Penyortiran Pertama Hama Sarana dan Prasarana Pembenihan Kegiatan Pemasaran Cahaya Kita

5. Penyortiran Benih

Penyortiran benih adalah kegiatan menyeleksi benih sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Penyortiran benih bertujuan untuk mendapatkan keseragaman ukuran benih. Selain itu, untuk menghindarkan benih yang memiliki ukuran lebih besar karena bisa memakan benih yang berukuran lebih kecil. Penyortiran benih dalam segmen pembenihan lele sangkuriang umumnya dilakukan dua kali. Penyortiran dilakukan menggunakan baskom sortir. Ukuran baskom sortir yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan ukuran benih yang diinginkan, misalnya 3-4 cm atau 5-6 cm. benih hasil penyortiran ditempatkan ke dalam kolam khusus. Dengan demikian, setelah disortir kolam pemeliharaan benih berisi benih lele yang ukurannya seragam.

a. Penyortiran Pertama

Penyortiran pertama dilakukan saat benih berumur 20 hari. Pada penyortiran pertama, biasanya akan terdapat tiga macam ukuran benih, yakni ukuran 2-3 cm, 3-4 cm, dan 5-6 cm. Selebihnya adalah benih di bawah 2-3 cm, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Karena itu digunakan tiga jenis baskom sortir, Penyortiran diawali dengan menyortir benih berukuran besar, yakni ukuran 5-6 cm. Biasanya, pada umur tersebut sudah terdapat benih yang berukuran 5-6 cm. Jumlahnya memang masih sedikit. Namun, jika disortir dan dipindahkan ke kolam pendederan, benih ukuran tersebut dapat memakan benih yang berukuran di bawahnya. Selanjutnya, menyortir benih ukuran di bawahnya, yakni 3-4 cm. Setelah itu menyortir benih berukuran 2-3 cm. Selain dilakukan secara bertahap, penyortiran dapat dilakukan dengan cara bertumpuk. Caranya, baskom sortir disusun berurut ke atas.baskom sortir ukuran 2-3 cm diletakkan paling bawah, kemudian baskom sortir ukuran 3-4 cm ditumpuk di atas dan baskom sortir ukuran 5-6 cm diletakkan pada tumpukan paling atas. Benih yang telah disortir kemudian dipindahkan ke kolam lain sedangkan benih berukuran 2-3 cm tetap dibiarkan di kolam tempat dilakukannya penyortiran.

b. Penyortiran Kedua

Penyortiran kedua dilakukan saat benih berumur sekitar 27-30 hari kira- kira 7-10 hari sejak penyortiran pertama dilakukan. Teknis penyortiran ini sama dengan penyortiran pertama. Namun, penyortiran ini lebih difokuskan untuk mendapatkan benih berukuran 5-6 cm dan 3-4 cm. Penyortiran bias dilakukan bertumpuk atau bertahap, dimulai dengan ukuran yang paling besar, yakni 5-6 cm.

6. Penanggulangan Hama dan Penyakit

a. Hama

Hama merupakan hewan yang menjadi ancaman bagi lele yang dibudidayakan. Hama dapat mengganggu sekaligus memangsa lele. Hama yang sering menyerang benih lele adalah kelelawar, anak kumbang air, dan kodok. Kelelawar merupakan hama yang cukup berbahaya bagi benih lele. Hewan ini dapat memangsa benih dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini tentu saja mengurangi produksi benih. Untuk mengatasi serangan kelelawar maka permukaan kolam ditutup menggunakan jarring atau tali senar. Anak kumbang air dan biasanya hidup di sepanjang dinding kolam. Hewan ini juga memangsa benih lele. Sebagai langkah pencegahan, pada pintu pemasukan air kolam dipasang saringan. Anak kumbang air yang berada didinding kolam dapat ditangkap menggunakan serok atau menggunakan jaring yang halus. Kodok juga bisanya memakan benih lele. Kodok akan menjadi ancaman yang serius jika kolam yang digunakan adalah kolam tanah. Untuk mencegah dan mengatasi serangan kodok, maka harus dilakukan pengontrolan. Jika pada kolam ditemukan telur-telur kodok maka sebaiknya telur-telur itu harus segera dibuang karena dapat mengganggu dan memangsa larvabenih lele.

b. Penyakit

Penyakit yang menyerang lele relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan penyakit yang menyerang ikan air tawar lainnya. Umumnya, penyakit yang menyerang lele disebabkan oleh bakteri, jamur, dan parasit. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang benih lele sangkuriang adalah radang kulit, radang insang, dan asam lambung. Lele yang terserang radang kulit ditandai dengan gejala seperti timbulnya bintik-bintik berwarna putih disekujur tubuh lele. Penyakit radang kulit ini diakibatkan oleh pH air yang terlalu tinggi atau rendah. Penyakit radang insang disebabkan oleh parasit. Akibat pemberian pakan terlalu pagi adalah penyebab penyakit ini. Sebaiknya pemberian pakan dimulai sekitar pukul Sembilan pagi. Apabila pemberian pakan dilakukan terlalu pagi maka polusi udara yang mencemari kolam belum terbakar dan masih menyebar di permukaan kolam. Akibatnya, pakan yang ditebarkan bercampur dengan polusi udara tersebut. Lele yang terserang penyakit asam lambung ditandai dengan perut yang membuncit. Perut lele tersebut bukan berisi pakan melainkan berisi angin dan cairan. Ciri lainnya ditandai dengan gerakan lele menjadi sangat lambat dan sering terlihat mengambang di permukaan air. Untuk mengobati penyakit ini pemilik memiliki ramuan herbal yang diciptakan sendiri oleh pemilik. Ramuan herbal ini dicampurkan ke dalam air kolam. Untuk pengobatan yang membutuhkan waktu lama biasanya ditambahkan arang kayu ke dalam air kolam. Fungsinya adalah agar ramuan herbal yang dicampurkan ke dalam air kolam tidak mudah menguap. Arang kayu ini dapat membuat ramuan herbal yang ada di kolam bertahan 4-5 bulan. Untuk luas kolam 5x2 m, menggunakan arang kayu sebanyak 2 kg. Sementara itu, dalam pengobatan digunakan ramuan herbal dengan dosis 4 sendok makan. Ramuan herbal tersebut dicampur dengan dua sendok makan garam dapur yang dilarutkan dalam dua gelas air bersih. Setelah diaduk hingga rata, rendam arang bersama ramuan tersebut selama 1-2 jam, lalu ditebarkan ke kolam.

7. Pemanenan

Pemanenan benih dilakukan pada pagi hari yang bertujuan untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi. Pemanenan benih harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai atau membuat kulit lele cacat. Kulit benih lele yang mengelupas dapat menjadi pintu bagi masuknya parasit penyebab penyakit. Jamur dan bakteri menjadikan luka di kulit lele sebagai media untuk tumbuh dan berkembang. Akibatnya, pertumbuhan benih menjadi terhambat, bahkan bisa mati. Benih yang akan dipanen digiring ke salah satu sisi kolam menggunakan jaring Lampiran 2. Setelah berkumpul lalu benih tersebut di serok menggunakan seser atau serokan halus. Lalu tempatkan benih tersebut di ember atau baskom plastik. Sebelumnya, ember atau baskom plastik diisi air yang berasal dari kolam pemeliharaan benih. Untuk ember atau baskom berisi 500-1000 ekor benih, cukup menggunakan air sebanyak sepertiga wadah tersebut. Setelah ember terisi penuh dengan benih, lalu dipindahkan ke wadah yang digunakan untuk pengangkutan. Pemindahan benih dari ember atau baskom plastik ke dalam wadah pengangkutan dilakukan secara manual menggunakan tangan sambil menghitung serta mengamati keseragaman ukuran dan kualitas benih.

5.5 Sarana dan Prasarana Pembenihan

Sarana yang dimiliki perusahaan terbagi menjadi sarana utama, sarana penunjang, dan sarana pelengkap. Sarana pokok merupakan alat atau media yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan kegiatan budidaya, seperti kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pemeliharaan larva dan benih Lampiran 2. Sarana penunjang merupakan peralatan yang digunakan untuk sarana utama seperti pembangkit listrik. Sedangkan sarana pelengkap merupakan sarana yang digunakan untuk kelancaran semua proses produksi seperti gudang, dapur, kantor, dan rumah jaga.

5.6 Kegiatan Pemasaran Cahaya Kita

Produk yang dihasilkan oleh Cahaya Kita adalah benih lele sangkuriang. Untuk pemeliharaan dari larva hingga ukuran benih siap jual dibutuhkan waktu selama 30 hari. Harga 1 ekor benih lele sangkuriang dengan ukuran 5-7 cm adalah Rp 150. Sistem penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara pembeli datang langsung ke perusahaan dan pemesanan melalui telepon. Benih yang dihasilkan oleh Cahaya Kita dipasarkan untuk daerah Jabodetabek. Perusahaan juga melayani penjualan ke luar pulau Jawa yaitu Kalimantan, Sumatera. Untuk pengiriman ke daerah yang berada di luar pulau Jawa benih hanya diantar sampai ke Bandara Soekarno Hatta kemudian dilanjutkan oleh perusahaan cargo dengan menggunakan pesawat udara. Untuk biaya benih yang dijual di luar pulau Jawa biasanya lebih mahal karena ada tambahan biaya pengiriman.

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor yang dapat memenuhi kelangsunagn pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dibagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan.

6.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal perusahaan adalah analisis berdasarkan faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri dan umumnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Lingkungan internal yang dianalisis meliputi sumber daya manusia, keuangan, produksi, pemasaran serta penelitian dan pengembangan perusahaan.

6.1.1 Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia adalah salah satu aset yang sangat penting bagi perusahaan karena maju mundurnya sebuah organisasi sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas manusianya. Jumlah pekerja yang dimiliki oleh Cahaya Kita berjumlah 5 orang, dimana 1 orang berada di bagian keuangan dan manajemen, 2 orang di bagian produksi, 2 orang di bagian bangunan. Tingkat pendidikan rata- rata pekerja di Cahaya Kita adalah SD dan perguruan tinggi. Untuk pendidikan sarjana ditempat oleh bagian keuangan dan manajemen. Untuk bagian produksi rata-rata ditempati oleh pekerja yang tingkat pendidikannya SD. Pendidikan bukanlah hal yang utama bagi karyawan Cahaya Kita, pengalaman, keterampilan, dan kemauan untuk belajar dan bekerja keras yang lebih diutamakan. Hal ini dapat terlihat dari komposisi karyawan yang tingkat pendidikannya masih rendah. Komposisi karyawan dapat dilihat pada Tabel 9.