36 kekaguman, dan lainnya. Perhatian materi berupa hadiah atau fasilitas Istadi
2006: 80. Perhatian menjadi motivasi siswa untuk melakukan hal baik seperti belajar.
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan pengertian perhatian orang tua. Perhatian orang tua adalah pemusatan tenaga
psikis atau kesadaran pada suatu objek yaitu anak. Perhatian yang diberikan dalam bentuk materi, fisik, maupun verbal. Perhatian orang tua atau wali dapat diketahui
dan dirasakan oleh siswa. Perhatian yang dirasakan oleh siswa mengakibatkan siswa dapat memberikan respon berupa aktivitas yang baik. Orang tua dalam
penelitian ini adalah orang tua kandung jika siswa tinggal bersama dengan orang tua kandung atau orang lain yang bertanggungjawab pada pendidikan siswa.
2.1.13 Macam-macam Perhatian Orang Tua
Perhatian seseorang bermacam-macam. Macam-macam perhatian menurut Suryabrata 2014:14-16 berdasarkan intensitasnya, cara timbulnya, dan luasnya
objek yang diperhatikan. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin. Berdasarkan
cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi dua yaitu perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. Makin intensif perhatian yang menyertai aktivitas, akan
makin sukseslah aktivitas itu. Berkaitan dengan perhatian orang tuawali siswa, maka diharapkan orang tuawali siswa memberikan perhatian yang intensif pada
siswa, sehingga pendidikan siswa lebih optimal. Atas dasar cara timbulnya, ada perhatian spontan dan perhatian
sekehendak. Perhatian spontan adalah perhatian yang dilakukan tanpa disengaja, sedangkan perhatian sekehendak dikarenakan usaha dengan kehendak. Perhatian
37 orang tua terhadap pendidikan siswa sebaiknya dilakukan dengan sekehendak,
sehingga lebih terencana. Kebutuhan siswa dalam pendidikan diperhatikan dengan usaha dan kehendak yang sungguh-sungguh, hasilnya lebih baik dibandingkan
perhatian yang spontan atau seadanya. Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, meliputi perhatian
terpencar, dan terpusat. Perhatian terpencar adalah perhatian yang tertuju pada bermacam-macam objek, sedangkan perhatian terpusat hanya tertuju pada objek
yang sangat terbatas. Orang tua atau wali siswa dapat mendukung pendidikan siswa dengan memberikan perhatian yang meluas baik dari segi materi maupun
non materi.
2.1.14 Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa perlu dibahas karena yang menjadi subjek penelitian adalah siswa. Piaget 1950 dalam Susanto 2013: 78 menyatakan bahwa setiap
siswa memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada di
lingkungan. Proses pemahaman terjadi melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menambah pengetahuan baru, dan akomodasi yaitu
menghubungkan beberapa objekpengetahuan dengan konsep yang sudah dimiliki. Jadi pengalaman yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap pemahaman siswa.
Siswa selalu tumbuh dan berkembang, termasuk perkembangan kognitif siswa. Tahap perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget 1950 dalam
Susanto 2013: 78-79, antara lain tahap sensori motor usia 0-2 tahun, pra- operasional usia 2-7 tahun, operasional konkret usia 11-15 tahun, dan
operasional konkret usia 7-11 tahun. Siswa kelas 4 sekolah dasar umumnya
38 berusia antara 8-11 tahun, berarti mereka masih pada tahap operasional konkret.
Siswa pada tahap ini, telah mampu memahami materi yang konkret atau disampaikan dengan cara yang konkret.
Mahsun 2015: 233-34 menyatakan bahwa pada fase operasional konkret, siswa sudah mampu menggunakan logika secara memadai. Siswa pada fase
operasional telah mampu menggunakan logika untuk pengurutan, pengklasifikasi- an, reversibilitas, dan observasi. Pengurutan yaitu mengurutkan benda-benda dan
lain-lain. Pengklasifikasian yaitu mengidentifikasi serangkaian benda. Desentring yaitu
siswa mulai
mempertimbangkan beberapa
aspek permasalahan. Reversibilitas yaitu mulai memahami bahwa benda-benda dapat diubah. Observasi
yaitu siswa mulai memahami bahwa kuantitas benda tidak berhubungan dengan suatu pengaturan dan tampilan benda.
Kemampuan logika siswa dapat dikembangkan bersama guru melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Pada kemampuan pengurutan, guru dapat
memberikan kegiatan pada siswa untuk mengurutkan teks prosedur atau penggunaan suatu alat. Kemampuan mengklasifikasikan dapat dikembangan
dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk mengelompokkan kata baku dan tidak baku. Kemampuan desentring yaitu siswa sudah mampu membedakan
kalimat positif dan negatif. Kemampuan reversibilitas diwujudkan dengan kemampuan memahami kesamaan makna suatu kalimat aktif yang diubah menjadi
kalimat pasif. Kemampuan konservasi diajarkan pada siswa untuk dapat menentukan suatu kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk digunakan.
Berkaitan dengan kegiatan membaca atau memahami bacaan, siswa mengalami perkembangan bahasa. Yusuf 2007 dalam Susanto 2013: 73
39 menyatakan bahwa perkembangan bahasa mencakup semua cara untuk
berkomunikasi, yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ungkapan pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, kalimat, gambar, atau lukisan. Menurut Syamsudin 1991 dalam Susanto 2015: 74, secara khusus siswa pada awal masa 6-7
tahun, sudah menguasai sekitar 2.500 kata; dan pada masa akhir usia 11-12 tahun siswa sudah menguasai 50.000 kata. Penguasaan kosakata pada siswa,
dapat membantu siswa memahami komunikasi baik lisan maupun tulisan. Erikson 1981 dalam Siswoyo, dkk. 2008: 105 menulis teori
perkembangan sosial, fase perkembangan sosial pada usia 6-11 tahun yaitu siswa sudah dapat mengerjakan tugas-tugas untuk belajar dan masih memiliki
kecenderungan untuk kurang hati-hati serta menuntut perhatian. Fase ini dinamakan Industry Vs Inferiority. Pemenuhan perhatian bagi siswa menjadi tugas
orang-orang disekitar seperti guru dan orang tua. Pada masa ini siswa membutuhkan perhatian, sehingga siswa merasa keberadaannya dicintai dan
dipedulikan orang lain terutama orang tua.
2.2 Kajian Empiris