40
E. Penelitian Lain yang Relevan
Penelitian tentang penggunaan metode scramble sudah pernah dilakukan. Salah satunya adalah Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman
Menggunakan Tehnik Scramble Wacana Siswa Kelas IV.A SDN Tukangan Yogyakarta Arif Suratno, 2014. Hasil penelitiannya adalah terbukti bahwa
pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode scramble dinilai berhasil dalam meningkatkan kemampuannya dan mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Berdasarkan hasil tes yg diperoleh, kemampuan 25 siswa meningkat
secara signifikan. Secara berturut-turut nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 69,90 pada siklus I, meningkat menjadi 78,44 pada siklus II. Asumsi
tersebut diperkuat berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa siswa menjadi semangat dan lebih aktif dalam pembelajaran membaca pemahaman
menggunakan metode scramble. Kelebihan dari penelitian di atas yaitu: 1 peserta didik dalam penelitian
terdiri dari 25 siswa sehingga dapat membuat kelompok-kelompok dalam menyusun kalimat yang telah diacak susunannya; 2 adanya kelompok belajar
tersebut terdiri dari anak yang pintar di antara anak normal lainnya sehingga dapat menjadi tutor sebaya dalam menyusun kalimat yang telah diacak
susunannya; 3 guru mencari strategi dalam pembelajaran dan mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang baru yang ditemukan oleh siswa; dan 4 siswa aktif dalam
41
menjawab dan mengajukan pertanyaan sehingga mendukung pembelajaran dengan tehnik scramble wacana di kelas.
Penerapan teknik scramble wacana berhasil memperbaiki proses pembelajaran serta kemampuan membaca pemahaman siswa dapat meningkat.
Siswa menjadi lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya, serta kerja kelompok berjalan
dengan baik. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa terlihat dari jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
pada pre-tes sebesar 36, akhir siklus I sebesar 64, dan pada akhir siklus II sebesar 92. Sedangkan nilai rata-rata pada pratindakan adalah sebesar 6,30,
akhir siklus I sebesar 69,90, dan pada akhir siklus II sebesar 78,44. Kekurangan dari penelitian tersebut yaitu: 1 pembelajaran dilakukan
pada semua anak 25 siswa dalam materi dan teknik yang sama tanpa adanya penyesuaian pada tingkat kemampuan atau kapasitas intelektual; 2 apabila
anak yang lebih pintar selalu menjadi tutor sebaya dalam proses pembelajaran maka diasumsikan bahwa anak akan mengalami kejenuhan bila tidak ada
perubahan pada strategi dalam pembelajaran; dan 3 penyesuaian konteks antara pengetahuan yang dimiliki anak dengan materi yang diajarkan
disamakan karena anak berada di sekolah umum, padahal ada beberapa anak memiliki kapasitas intelektual yang berbeda dengan pengalaman yang berbeda
pula. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari penelitian di atas maka
penelitian mengenai penerapan metode scramble untuk meningkatkan
42
kemampuan membaca permulaan anak tunanetra kelas dasar I di SLB A YPTN Mataram telah mendapatkan adaptasi dan modifikasi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Adaptasi dan modifikasi tersebut dilakukan pada subyek anak tunanetra di sekolah luar biasa. Adaptasi dan modifikasi yang dilakukan dalam
pembelajaran membaca permulaan yaitu: 1 jumlah subyek sedikit sehingga pembelajaran
disesuaikan dengan
kemampuan dan
memperhatikan pengetahuan yang dimiliki anak dalam pemberian materi agar dapat terjadinya
keterkaitan; 2 jumlah subyek penelitian lebih sedikit sehingga tidak dapat membuat kelompok-kelompok belajar, namun akan diganti pembelajaran
secara individual; 3 penilaian autentik lebih mudah dilakukan karena subyek penelitian lebih sedikit sehingga lebih tampak perubahan antara pretes dan
postes; dan 4 guru lebih mudah mengkondisikan siswa dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan penerapan metode scramble dapat
terlaksana dengan tepat.
F. Kerangka Berpikir
Anak tunanetra memiliki kondisi indera penglihatan yang tidak berfungsi secara keseluruhan. Kondisi tersebut berdampak pada aspek mental, fisik dan
psikis anak tunanetra. Tiga aspek tersebut perlu diatasi melalui metode dan media yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi anak tunanetra. Kondisi
dan potensi anak tunanetra juga perlu disesuaikan dengan prinsip pengajaran anak tunanetra. Hal tersebut dipandang penting dalam proses pembelajaran
bagi anak tunanetra yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kemampuan penjumlahan.
43
Membaca permulaan akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan
akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan menguasai berbagai bidang studi di sekolah. Demikian juga pembelajaran pada anak tunanetra, sehingga
diperlukan metode yang tepat dalam penyajiannya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan huruf Braille. Kemampuan membaca
permulaan huruf Braille siswa kelas I SLB A YPTN Mataram masih rendah, dan anak terlihat bosan dalam belajar. Hal ini disebabkan dalam proses
pembelajaran guru menggunakan metode yang kurang bervariatif, sehingga anak merasa jenuh atau bosan.
Pembelajaran yang menyenangkan apabila ditunjang oleh suasana belajar yang dapat menarik perhatian anak untuk belajar. Jadi dalam pembelajaran
membaca dapat menggunakan metode scramble yang didasarkan prinsip belajar sambil bermain. Pada penelitian yang relevan disimpulkan penggunaan
metode scramble dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar anak. Metode ini tentunya juga bisa diterapkan pada pembelajaran membaca
permulaan huruf Braille pada anak tunanetra, agar anak tidak jenuh atau bosan selama proses belajar mengajar berlangsung dan anak lebih teliti dalam
membaca huruf demi huruf. Sehingga diharapkan dalam pembelajaran membaca permulaan huruf Braille dengan metode scramble, tujuan
pembelajaran dapat tercapai yaitu anak dapat meningkatkan kemampuan membaca melalui penggunaan metode scramble.
44
Adapun skema kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian
Kemampuan membaca permulaan huruf Braille anak tunanetra kelas I meningkat
Anak Tunanetra
Keterbatasan Anak Tunanetra
Kemampuan membaca rendah
Kurang motivasi dalam belajar
Peningkatan kemampuan membaca permulaan huruf Braille melalui metode scramble pada anak tunanetra
kelas I di SLB A YPTN Mataram Kompetensi membaca
permulaan siswa tunanetra kelas I tingkat dasar
Kelebihan metode scramble
Penerapan metode scramble