Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran yang berkualitas ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru dalam memilih dan mengimplementasikan metode pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan PTK Penelitian Tindakan Kelas, namun yang terjadi adalah tidak semua guru melakukan PTK. Menurut Kusumah dan Dedi 2009:2-6 faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK adalah sebagaian besar guru kurang memahami profesi guru, guru malas membaca, guru malas menulis, guru kurang sensitif terhadap waktu, guru terjebak dalam rutinitas kerja, guru kurang kreatif dan inovatif, guru malas meneliti, dan guru kurang memahami PTK. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan komponen utama, oleh karena itu guru dituntut untuk dapat merancang metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Guru juga dituntut untuk berani mengimplementasikan apa yang sudah dirancang. Guru dapat menginovasi pembelajaran lewat metode, strategi, media dan merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, dalam Kusuma dan Dedi 2009:414 bahwa keterampilan guru dalam menginovasi proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran termasuk dalam kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik sendiri meliputi pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru yang memiliki keterampilan dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana pembelajaran yang berbeda pada setiap proses belajar mengajarnya. Suasana pembelajaran yang berbeda dan menarik perhatian siswa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap bahan ajar. Faktor siswa sendiri sangat menentukan berhasil atau tidak pengajaran yang disampaikan oleh guru, sebab setiap siswa memiliki kondisi ekstrinsik maupun intrinsik di mana kondisi itu sangat berperan dalam proses belajar mereka di dalam kelas. Salah satu dari kondisi intrinsik siswa tersebut adalah motivasi. Motivasi sebagai motor penggerak di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan. Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seorang siswa yang mampu menimbulkan dorongan untuk lebih semangat belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran, siswa yang tidak memiliki motivasi belajar tidak akan melakukan aktivitas belajar secara baik, dan proses belajar akan tercapai apabila ada motivasi belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dari dalam diri siswa. Motivasi belajar dari diri luar siswa juga perlu dibangkitkan oleh guru dengan cara menginformasikan tujuan belajar, memberi dorongan, memberi rangsangan, evaluasi dan umpan balik. Akuntansi sebagai ilmu yang memiliki tingkat kesukaran yang cukup membutuhkan peranan motivasi belajar. Menurut Sardiman 2005:83 siswa yang memiliki motivasi belajar, juga memiliki ketekunan dalam menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, senang bekerja mandiri, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, senang mempertahankan pendapat dan senang mencari dan memecahkan soal-soal. Agar siswa termotivasi untuk belajar lebih lanjut maka perlu diberikan rangsangan berupa hadiah, pujian, gerakan tubuh acungan jempol, tepuk tangan, persaingan yang sehat, dan memberikan nilai terhadap hasil pekerjaan yang mereka capai. Bertolak dari urain di atas, peneliti menemukan kecenderungan yang dilakukan siswa yang kurang memiliki motivasi belajar, diantara terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung seperti kurang memperhatikan penjelasan guru dengan baik lebih senang mengobrol dengan teman satu bangku, saat mengerjakan latihan soal terkadang ada beberapa siswa yang menunggu hasil pekerjaan temannya, dan kurang lengkapnya catatan yang dimiliki, akibatnya kurang menguasai materi dengan baik, bahkan ada yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru berkaitan dengan materi yang baru dipelajari. Selain beberapa kondisi di atas ada juga beberapa siswa yang memperhatikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penjelasan guru dengan baik, bergairah, senang mengerjakan latihan soal dan catatan yang lengkap sehingga penguasaan terhadap materi cukup baik dan pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan guru. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap bahan ajar, maka banyak ahli pendidikan menciptakan metode-metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi seperti ceramah, latihan soal, diskusi, simulasi, sandiwara, demontrasi, role playing, praktek lapangan, dan permainan. Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode role playing. Alasan peneliti menggunakan metode role playing adalah sebagai berikut: 1. Dengan role playing dapat menciptakan suatu permasalahan kehidupan, agar proses pembelajaran lebih menarik sehingga berdampak terhadap motivasi belajar siswa. 2. Dengan role playing akan mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 3. Dengan role playing dapat melibatkan proses psikologis seperti sikap, nilai, dan keyakinan. Mengacu ketiga hal tersebut, berarti metode role playing dapat diterapkan pada pembelajaran akuntansi untuk materi siklus akuntansi perusahaan jasa. Di kelas materi siklus akuntansi perusahaan jasa umumnya disajikan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Sebagian besar guru memiliki sedikit pengalaman bagaimana akuntansi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diterapkan secara nyata di dunia usaha. Akibatnya motivasi belajar akuntansi siswa rendah. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis tertarik utuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Role Playing Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi. Studi Kasus : Siswa Kelas XI IPS 2, SMA Pangudi Luhur VAN LITH Muntilan ”.

B. Batasan Masalah