Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

4 Tahap Operasi Formal anak umur 11 tahun keatas Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Penalaran yang terjadi dengan struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi.

B. Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya 2006:198, pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi guru berperan sebagai pengatur lingkungan atau sebagai pengatur interaksi. Guru harus mampu mengarahkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir melalui interaksi mereka. Sedangkan menurut Schunk 2012:5, pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk- bentuk pengalaman lainnya.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model Pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Agus Suprijono, 2009 : 46 Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan pula sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Menurut Kardi dan Nur Trianto, 2011:23 istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain: a Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta dan pengembangnya. b Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai c Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. d Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Macam-macam Model Pembelajaran

a Model pembelajaran klasikal Model pembelajaran klasikal merupakan model pembelajaran yang kita jumpai sehari-hari. Pada model ini, guru mengajar sejumlah peserta didik yang kemampuannya dianggap relatif sama dalam sebuah ruangan. Dengan demikian kondisi belajar peserta didik secara individual baik menyangkut minat dan kecepatan belajar sulit untuk diperhatikan oleh guru. Sehingga pembelajaran dengan model seperti ini tidak dapat melayani kebutuhan belajar peserta didik secara individu Suherman, 2001. b Model pembelajaran individual Model pembelajaran individual adalah model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri tempat, waktu, dan kapan dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian. Model pembelajaran ini menawarkan solusi terhadap masalah peserta didik yang beraneka ragam Suherman, 2001. c Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, meneyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Suyatno,2009:51

D. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Miftahul Huda, 2012 :29. Sedangkan menurut Arends 2008:4, model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berupaya membantu siswa untuk mempelajari isi akademis dan berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai sasaran dan tujuan sosial dan hubungan antar manusia yang penting. Model ini dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, tolerransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Berdasarkan uraian dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya pembentukan kelompok kecil. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama yaitu prestasi akademik, toleransi dan pengembangan ketrampilan sosial.

2. Karakteristik Pembelajaran kooperatif

Ciri khas dari pembelajaran kooperatif adalah lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang dicapai tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi. Slavin, Abrani, dan Chambers 1996 dalam Wina Sanjaya, 2006:244 berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan beberapa perspektif, yaitu a Perspektif Motivasi Perspektif Motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. b Perspektif Sosial Perspektif Sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan. c Perspektif Perkembangan Kognitif Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dibawah ini : 1 Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. 2 Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian pula pada pembelajaran kooperatif. 3 Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar. 4 Ketrampilan Bekerja Sama Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya 2006, terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu : a. Prinsip Ketergantungan Positif Positive Interpendence Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat bergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. b. Tanggung Jawab Perseorangan Individual Accountability Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. c. Interaksi Tatap Muka Face to Face Promotion Interaction Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membutuhkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Partisipasi dan Komunikasi Participation and Communication Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat kelak. Untuk dapat melakukan pertisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.

4. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Agus Suprijo, 2009:65

FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Fase 2 : Present information Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3 : Organize students into learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4 : Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

5. Keuntungan dan Kelemahan model pembelajaran kooperatif

Beberapa keuntungan penggunaaan pembelajaran kooperatif Sugiyanto, 2010:43-44: a Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial b Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan c Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial d Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen e Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois f Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa g Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan h Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia i Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif j Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik k Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas. Selain daripada itu, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu: a Pembelajaran kooperatif dapat mengakibatkan kekacauan di dalam kelas dan siswa tidak bisa belajar jika ditempatkan dalam kelompok. b Banyak siswa tidak suka bekerja dalam kelompok. c Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain. d Siswa yang kurang mampu merasa minder rendah diri jika ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang pandai. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, perlu ditekankan kepada siswa bahwa setiap anggota kelompok bertanggung jawab secara pribadi untuk memahami materi yang sudah diajarkan dan di setiap akhir pembelajaran siswa harus mengikuti kuis yang harus dikerjakan secara individu. Sehingga dalam pelaksanaan diskusi, siswa harus aktif mendiskusikan materi agar terjadi saling ketergantungan positif atntar anggota kelompok. Siswa yang berkemampuan tinggi bukan “menggurui”, tetapi membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang kurang pandai dalam satu kelompok tersebut, sehingga semua anggota dapat memahami dengan baik materi yang diajarkan dan dapat mengerjakan soal yang diberikan. Selain itu siswa yang berkemampuan rendah diberi kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapatnya saat berdiskusi, sehingga siswa yang berkemampuan rendah tidak merasa terkucilkan dalam kelompok tersebut. Dengan membantu siswa yang semula pemahamannya kurang baik, siswa yang lebih baik pemahamaannya akan semakin menguasai materi pembelajaran.

6. Tipe-tipe dalam model pembelajaran kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan yaitu Student Teams Achievement Divisions STAD, Jigsaw, Group Investigation GI, Think-Pair-Share, Numebered Heads Together NHT, Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction TAI. a. Student Teams Achievement Divisions STAD Menurut Arends 2008:13, STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University dan barangkali merupakan pendekatan cooperative learning yang paling sederhana dan paling mudah dipahami. Siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompoktim belajar, dengan wakil-wakil dari kedua gender, dari berbagai kelompok rasial atau etnis, dan dengan berbagai prestasi rendah, rata-rata, dan tinggi. Anggota-anggota tim menggunakan worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi akademis dan kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring, saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim. Secara individual, siswa diberi kuis mingguan atau dua mingguan tentang berbagai materi akademis. Kuis-kuis ini diskor dan masing-masing individu diberi “skor kemajuan”. Skor kemajuan bukan didasarkan pada skor absolut siswa, tetapi pada seberapa banyak skor itu bertambah dari rata-rata skor sebelumnya. b. Jigsaw Suyatno, 2009:53 Tipe Jigsaw termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintak seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar LKS yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, bahan ajar tiap kelompok adalah sama. Buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi. Kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. c. GI Group Investigation Menurut Suyatno 2009:56, GI Group Investigation merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Metode ini paling komplek dan paling sulit diterapkan dibandingkan tipe kooperatif yang lain. d. TPS Think-Pair-Share Menurut Suyatno 2009:54, tipe pembelajaran ini tergolong tipe kooperatif dengan sintak: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-bangku think- pairs, presentasi kelompok share, kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. e. TAI Team Assisted Individualy Menurut Suyatno 2009:57 tipe kooperatif TAI merupakan terjemahan bebas dari istilah yaitu Bantuan individual dalam kelompok BIDAK dengan karakteristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa. TAI sama dengan STAD dalam penggunaan tim, belajar empat anggota berkemampuan campur dan sertifikat untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas, sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. f. NHT Numbered Heads Together Menurut Miftahul Huda 2012:130 NHT merupakan varian dari diskusi dan kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk secara berkelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor baca; anggota untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hungga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together NHT Menurut Arends 2008; 16 Numbered Heads Together NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1998 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam revisi berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Alih-alih mengarahkan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur emapat langkah sebagai berikut: a Langkah 1 – Numbering. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggota 3-5 siswa dan memberi nomor antara 1-5 b Langkah 2 – Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. c Langkah 3 – Heads Together. Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d Langkah 4 – Answering. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas. Sedangkan menurut Suyatno 2009, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT adalah sebagai berikut: a. Mengarahkan. b. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu. c. Memberikan persoalan materi bahan ajar untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama kemudian bekerja kelompok. d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas. e. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa. f. Mengumumkan hasil kuis dan memberi reward. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Number Heads Together dari beberapa sumber, maka dapat ditarik suatu langkah- langkah model pembelajaran Numbered Heads Together yang dikembangkan oleh peneliti. Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads Together yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut: 1 Pembukaan – mengarahkan siswa akan materi yang dibahas. 2 Numbering – membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok 3-5 orang dan tiap siswa memiliki nomor tertentu. 3 Questioning – memberikan pertanyaan atau persoalan mengenai materi yang akan dibahas. 4 Heads Together – menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dari tiap-tiap pertanyaan dan memastikan bahwa siswa yang berbeda kelompok mengerti akan jawaban mereka. 5 Answering – memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing- masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. 6 Penutup – memberikan kesimpulan akan pembahasan materi hari itu dan bisa memberikan kuis individual.

F. Minat Belajar

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29