tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Guru bukan satu‐satunya sumber belajar. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi
melalui contoh dan teladan. Tematik dan terpadu
Penilaian hasil belajar
Penilaian berbasis kompetensi Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur
kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur
semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
Memperkuat PAP Prnilaian Acuan Patokan yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada
posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal maksimal
Penilaian tidak hanya pada level KD, tapi juga kompetensi inti dan SKL
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian Ekstrakurikuler
Pramuka wajib UKS
PMR Bahasa Inggris
b. Penguatan Pendidikan Karakter
1. Pengertian karakter dan pendidikan karakter Menurut Samani, Hariyanto, 2012:42 dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2008, mengatakan bahwa karakter merupakan sikap- sikap kejiwaan, ahklak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Sedangkan pendidikan karakter adalah proses
pemberian tutunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan krasa.
Menurut Maksudin, 2013:3 karakter adalah jati diri daya qalbu yang merupakan saripati kualitas batiniahrohania manusia yang
menanamkannya berupa budi pekerti sikap dan perbuatan lahiriah. Menurut Raka Gede dkk, 2011:10-20 pendidkan karakter
bukanlah hal baru dalam sejarah manusia. Orangtua, dengan berbagai cara, sejak dulu kala sebelum ada lembaga pendidikan anak-anak mereka
menjadi anak yang baik dan menurut norma-norma yang berlaku dalam budaya mereka. Pengembangan berbagai karakter sebagai tujuannya,
seperti beriman, bertakwa, berhaklak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi dan bertanggung jawab.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang dapat mengembangkan
kemampuan jadi diri individual menjadi kuat, bernilai, dan mampu mengatasi keterbatasan kondisi karakternya kearah yang lebih baik.
Sehingga pembentukan karakter seorang dapat menemukan nilai-nilai kemanusian yang positif bertujuan untuk mengurangai kecenderungan
perilaku negatif akan berkurang, proses pengembangan karakter dilakukan dengan kekuatan dan keunikan sesorang secara batiniahrohania, didukung
oleh orangtua, lembaga pendidkan, dan dipengaruhi oleh budaya sehingga tercerminlah karakter seorang yang interpesonal, dermawan, kepedulian,
dan kecerdasan sosial. Pendidikan karakterpun bertujuan untuk menekankan perilaku peserta didik harus memiliki nilai-nilai dan tujuan
hudup yang baik, memiliki moral, dan watak yang mucul pada kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Mulyasa 2013: 9 pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan yang bertujuan pada pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Melalui pendidikan karakter siswa diharapkan dapat secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki,
mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga dapat diterapkan dalam perilaku
sehari-hari.
c. Pendekatan Tematik Integratif
1. Pengertian Pembelajaran Tematik Rusman, 2011:254 mengatakan bahwa pengertian pembelajaran
tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu integrated instruction
yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorentasi pada
praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Perkembangan ini berangkat dari teori pembelajaran ini yang
menolak proses latihanhafalan drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran dimotori
para tokoh Psikologi Gestatl, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorentasi pada kebutuhan
perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran terpadu menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu lerning by doing.
Menurut Majid, 2014:85 konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan
yakini Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik merupakan satuan pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antara mata pelajaran. Dengan adanya pemanduan itu
peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu. Dimana
pembelajaran terpadu
yang menggunakan
tematik ini,
dapat menghubungkan beberapa mata pelajaran untuk menjadi satu tema yang
dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik, sihingga pembelajaran menjadi menarik, bermakna, dan melibatkan peserta didik
berkreatif mencari tahu pokok persoalan, seperti menjawab pertanyaan yang dikemukankan oleh guru. Pembelajaran tematik yang digunakan
akan memberikan dampak besar bagi peserta didik mendapakan kegiatan belajar yang bermakna berupa pengalaman langsung, baik di lingkungan
sekolah, lingkungan alam, di masyarakat, maupun menggunakan media konvensional dan non konvensiaol yang dapat mendukung pembelajaran
bagi guru dan peserta didik. 2. Pentingnya Tematik Terpadu
Menurut Kemendikbut, 2013:93-94 kurikulum terpadu sebagai panutan dalam tematik terpadu adalah salah satu pendekatan pembelajaran
dimana kompetensi [pengetahuan, keterampilan, dan sikap] dari berbagai mapel digabungkan menjadi satu untuk merumuskan pemahaman yang
lebih mendalam dan mendasar tentang apa yang harus dikuasai siswa. Telah banyak peneliti pendidikan yang menekankan pentingnya
pembelajaran terpadu seperti Susan Drake, Heidi Hayes Jacobs, James Beane and Gordon Vars, dll yang menyatakan bahwa kurikulum adalah
terkait, terpadu, lintas disiplin, holistik, dan berbagai istilah lain yang memiliki arti yang sama. James Beane lebih jauh menekankan “When we
are confronted in real life with a compelling problem or puzzling situation, we don’t ask which part is mathematics, which part is science, which part
is history, and so on. Instead we draw on or seek out knowledge and skill from any and all sources that might be helpful” Bagi sekolah dasar yang
menganut sistem guru kelas, tematik terpadu akan memberikan banyak keuntungan antara lain:
Fleksibilitas pemanfaatan waktu dan menyesuaikannya dengan
kebutuhan siswa
Menyatukan pembelajaran siswa, konvergensi pemahaman yang
diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran
Merefleksikan dunia nyata yang dihadapi anak di rumah dan
lingkungannya
Selaras dengan cara anak berfikir, dimana menurut penelitian otak
mendukung teori pedagogi dan psikologi bahwa anak menerima banyak hal dan mengolah dan merangkumnya menjadi satu. Sehingga
mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak anak mengolah informasi.
d. Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring
untuk semua mata pelajaran.
Menurut Hosnan, 2014:34 mengatakan bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dalam pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip mealaui tahapan-
tahapan mengamati untuk mengindentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, menganalisis atau merumuskan hipotesis,
pengumpulan data dengan berbagai teknik, menganalisi data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“temukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasih searah dari guru.
Sedangkan penerapan
pendekatan saintifik
dalam pembelajaran
melibatkan ketrampilan proses, seperti mengamati, menglasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Menurut permendikbut 2013:2-3 mengatakan bahwa kriteria saintifik antara lainnya yaitu: Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira
‐kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata, penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru, siswa terbebas
dari prasangka yang serta ‐merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis, mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan
masalah, dan
mengaplikasikan materi
pembelajaran, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain
dari materi pembelajaran, Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespon materi pembelajaran, berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Langkah-langkah pembelajaran saintifik. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa.” 4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi
sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Proses pembelajaran menyatuh pada tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan ini, dan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dapat dilihat pada gambar 1 2 dibawa ini.;
Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran. Sumber: Modul Kurikulum 2013.
Gambar 2. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sumber: modul permendikbud kurikulum 2013.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah santifik. Langkah-
langkah pendekatan ilmiah Scientific approach dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi, melalui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasi
secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat- sifat ilmiah dan menghindari
nilai- nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
1. Mengamati observing
Metode mengamati
mengutamakan kebermaknaan
pembelajaran Meaningfull Learning. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara
nyata,peserta didik senang dan bertantang, dan mudah pelaksanaanya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Pendidik menfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
memperhatikan melihat, membaca, mendengar hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan
adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. 2. MenanyaQuestioning
Pendidik yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pendidik perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tentang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih
menggunakan pertanyaan dari pendidik, masih memerlukan bantuan pendidik untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaaan secara mandiri. Ketika pendidik menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual
sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik. Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah pengembangan kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaanh untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.Adapun beberapa fungsi bertanya, antara lain: a Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran b Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. c Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
d Mendorong peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
e Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 3. Menalar Associating
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didikharus lebih aktif daripada pendidik. Penalaran adalah proses berpikir yang logis
dan sistematis atas fakta- fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupah pengetahuan. Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah. Kegiatan “mengasosiasimengolah informasimenalar” dalam
kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan
dalam permendikbud nomor 81a tahun 2013 adalah memproses informasi
yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yuang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu pendekatan dan model pembelajaran informasi
dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi
tersebut. Kompetensi
yang diharapkan
adalah mengembangklan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiakan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Kegiatan menyimpulkan
dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.
4. Mencoba Experimenting Mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah : 1 menentukan tema atau
topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, 2 mempelajari cara- cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia
dan harus disediakan, 3 mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil ekspermien sebelumnya, 4 melakukan dan mengamati
percobaan, 5 mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, 6 menarik kesimpulan atas hasil percobaan, dan
7 membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba sebagai berikut.
a. Persiapan 1. Menetapkan tujuan eksperimen
2. Mempersiapkan alat atau bahan
3. Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia
b. Pelaksanaan Selama proses eksperimen atau mencoba, pendidik ikut
membimbing dan mengamati proses percobaan. Disini pendidik harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba,
pendidik hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termaksud membantu mengatasi dan memecahkan masalah-
masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran. c. Tindak lanjut
1. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada pendidik
2. Pendidik memeriksa hasil eksperimen peserta didik 3. Pendidik memberikan umpan balik kepada peserta didik atas
hasil eksperimen 4. Pendidik dan peserta didik mendiskusikan masalah- masalah
yang ditemukan selama eksperimen. 5. Pendidik dan peserta didik memeriksa dan meyimpan kembali
segala bahan dan alat yang digunakan. 5. Mengkomunikasikan Networking
Pada pendekatan saintifik pendidik diharapkan member kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh pendidik sebagi hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
dalam permendikbud nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar.
e. Penilaian Otentik Asesmen Autentik
1. Pengertian Penialaian Otentik Menurut Kurninasi, 2014:47-48 pengertian penilaian dan
penilaian autentik pada kurikulum 2013 ini, Ada dua macam penilaian yang digunakan, pertama penilaian asesmen adalah proses pengumpulan
dan pegelolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, dan yang kedua penilaian autentik merupakan penilaian
yang dlakukan secara konperhensif untuk menilai mulai dari masukan, input, proses, dan keluaran output pembelajaran, yang meliputi sikap,
ranah sikap, pegetahuan, dan ketrampilan. Dari kedua penilaian dijelaskan
bahwa, siswa tidak lagi menjadi obyek dari pendidikan, tapi justru menjadi subyek dengan ikut mengembangkan tema dan materi yang ada. Dan
dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai standar dalam komponen pendidikan akan mengalami perbahan, mulai dari standar isi, standar
proses maupun standar komptensi lulusan, dan bahkan standar penilaian pun juga mengalami perubahan.
Menurut Kemendikbud, 2013:240 penilaian autentik Authentic Assessment adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih
bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Menurut Kunandar, 2014:35 penilaian autentik dalam kurikulum
2013 mengacu pada permendikbud Nomor 66 Tahuan 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Satandar penilaian bertujuan untuk
menjamin: 1 perencanaan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, 2 pelaksanakan
penilaian peserta didik secara profesioanl, terbuka, edukatif, efektif, efisien,dan sesuai dengan koteks sosial budaya; dan 3 melaporakan hasil
penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Menurut permendikbud, 2013:3-6 penilaian autentik dan tuntutan
kurikulum 2013 yaitu; Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain ‐lain. Penilaian autentik cenderung fokus
pada tugas ‐tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik
untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar
‐salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian
seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian
autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan
siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih
baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam
rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada
penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh
dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta
didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas ‐tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik
sering digambarkan
sebagai penilaian
atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka
sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. Menurut Ormiston dalam Kemendikbud 2013:7, belajar autentik
mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Penilaian autentik terdiri dari berbagai
teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti
kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas ‐tugas yang
memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik
atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara
‐cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu
yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui
penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat
bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun
tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Penilaian autentik
pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi
informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Pada pembelajaran aute ntik, guru harus menjadi “guru autentik.”
Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus
memenuhi kriteria tertentu: 1 mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran 2 mengetahui
bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan
menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan, 3 menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat
informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik, 4 menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat
diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
2. Jenis-jenis Penilaian Otentik a Penilaian kinerja, Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan
parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek ‐aspek
yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur
‐unsur proyektugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja. Seperti, daftar cek checklist, catatan anekdotnarasi anecdotalnarative
records, skala penilaian rating scale, dan memori atau ingatan memory approach.
b Penilaian proyek project assessment, merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periodewaktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Berikut ini tiga hal yang perlu
diperhatian guru dalam penilaian proyek. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. Kesesuaian atau relevansi materi
pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Keaslian sebuah
proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
c Portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bias berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok,
memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian portofolio dilakukan dengan
menggunakan langkah
‐langkah seperti berikut ini. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio. Guru atau
guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau
di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. Jika
memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan. Guru memberi umpan balik
kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio. d Penilaian tertulis, tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Berdasarkan bebarapa pendapat diatas menjelaskan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang bertujuan untuk menilai
kinerja, dan hasil belajar peserta didik di saat mengikuti pembelajaran.
penilaian autentik ini pun, dilakukan secara menyeluruh untuk menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dari apa yang dikerjakan oleh peserta
didik. Dapat diketahui bahwa penilaian autentik ini terdiri dari penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan yang terhakir penilaian
tertulis. ialah penilai portofolio dan penilaian projek, sedangkan penilaian hasil belajar peserta didik bisa di lihat dari bakat dan minat yang dimiliki
oleh peserta didik.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp dalam Trianto
2010:83, mengatakan
bahwa pengembangan
perangkat merupakan suatu lingkaran
yang kontinum. Tiap-tiap langkah
pengembangan berhubungan
lansung dengan
aktivitas revisi.
Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik manapun didalam siklus tersebut Kemp, dkk, 1994:10.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat mulai dari komponen manapun.
Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu
dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan perangkat pembelajaran Kemp ditujunkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Siklus pengembangan perangkat model Kemp Kemp, dkk.,1999:9.
a. Identifikasi masalah pembelajaran Tujuan dari tahap ini adalah mengindentifikasi adanya kesenjangan antara
tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan kajian, pokok bahasan, atau materi yang dikembangkan, selanjutnya alternatif atau cara
pembelajaran yang sesuai dalam upaya pencapaian tujuan seperti yang diharapkan dalam kurikulum.
b. Analisis siswa Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok. Analisis siswa sebagai berikut:
1. Tingkah laku anak siswa Kardi dalam Trianto 2010:83, mengatakan perlunya mengidentifikasi
keterampilan khusus yang harus dapat siswa lakukan untuk memulai pembelajaran agar dapat berjalan lancar dan efektif serta efisien.
2. Karakteristik siswa Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan, dan
pengalaman siswa baik sebagai individu maupun kelompok. Menurut Ibrahim dalam Trianto 2010:83, mengatakan analisis karakteristik ini
meliputi: kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan
psikomotor, kemampuan bekerja sama, keterampilan sosial, dan sebagainya. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk menyiapkan
perangkat pembelajaran. c. Analisis tugas
Menurut, Kemp dalam Trianto 2010:181, mengatakan analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran.
Sedangakan menurut Nur 2001:3 dalam Tiranto 2010:83, mengatakan bahwa analisis tugas adalah alat yang digunakan oleh guru untuk
mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setempatnya dari pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan, dan
menurut, Kardi 2003 :2 mengatakan bahwa, analisi ini akan
menghasilkan suatu diagram atau carta yang berisi ketrampilan-
ketrampilan dan hubungan antarketrampilan tersebut. Adanya hal ini merupakan analisis tugas bertujuan tidak lain yaitu:
Pertama, Analisis isi pelajaran, ini dilakkukan dengan mecermati kurikulum GBPP yang sesuai mulai dari bahan kajian, pokok bahasaan
serta garis besar perincian isi poko bahasaan. Kedua, analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-
konsep utama yang akan diajarkan dan penyususnan secara sistematis sesuai urutan penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan.
Ketiga, analisi prosedural adalah analisi tugas yang dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tgas sesuai dengan bahan
kajian, asil analisi ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural. Keempat, analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk
mengelompokkan tugas-tugas
yang dilaksanakan
siswa selama
pembelajaran dengan mempertimbangkan waktu. Hasil analisis ini adalah cakupan konsep yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau
penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dan
lembar kegiatan siswa LKS, yang akan diajarkan dalam satu rencana pembelajaran.
d. Merumuskan Indikator Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis
tujuan. Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Secara spesifik tujuan pembelajaran
dilakukan untuk mengkonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional.
e. Penyusunan Instrumen Evaluasi Penyusunan tes evaluasi hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk
mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal
yang dijawab benar, dalam bidang pengujian dan pengukuran, hubungan ini merupakan petunjuk keabsahan soal ujian.
f. Strategi Pembelajaran
Pada tahap ini dipilih strategi mengajar yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan dan metode;
pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran Pemilihan media dan sumber belajar didasarkan hasil analisis tujuan,
karakteristik siswa, dan tugas. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan sumber belajar dan media pembelajaran. Jika
sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dengan benar maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran antara lain memotivasi siswa dengan cara
menarik dan menstimulus perhatian pada materi pembelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi pelajaran, membantu
pembentukan sikap dan pengembangan rasa menghargai apresiasi, serta memberikan kesempatan untuk menganalisis sendiri kinerja individual.
8. Pelayanan Pendukung Pelayanan pendukung tidak berhubungan langsung dengan substansi
pengembangan perangkat namun menentukan keberhasilan pengembangan perangkat. Pelayanan pendukung ini antara lain: kebijakan kepala sekolah,
guru mitra, tata usaha, tenaga terkait laboratorium dan perpustakaan, dana, fasilitas,
bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, jadwal penyelesaian tahap perencanaan dan pengembangan.
9. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar
atau tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif dilaksanakan selama
pengembangan dan uji coba. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan dalam perencanaan pengejaran sehingga kekurangan dapat
dihindari sebelum program terpakai secara luas 10. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan- tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama
kemungkinan besar didapatkan baik dari hasil posttes dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil ujian akhir unit, dan uji
akhir untuk pelajaran tertentu. 11. Revisi Perangkat Pembelajaran
Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat. Revisi dibuat berdasarkan masukan dan penilaian
yang diperoleh dari kegiatan validasi perangkat pembelajaran oleh pakar, simulasi terbatas dan uji coba terbatas, sehingga validasi ini lebih pada
tujuan kebenaran dan kesesuaian isi pada saat menerapkannya sebagai perangkat pembelajaran di sekolah.
Unsur-unsur di atas diperlukan bagi pengembangan bahan ajar agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan identifikasi kebutuahan awal
akan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas IV SD. Bahan ajar yang baik tidak hanya mengacu pada unsur-unsur di atas, perlu adanya
suatu instrumen untuk mengevaluasi suatu produk bahan ajar apakah layak untuk digunakan oleh siswa. Cunningsworth 1995:2-4 memaparkan
adanya kriteria khusus yang harus dimiliki sebuah bahan ajar yang baik. Kriteria tersebut adalah tujuan dan pendekatan aim and approaches,
desain dan pengorganisasian design and organization, isi content, topik topic, dan metodelogi methodology. Kriteria-kriteria tersebut
digunakan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap bahan ajar. Cunningsworth juga telah menguraikan masing-masing kriteria ke dalam
beberapa item pertanyaan, akan tetapi item tersebut dapat dikembangkan bahkan ditambah sesuai dengan isi bahan ajar atau kebutuhan terkait bahan
ajar yang akan dievaluasi. Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan komponen
yang terpenting untuk mendukung berlangsungnya kegiatan pembelajaran, perangkat pembelajaran dapat digunakan sebagai tujuan pembelajaran
berupa model pengembangan yang sesuai. Kemendikbud, 2013:5 mengatakan bahwa desain pembelajaran
merupakan perencanan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP mengacu pada sandar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus
dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan pengembangan perngakat pembelajaran maka di bawah ini
akan dijelaskan pengertian perangkat pembelajaran yaitu; Silabus, RPP, Penilaian pembelajaran, dan bentuk Lembar Kerja Siswa LKS sebagai
berikut. a. Silabus
Menurut Hidayat, 2013:100-104 dalam Salim 1987, silabus dapat didefinisikan sebagai ”garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-
pokok isi atau materi pelajaran”. Manfaat silabus ialah sebagai pedoman
dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana
pembelajaran, pengelolaan
kegiatan pembelajaran
dan pengembangan sistem penilaian.
Kemendikbud, 2013:5 mengatakan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Silabus paling sedikit memuat: a Indentitas mata pelajaran; b Indentitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; c
Kompetensi Inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenaikan kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus
dipelajari oleh peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, dan mata pelajaran; d Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran; e Tema khusus SD; f Materi pokok, memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir- butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; g
Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapakan; h Penilaian,
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; i Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun; dan, j Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan lektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Satandar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menegah sesuai dengan
pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan pengembangan rencana pelakasanaan pembelajaran.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Menurut
Kemendikbud, 2013:9-10
rencana pelaksanaan
pembelajaran RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari
suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar KD. Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran terdiri atas: 1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2. Identitas mata pelajaran atau temasubtema; 3. Kelassemester;
4. Materi pokok; 5. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6. Kompetensi Inti KI, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan matapelajaran;
7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. a. Kompetensi Dasar; merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
b. Indikator pencapaian merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai dasar
untuk menyusun alat penilaian. Dalam merumuskan indikator perlu memperhatikan beberapa hal:
1 Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam KI-KD. 2
Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak bukan
sebaliknya. 3 Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa. 4 Indikator harus dapat menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
8. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 9. Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok yang memuat
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
10. Metode pembelajaran merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
11. Media, alat, dan, sumber pembelajaran a. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran; b. Alat pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran; yaitu alat bantu
pembelajaran yang memudahkan memberikan pengertian kepada siswa.
c. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
12. Langkah –langkah Kegiatan Pembelajaran, mencakup:
a. Pertemuan pertama, berisi pendahuluan; kegiatan Inti, dan penutup. b. Pertemuan kedua, berisi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
c. Lembar Kerja Siswa LKS 1 Pengertian Lembar Kerja Siswa
Dalam artikel Ambiyar FT-UNP menjelaskan Lembar kerja siswa LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara
umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran
RPP. Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik.
LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan
metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
2 Fungsi, Tujuan dan manfaat Lembar Kerja Siswa Secara konseptual lembar kerja siswa merupakan media
pembelajaran untuk menlatih daya ingat siswa terhadap pelajaran- pelajaran yang telah terdapat dalam kelas. Lembar kerja siswa juga
dapat dikatakan sebagai aplikasi teori bank soal yang sebelumnya bank soal merupakan suatu cara untuk melatih kecerdasan siswa. Guru
mengumpulkan soal-soal sebanyak-banyaknya dan diberikan terhadap siswa agar dijawab dengan benar.
Selain itu juga lembar kerja siswa dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berkala yang statusnya tidak formal. Guru
dapatmenggunakan LKS untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan.
3 Lembar kerja siswa berfungsi di antaranya sebagai berikut: a Menyusun materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b Menyusun langkah-langkah belajar untuk memudahkan proses belajar peserta didik
c Memberikan tugas belajar peserta didik secara terpadu 4 Tujuan penggunaan Lembar kerja siswa dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut: a Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimilki
oleh peserta didik. b Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah disajikan.
c Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan
5 Manfaat dengan penggunaan lembar kerja siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut
a Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. b Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
c Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
d Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalamn melaksanakan proses pembelajaran.
e Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran
f Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
g Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
d. Penilaian Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara
dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Penilaian yang
mengarah pada kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi, serta penjejangan penilaian. Penialian bertujuan memberikan masukan
informasi secara komperhensif tentang hasil belajar peserta didik, baik saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan kompetensi diharapkan dapat dicapai peserta didik.
Kunandar, 2014:49 mengatakan bahwa menurut kemendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenal
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik, penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengelolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,
ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semeter, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutuh tingkat kompetensi, ujian nasioanl,
dan ujian sekolah madrasah. Menurut Kemendikbud, 2013:10-12 penilaian kelas adalah suatu
bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti
proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan berhubungan
dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Sedangkan data yang diperlukan dapat dijaring dan dikumpulkan selama pembelajaran berlangsung melalui prosedur dan alat penilaian yang
sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Sehingga diperoleh potretprofil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk
setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung penilaian proses maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan
penilaian hasil belajar. Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan
akademik. Karakteristik penilaian kelas dalam Kurikulum 2013 memiliki
karakteristik sebagai berikut;
1. Belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan
diberi waktu sesuai yang dibutuhkan. 2. Otentik ialah penilaian dikatakan otentik apabila peserta didik diminta
untuk menampilkan tugas atau situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial
yang bermakna. Proses penilaian dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan atau terpadu, sehingga penilaian berjalan
bersama-sama dengan proses pembelajaran. 3. Berkesinambungan ialah penilaian dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung dan setelah usai, melalui berbagai jenis ulangan ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan
akhir semester,
atau ulangan
kenaikan kelas.Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil.
4. Menggunakan teknik yang bervariasi ialah teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulislisan, unjuk kerja, proyek produk, portofolio,
pengamatan, dan penilaian diri, disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dinilai.
5. Berdasarkan acuan kriteria maka penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik
tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar minimal
KKM, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai,
daya dukung sarana dan guru, dan karakteristik peserta didik. KKM diperlukan agar guru mengetahui kompetensi yang sudah dan belum
dikuasai secara tuntas. Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengatakan bahawa
penilaian merupakan hal yang dilakukan oleh guru untuk menilai peserta
didik berdasarkan kemampuan peserta didik, penilaian tersebut berfungsi untuk mengetahuai peningkatan hasil belajar peserta didik, guru menilai di
setiap pembelajaran berlangsung secara untuh, penilaian ini berkelanjutan untuk mengukur kemampauan peserta didik mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan adanya penilaian maka guru dapat mengetahui perkembangan
peserta didik
dari aspek
akademik maupun
nonakademiknya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 dapat digunakan sebagai sumber penelitian yang relevan.
Berikut ini manfaat penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan yaitu:
Pertama , penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Meneladani Sikap Pahlawan Bangsaku
Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh Vitus Winda Ari Wismantaka 2014 belum diterbitkan.
Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar yang menyinggung tentang kurikulum 2013 dalam mengaitkan pelajaran dengan budaya lokal
setempat dan menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik Kedua,
penelitian pengembangan yang dilakukan oleh “Yohanna Prisca Apriyani 2013 dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Yang
Terintergrasi Dengan Pendidikan Karakter Untuk Ketrampilan Membaca Pada Mata P
elajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal”. Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal.
Sesuai dengan penelitian perangkat pembelajaran.Sebagai peneliti maka peneiliti ingin meneliti sesuai judul yaitu; “Pengembagan Perangkat
Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Sub Tema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Untuk Siswa Kelas IV SD”.
Berdasarkan paparan kedua penelitian tersebut, maka peneliti ingin menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan Kurikulum SD 2013,
namun dapat diketahuai bahwa perangkat pembelajara Kurikulum 2013 ini sudah disusun oleh pemerintah pusat, maka sebagai peneliti ingin
menyusun kembali perangkat pemebelajaran, dan diperluas dengan tututan pengembangan kurikulum 2013 susuai dengan sub tema yang mau
dikembangkan oleh peneliti. Pengembangan perangkat pembelajaran digunakan oleh pendidik selama proses pembelajaran, pembelajaran yang
dilakukan berbasis pada kurikulum 2013, dengan pendekatan saintifik, dan pendekatan tematik integratif. Peneiliti juga menggunakan penilaian
autentik sebagai proses penilaian yang menyeluruh dan dapat menilai semua aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan pembelajaran
merupakan kegitan yang tidak terpisahkan atau terpadu, sehingga penilaian dapat berjalan bersamaan dengan proses pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 4. Pengembangan perangkat pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka disusun kerangka pikir mengenali pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu
Mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa
Silabus, RPPTH
beserta lembar kerja siswa
dan penilaian
otentik dengan
mengguakan model Kemp dan proses
penelitian RD
model Borg and Gall yang mengacu
Kurikulum SD
Kurikulum SD 2013 1. Rasional dan elemen perubahan.
2. Pendidikan karakter. 3. Pendekatan yang digunakan yaitu tematik
integratif dan saintifik. 4. Menggunakan penilaian otentik.
Analisis Kebutuhan Guru masih membutuhkan contoh perangkat
pembelajaran yang baik mengacu Kurikulum SD 2013.
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Dalam Kurikulum 2013 pengembangan perangkat pembelajaran merupakan suatu bagian
yang penting untuk dikembangkan dan diterapkan. Kurikulum 2013 merupakan salah satu sistem yang direncanakan pemerintah sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang memiliki tujuan yang terarah sehingga mampu untuk menciptakan karakter generasi
penerus bangsa yang lebih baik. Melalui Kurikulum 2013 Pemerintah juga telah mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum 2013 seperti silabus, RPP, LKS, instrumen penilaian, dan bahan ajar. Tetapi untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan
pendekatan tematik, yang dapat mengintegrasikan beberapa mata pelajaran. Sehingga untuk RPP, pemerintah menerbitkan RPPTH
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian Akan tetapi, Masih memerlukan unsur-unsur tambahan agar perangkat pembelajaran tersebut
semakin layak digunakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Berdasarkan uraian diatas peneliti berusaha mensuplemen
mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesaui kurikulum 2013 untuk kelas IV Sekolah Dasar. Perangkat pembelajaran pada kurikulum
2013 ini mengacu pada pendekatan tematik intergratif, dan pendektan saintifik, serta diikuti dengan penilaian autenetik untuk menilai semua
aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan secara utuh. Selain itu juga penerapan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran yang ada dalam
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yaitu tema 8
dengan judul Tempat Tinggalku subtema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. Pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik menjadi
pedoman dalam menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Perangkat pembelajaran dikembangkan dengan
menekankan pendidikan karakter yang bertujuan untuk menekankan perilaku peserta didik harus memiliki nilai-nilai dan tujuan hudup yang
baik, memiliki moral, dan watak yang mucul pada kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian bagi siswa
menggunakan penilaian otentik, agar dapat menilai seluruh aspek sikap, pengetauhuan, dan kerampilan peserta didik. Peneliti menyadari bahwa
apa yang sudah disusun atau dikembangkan oleh peneliti mengenai perangkat pembelajaran belum terlalu sempurna ataupun baik maka perlu
perbaikan sehingga mejadi perangkat pembelajaran yang bermanfaat dan layak digunakan.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran subtema keunikan daerah tempat tinggalku mengacu kurikulum SD
2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar? 2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema keunikan daerah
tempat tinggalku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut pakar kurikulum SD 2013?
3. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema keunikan daerah tempat tinggalku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar menurut guru SD kelas IV?
59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan, yang biasanya lebih dikenal sebagai penelitian RD Research
and Development. Menurut Sugiyono, 2014: 407 penelitian dan pengembangan Research and Development adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan suatu produk yang baik perlu
dilakukan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan menguji kelayakan serta keefektifan produk tersebut agar dapat digunakan pada masyarakat luas.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini memiliki sepuluh langkah
yaitu:
Gambar 3. Langkah-langkah penggunaan Metode
Potensi dan Masalah
Pengumpulan data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Ujicoba Produk
Revisi Produk Ujicoba
Pemakaian
Revisi Produk
Produksi Masal
1. Potensi Masalah Penelitian diawali dengan adanya potensi atau masalah. Potensi dan
masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus menunjukkan data faktual yang sesuai dari pengalaman empirik. Data tentang potensi dan masalah
tidak harus dicari sendiri tetapi bisa dari berdasarkan laporan penelitian orang lain.
2. Pengumpulan Data Setelah mendapatkan potensi atau masalah, maka langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk. Perencanaan produk tersebut bertujuan untuk mengatasi
masalah yang didapatkan. 3. Desain Produk
Pada langkah ini desain produk yang dihasilkan harus lengkap dan spesifikasi. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu perangkat
pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013. 4. Validasi Desain
Langkah ini bertujuan untuk menilai rancangan produk yang telah dibuat dan mengetahui kelemahan serta kelebihan pada produk yang
dihasilkan. Validasi produk dapat dilakukan oleh pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai desain tersebut.
5. Revisi Desain Setelah melakukan desain produk, langkah selanjutnya yaitu
memperbaiki desain produk dari kelemahan yang telah diketahui.
6. Uji coba Produk Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan
keefisienan produk dalam mengatasi masalah. Pada langkah ini, uji coba dilakukan secara terbatas.
7. Revisi Produk Setelah melakukan ujicoba produk secara terbatas maka dapat diketahui
kinerja produk yang dibuat. Langkah selanjutnya yaitu merevisi desain produk mengenai kelemahan yang didapatkan. Setelah desain produk direvisi
maka perlu dilakukannya uji coba produk sesungguhnya. 8. Ujicoba Pemakaian
Pada langkah ini dilakukan uji coba produk secara nyata dalam pemakaian produk yang dibuat.
9. Revisi Produk Revisi produk ini dilakukan, apabila masih terdapat kelemahan pada
pemakaian kondisi nyata. 10. Produksi Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang dihasilkan sudah dapat dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi secara masal.
Pada penelitian ini produk yang akan dikembangkan adalah perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memuat materi pembelajaran pada semester 1. Penelitian pengembang ini hanya sampai
pada tahap ke 5 karena peneliti memandang perangkat pembelajaran ini