commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran  bahasa  pada  hakikatnya  tidak  hanya  membuat  siswa  agar terampil  berbahasa  saja,  tetapi  juga  terampil  bersastra.  Pembelajaran  sastra
merupakan  salah  satu  aspek  penting  yang  perlu  diajarkan  kepada  siswa  agar mampu  menikmati,  menghayati,  memahami,  dan  memanfaatkan  karya  sastra
untuk  mengembangkan  kepribadian  dan  kemampuan  berbahasa.  Dengan demikian,  tugas  guru  bahasa  dan  sastra  Indonesia  tidak  hanya  memberi
pengetahuan  aspek  kognitif,  tetapi  juga  keterampilan  aspek  psikomotorik  dan menanamkan  rasa  cinta  aspek  afektif,  baik  melalui  kegiatan  di  dalam  kelas
ataupun di luar kelas. Namun,  tujuan  pembelajaran  apresiasi  sastra  ini  belum  membuahkan  hasil
yang  optimal. Hal   itu disebabkan  oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran  bahasa dan  sastra  itu  tidak  semenarik  pembelajaran  mata  pelajaran  lain,  seperti  yang
diungkapkan  oleh  Mukhlis  A.  Hamid  1996:  1,  bahwa  pengajaran  bahasa  dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang
penting  dan  dianaktirikan  oleh  para  guru,  apalagi  guru  yang  pengetahuan  dan apresiasi sastra dan budayanya kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya
menarik  dan  besar  sekali  manfaatnya  bagi  para  siswa  disajikan  kering,  kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa.
1
commit to user
2
Di  samping  itu,  pembelajaran  apresiasi  sastra  di  lapangan  belum  dapat dilaksanakan  sesuai  dengan  harapan  kurikulum.  Pembelajaran  apresiasi  sastra
masih  menitikberatkan  pada  aspek  kognitif.  Apresiasi  terhadap  nilai-nilai  sastra yang  terkandung  dalam  karya  sastra  masih  kurang  karena  mendapat  banyak
kendala,  yaitu:  muatan  sastra  dalam  kurikulum  bahasa  Indonesia  relatif  kecil; ujian  nasional  masih  menitikberatkan  pengetahuan  faktual,  dan  belum
menjangkau  apresiasi  sastra;  kurangnya  pemahaman  guru  tentang  kebermaknaan belajar  sastra  bagi  siswa;  kurangnya  pengalaman  dan  kemampuan  guru  dalam
memahami materi apresiasi sastra; dan kurangnya buku-buku sastra di sekolah. Hal  yang  sama  terjadi  dalam  pembelajaran  apresiasi  puisi  pada  jenjang
pendidikan  kelas  VII  yang  meliputi  6  kompetensi  dasar  KD,  yaitu  1  KD  8.1. menulis  pantun  sesuai  dengan  syarat  pantun;  2  KD  13.1.  menanggapi  cara
pembacaan  puisi; 3 KD 13.2.  merefleksi isi puisi yang  dibacakan;  4  KD 15.1. membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik,
yang sesuai dengan isi puisi; 5 KD 16.1. menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan  alam;  dan  6  KD  16.2.  menulis  kreatif  puisi  berkenaan  dengan
peristiwa  yang  dialami.  Sebagai  salah  satu  pembelajaran  sastra  di  sekolah, pembelajaran  apresiasi  puisi  merupakan  pembelajaran  yang  sulit  bagi  siswa
dibandingkan  karya  sastra  bentuk  prosa.  Hal  itu,  selain  disebabkan  kurangnya minat  siswa  terhadap  apresiasi  puisi,  juga  karena  1  siswa  beranggapan  bahwa
pelajaran puisi itu sulit, 2 sangat minim buku-buku tentang puisi di perpustakaan sekolah, 3 metode dan teknik pembelajaran  yang digunakan masih banyak yang
klasik  atau  konvensional,  sehingga  kurang  mampu  memberikan  inovasi  kepada
commit to user
3
anak, 4 tingkat atau daya apresiasi terhadap sastra puisi masih rendah, 5 guru masih jarang memberikan  latihan apresiasi puisi, 6  guru jarang  menindaklanjuti
hasil apresiai puisi para siswanya, dan 7 belum adanya laboratorium bahasa. Berdasarkan  uraian  di  atas,  dipandang  perlu  untuk  menemukan  alternatif
pendekatan  pembelajaran  yang  diyakini  mampu  menumbuhkan  minat  belajar siswa.  Pendekatan  pembelajaran  yang  dapat  menumbuhkan  pembelajaran  yang
bermakna,  menyenangkan,  dialogis,  kreatif,  dan  dinamis  sebagaimana  tuntutan Undang-undang  No.  20  tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional
Depdiknas,  2003b:  243.  Bukan  pembelajaran  yang  hanya  berpusat  pada  guru atau  pembelajaran  yang  didominasi  oleh  guru dan  tidak  melibatkan  siswa  seperti
yang  selama  ini  sering  diterapkan  guru.  Guru  tidak  melatih  kreativitas  siswa, tetapi  menyampaikan  materi  pelajaran  yang  sudah  jadi,  seperti  data  atau  fakta,
konsep-konsep  tertentu  yang  harus  dihafalkan  sehingga  tidak  menuntut  siswa untuk berpikir ulang.
Quantum  learning
adalah pembelajaran  yang mengoptimalkan belajar  dan minat belajar siswa. Pendekatan ini diibaratkan mengubah energi menjadi cahaya,
seperti  halya  pada  teori  kuantum  Deporter  dan  Hernacki,  2005:  14. Pembelajaran  bahasa  dan  sastra  Indonesia  dengan  pendekatan
qua ntum  lea rning
ini akan membawa siswa dalam situasi pembelajaran yang santai, menyenangkan, menakjubkan, dan menggairahkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan
lingkungan  kelas  yang  dinamis,  yang  tidak  berpaku  pada  tempat  duduk  yang statis, namun senantiasa menyenangkan siswa. Pembelajaran yang menyenangkan
ini berperan meningkatkan minat belajar siswa.
commit to user
4
Di  samping  itu,  metode  yang  ada  dalam
quantum  lea rning
dapat diterapkan  dalam  pembelajaran  dengan  paradigma  mengembangkan  dan
memperdayakan  lingkungan  belajar,  serta dapat  memberikan  penghargaan  secara nyata  kepada  siswa  dengan  latar  belakang  yang  berbeda  Andayani,  2008:  19.
Oleh karena itu, guru harus bisa membawa pikiran siswa ke dalam pemikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru juga menjadi pemikiran siswa.
DePorter, Reardon,  dan Nourie 2005: 63-77 menyebutkan bahwa media pembelajaran sangat penting di dalam membangkitkan  rasa senang minat siswa.
Di  samping  media  yang  memadai,  juga  perlu  1  lingkungan  sekeliling,  yang dimaksud adalah lingkungan belajar yang kondusif; 2 alat bantu atau benda yang
dapat  mewakili  suat  gagasan;  3  pengaturan  bangku,  yaitu  penataan  meja  kursi belajar  yang  memudahkan semua  jenis  interaksi;  4 hiasan  tanaman,  aroma,  dan
hewan peliharaan; dan 5 musik sebagai ilustrasi. Peranan musik inilah salah satu kelebihan  pembelajaran
qua ntum  lea rning
,  karena  bisa  meningkatkan  semangat, merangsang  pengalaman,  menumbuhkan  relaksasi,  meningkatkan  pemfokusan
pikiran,  membangun  hubungan  baik,  memberi  inspirasi  bagi  siswa,  dan menyenangkan  siswa  sehingga  membangkitkan  minat  belajar  siswa.  Oleh  karena
itu,  dalam  penelitian  ini  akan  dibatasi  sejauh  mana  pengaruh  pendekatan pembelajaran
qua ntum  learning
dan  minat  belajar  terhadap  kemampuan mengapresiasi puisi siswa.
commit to user
5
A. Rumusan Masalah