahami pengertian himpunan. 2. Siswa dapat mengidentifikasi contoh dan bukan contoh himpunan. 3. Siswa dapat menyajikan himpunan dengan lambang himpunan.

E. Materi Pembelajaran

Pengertian himpunan serta penyajiannya

F. Teknik dan Strategi pembelajaran

Teknik : Question Student Have Strategi : Pembelajaran Aktif

G. Sumber Belajar Media Rujukan Sumber Belajar:

1. Buku Sumber

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Segitiga (Penelitian pada SMP Kharisma Bangsa)

1 9 104

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh pendekatan konstruktivisme strategi react terhadap kemampuan pemahaman relasional matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMPN 18 Kota Tangerang Selatan

0 7 0

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pembelajaran dengan strategi metakognitif Self-explanation

4 9 157

PENGARUH PEMBELAJAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGERTHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DI KELAS VII SMP NEGERI 2 BERASTAGI.

0 3 23

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Pembelajaran Question Student Have Untuk Meningkatan Keaktifan Belajar Siswa (Ptk Smp N 2 Simo Kelas Vii).

0 1 16

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA : Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Makassar.

0 0 35