14 kognitif, dan afektif. Aktivitas tersebut dilakukan secara bervariasi sesuai dengan
jenis dan tujuan membaca. Pengindraan dapat dilakukan melalui penglihatan bagi pembaca yang dapat melihat. Bagi pembaca yang tuna netra, aktivitas
pengindraan saat membaca menggunakan indra peraba pada huruf braille. Pada saat membaca, pembaca memerlukan langkah yang baik supaya
dapat memahami atau membentuk makna bacaan. Berkaitan dengan hal tersebut, Harjasujana dan Darmaianti 2003 dalam Dalman 2014: 8 menyatakan ada 8
hal yang harus dilakukan pembaca, yaitu: 1
Mengamati lambang yang akan disajikan dalam teks. 2 Menafsirkan lambang atau kata. 3 Mengikuti kata tercetak dengan
linear, logis, dan gramatikal. 4 Membuat kesimpulan dan mengevaluasi materi bacaan. 5 Menghubungkan kata dengan
pengalaman langsung untuk mendapatkan makna kata tersebut. 6 Mengingat yang dipelajari pada masa lalu dan menggabungkan ide-ide
baru dan fakta-fakta dengan isi teks. 7 Mengetahui hubungan antara lambang dan bunyi serta antar kata dalam teks. 8 Membagi perhatian
dan sikap pribadi pembaca yang berpengaruh terhadap proses membaca.
Delapan hal yang disampaikan Harjasuna dan Darmaianti 2003 dalam Dalman 2014: 8 tersebut dapat digunakan guru dalam pembelajaran membaca.
Guru membimbing siswa untuk menerapkan delapan hal tersebut. Bimbingan yang diberikan guru pada siswa di kelas, dapat digunakan siswa dalam kegiatan
membaca di rumah. Semakin sering siswa membaca, maka akan semakin baik pemahaman siswa terhadap bacaan.
2.1.2 Jenis-jenis Membaca
Pembelajaran membaca di sekolah dasar meliputi membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan diajarkan di kelas rendah, sedangkan
membaca lanjut diajarkan di kelas tinggi. Tarigan 1983 dalam Solchan, dkk.
15 2009: 8.8 menyatakan bahwa membaca di kelas rendah kelas 1-2 bersifat
mekanis sehingga aktivitas yang sesuai adalah membaca nyaring. Pada kelas tinggi kelas 3- 6 aktivitas membaca ditekankan pada pemahaman dan aktivitas
yang tepat adalah membaca dalam hati. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan
yang dibaca dengan ucapan dan intonasi yang tepat. Kegiatan tersebut bertujuan agar pendengar dan pembaca dapat memahami informasi yang disampaikan oleh
penulis. Informasi tersebut dapat berupa pikiran, perasaan, sikap, dan pengalaman penulis Dalman 2014: 64. Jenis membaca selanjutnya yaitu membaca senyap
atau membaca dalam hati. Dalman 2014: 67 menjelaskan bahwa membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa
gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan, dan menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran bahan bacaan. Berdasarkan definisi
tersebut, kegiatan membaca dalam hati bertujuan supaya pembaca mampu memahami bacaan.
Membaca dalam hati meliputi membaca ektensif dan membaca intensif. Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Jenis membaca ekstensif antara
lain membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Berbeda dengan membaca ekstensif, membaca intensif yaitu membaca dengan teliti yang
mencakup membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa Dalman 2014: 69. Tarigan 1994 dalam Dalman 2014: 69 mendefinisikan membaca sebagai studi
seksama, telaah, teliti, dan penanganan yang terperinci, dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek. Definisi membaca tersebut merupakan
jenis kegiatan membaca intensif dengan teliti.
16 Mulyati 2009: 4.4 menyatakan bahwa membaca wacana informatif
merupakan salah satu keterampilan membaca dalam hati berdasarkan tingkat kepentingan untuk dikuasai. Informasi banyak tersedia dalam wujud bahan
bacaan, baik di buku maupun media informasi yang lain. Dibutuhkan strategi membaca untuk mendapatkan sumber informasi yang melimpah. Penggunaan
strategi yang tepat, mengakibatkan pembaca lebih mudah menemukan informasi yang dicari. Beberapa strategi tersebut antara lain membaca memindai dan
membaca pemahaman. Membaca memindai terbagi menjadi dua yaitu scanning dan skimming.
Mulyati 2009: 4.6 menyatakan , “Scanning adalah keterampilan membaca yang
bertujuan mene mukan informasi khusus dalam suatu teks dengan sangat cepat”.
Pada membaca scanning tidak diperlukan membaca tiap kata. Selain itu, mata merupakan alat penting pada saat membaca scanning. Mata harus mampu
menjangkau kelompok kata sebanyak-banyaknya secara sekaligus. Mulyati 2009: 4.7 menyatakan bahwa skimming adalah jenis membaca cepat yang menuntut
kemampuan memproses teks dengan cepat untuk mendapatkan penjelasan umum tentang teks tersebut. Membaca memindai merupakan kegiatan membaca yang
dilakukan dengan cepat untuk tujuan tertentu. Misalnya yaitu ketika mencari nomor telepon, mencari iklan lowongan kerja di koran, mencari buku di rak buku
perpustakaan, dan lain-lain. Keterampilan ini bisa dikuasai dengan cara berlatih. Guru perlu melatih siswa untuk dapat menggunakan kemampuan membaca
memindai dalam kehidupan sehari-hari. Membaca pemahaman merupakan jenis membaca dalam hati yang
dilakukan untuk mendapatkan pengertian atau untuk tujuan belajar sehingga
17 memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca Mulyati 2009:
4.8. Pada saat siswa mempelajari materi pembelajaran dalam buku teks atau media lain, maka siswa akan menggunakan keterampilan membaca pemahaman
untuk memahami materi tersebut. Membaca pemahaman dilakukan dengan kecepatan yang bervariasi sesuai dengan keadaan. Mclaughlin dan Allen 2002
dalam Rahim 2009: 3-4, menyebutkan sembilan prinsip yang memengaruhi pemahaman dalam membaca, yaitu:
1 Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. 2 Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum
yang membantu perkembangan pemahaman. 3 Guru membaca yang profesional unggul memengaruhi belajar siswa. 4 Pembaca
yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan dalam proses membaca. 5 Membaca hendaknya menjadi konteks yang
ber-makna. 6 Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas. 7 Perkembangan
kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca. 8 Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman
membaca. 9 Strategi dan keterampilan membaca dapat diajarkan. 10 Asesmen yang dinamis mentransformasikan pembelajaran
membaca pemahaman.
Sembilan prinsip tersebut dapat menjadi pedoman guru untuk melaksanakan pembelajaran membaca dengan baik. Guru dapat menjadi teladan
atau contoh baik dalam membaca. Melibatkan siswa dalam kegiatan membaca merupakan aktivitas penting supaya siswa mendapat pengalaman membaca.
Pemahaman bacaan semakin baik, apabila guru dapat membantu siswa mengaitkan isi bacaan dengan fakta atau konsep nyata dalam kehidupan siswa.
2.1.3 Tujuan Membaca