Memainkan Drama Pendek Memainkan Drama Panjang

271 hendak disampaikan. Untuk itu, naskah yang akan diekspresikan sebisa mungkin dipahami serta dihapalkan dengan baik terlebih dahulu.

5.7.5 Memainkan Drama Pendek

Drama pendek adalah drama yang memiliki konflik tunggal dengan durasi yang tidak terlalu lama. Contoh drama pendek adalah lakon Arwah-arwah karya W.B Yeats, Nyanyian Angsa, Penagih Hutang, Kisah Cinta Hari Rabu karya Anton Chekov, dan Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero. Konflik yang disampaikan dalam naskah-naskah tersebut terbilang sederhana dan alurnya juga satu arah. Karakter yang ditampilkan juga tidak mengalami perubahan watak secara tajam. Dengan kondisi seperti ini, aktor lebih fokus pada satu watak dari tokoh yang ia perankan. Jika terdapat perubahan watak dipastikan tidak terlalu berbeda dengan watak dasar karakter tokoh. Meskipun demikian, aktor juga harus memperhatikan lawan mainnya, karena dalam drama pendek pertemuan antara karakter satu dengan yang lainnya bisa berlangsung lama. Aksi dan reaksi antarkarakter inilah yang membuat drama lebih hidup. Jika aktor yang satu berperan sangat baik tetapi yang lain tidak maka permainan akan timpang dan makna pesan menjadi kabur. Proses persinggungan antarkarakter menjadi sangat penting. Oleh karena itu, tempo, dinamika, dan kontras harus bisa disajikan secara proporisonal oleh aktor. Waktu yang pendek bisa menjadi keuntungan di satu sisi tetapi juga bisa merugikan di sisi lain. Jika drama berjalan dalam tempo yang terlalu capat maka persoalan yang disajikan akan mudah dilupakan. Akan tetapi jika drama berjalan dalam tempo yang terlalu lambat akan terasa mendatar karena tidak adanya perubahan watak yang tajam dari para tokoh peran. Aksi-reaksi yang wajar perlu diperhatikan. Reaksi yang baik dapat dicapai jika aktor benar-benar memperhatikan dan menghormati lawan mainnya. Aktor yang hanya memikirkan aksinya seorang diri tidak dapat memberikan reaksi yang wajar. Reaksi yang tidak wajar akan mempengaruhi aksi dan reaksi berikutnya. Drama pendek, merupakan materi yang paling baik bagi aktor untuk mempelajari aksi dan reaksi antarkarakter.

5.7.6 Memainkan Drama Panjang

Drama panjang atau full play seperti lakon-lakonnya Shakespeare dan Ibsen membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Segala kemampuan aktor yang telah dilatihkan bisa diterapkan. Karakter peran utama dan peran pembantu utama dalam drama panjang biasanya memiliki perubahan watak. Perubahan ini harus bisa ditampilkan dengan baik dan wajar oleh aktor. Perubahan watak bisa saja terjadi secara graduatif tetapi bisa juga kontras. Dalam perjalanan lakon, perubahan graduatif ini Di unduh dari : Bukupaket.com 272 terjadi sebelum konflik mencapai klimaks dan kontras akan terjadi pada saat turning point dimna pihak tertindas mulai bangkit untuk melawan. Aktor harus bisa memainkan perubahan ini dengan baik. Jika tidak cermat, maka perubahan watak tokoh yang berlangsung pelan- pelan tidak nampak dan ketika terjadi perubahan tajam akan terlihat over . Selain itu, tingkat aksi dan reaksi dalam drama panjang juga bertambah baik jumlah maupun intensitasnya. Kemungkinan aktor utama untuk bertemu dengan banyak karakter lebih besar sehingga setiap aksi dan reaksi yang dilakukan terhadap karakter lain pun menjadi beragam. Dalam Hamlet karya Shakespeare, aksi dan reaksi Hamlet ketika berbicara dengan Ibunya akan sangat berbeda dengan ketika berbicara dengan ayah angkatnya. Dalam hal ini, penonton akan diberitahu kedekatan dan perasaan Hamlet terhadap ayah dan ibunya. Jika seorang aktor tidak dapat berperan dengan baik ketika menjadi Hamlet, maka perasaan-perasaan itu tidak akan terlihat. Semua akan tampak sama. Dan pada saatnya Hamlet berpura-pura gila, kondisi itu akan terlihat sangat kontras sehingga tampak over . Hal ini karena perubahan graduatif tidak diperlihatkan setiap saat, sehingga perubahan mendadak yang terjadi secara tiba-tiba akan membingungkan penonton. Dalam kasus Hamlet, banyak perubahan watak graduatif yang bisa ditampilkan. Saat ia sedih kehilangan ayahnya, saat ia muak melihat ayah tirinya yang tidak lain adalah pamannya sendiri, saat a ditemui arwah ayah kandungnya dan saat ia mengetahui rencana jahat ayah angkatnya. Semua itu ditampillkan sebelum Hamlet berpura-pura gila. Jika perubahan-perubahan kecil dari sikap Hamlet itu bisa disajikan dengan apik maka pada saat ia berpura-pura gila akan terlihat pas dan wajar. Dengan drama panjang, aktor harus mampu mengendalikan energi dan emosinya. Setiap momen sangat berarti. Dinamika yang tersaji dalam jalinan peristiwa harus mampu ia tampilkan melalui karakter peran yang dimainkan. Di unduh dari : Bukupaket.com 273

BAB V TATA ARTISTIK

1. TATA RIAS

Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata Rias dalam teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan karakter tokoh. Contohnya, teater Yunani yang memakai topeng lebih besar dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekspresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitif menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti tanah,tulang, tumbuhan, dan lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa teater.

1.1 Fungsi Tata Rias

Tokoh dalam teater memiliki karakter berbeda-beda. Penampilan tokoh yang berbeda-beda membutuhkan penampilan yang berbeda sesuai karakternya. Tata rias merupakan salah satu cara menampilkan karakter tokoh yang berbeda-beda tersebut. Tata rias dalam teater memiliki fungsi sebagai berikut. x Menyempurnakan penampilan wajah x Menggambarkan karakter tokoh x Memberi efek gerak pada ekspresi pemain x Menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh x Menambah aspek dramatik.

1.1.1 Menyempurnakan Penampilan Wajah

Wajah seorang pemain memiliki kekurangan yang bisa disempurnakan dengan mengaplikasikan tata rias. Seorang pemain, misalnya, memiliki hidung yang kurang mancung, mata yang tidak ekspresif, bibir yang kurang tegas, dan sebagainya. Tata rias bisa menyempurnakan kekurangan tersebut sehingga muncul kesan hidung tampak mancung, mata menjadi lebih ekspresif, dan bibir bergaris tegas. Penyempurnaan wajah dilakukan pada pemain yang secara fisik telah sesuai dengan tokoh yang dimainkan. Misalnya, seorang remaja memerankan siswa sekolah. Tata rias tidak perlu mengubah usia, tetapi cukup menyempurnakan dengan mengoreksi kekurangan yang ada untuk disempurnakan. Pemain yang tidak menggunakan rias, wajahnya akan tampak datar, tidak memiliki dimensi. Di unduh dari : Bukupaket.com