Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1

yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki atau memperkecil kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal perusahaan, 3 strategi S-T yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal perusahaan, 4 strategi W-T yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman eksternal perusahaan.

3. Tahap keputusan

Tahap yang terakhir dalam perumusan strategi adalah tahap keputusan. Informasi yang diperoleh pada tahap input dan tahap pencocokan digunakan pada tahap keputusan. Dalam tahap keputusan ini menggunakan matriks QSPM. Quantitative Strategi Planning Matrix QSPM merupakan tahap akhir pengambilan keputusan tentang strategi terbaik yang dipilih dari berbagai alternatif strategi yang telah dirumuskan setelah melewati tahap input dan pemaduan. Strategi yang akan dipilih adalah strategi yang paling cocok untuk diterapkan dalam kondisi internal dan eksternal perusahan yang bersangkutan. Keunggulan analisis QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama. Selain itu keunggulan lain dari QSPM adalah membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasi faktor internal dan eksternal yang relevan kedalam proses keputusan. Mengembangkan QSPM memperkecil kemungkinan suatu faktor kunci akan terabaikan atau diberi bobot yang tidak sesuai. QSPM menarik perhatian kepada hubungan penting yang mempengaruhi keputusan strategi. QSPM dapat memperbaiki pilihan strategi dalam perusahan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan secara bersama-bersama David, 2006.

3.1 Kerangka Pemikiran Operasional

Cahaya Kita adalah salah satu perusahaan yang membudidayakan benih lele sangkuriang dengan pemijahan alami. Permasalahan yang dihadapi perusahaan berasal dari internal maupun eksternal. Dari sisi internal perusahaan menghadapi permasalahan pada kuantitas produksi yang masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal ini disebabkan karena belum diterapkannya sistem penjadwalan untuk kegiatan pemijahan dan belum adanya rencana penentuan target produksi yang ingin dicapai. Apabila ketersediaan stok benih sudah mulai berkurang Cahaya Kita baru akan melakukan kegiatan pemijahan. Kendala lain ditemukan pada kegiatan budidaya sebagai konsekuensi pemijahan yang dilakukan secara alami sehingga penggunaan zat kimia anorganik mulai dikurangi. Penggunaan pupuk berbahan kimia anorganik, antibiotik pengobatan dan ovaprim dalam kegiatan budidaya ikan lele sangkuriang sudah tidak digunakan lagi. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yaitu kotoran kambing dan untuk mengganti penggunaan antibiotik perusahaan menggunakan ramuan herbal yang diramu sendiri. Karena pemijahan dilakukan secara alami maka perusahaan tidak melakukan penyuntikan pada induk ikan. Sementara pemijahan alami memiliki kelemahan yaitu waktu dari pemijahan sulit untuk ditentukan. Meski telah dilakukan pemeriksaan kematangan gonad, terkadang induk yang telah dimasukkan ke tempat pemijahan tidak memijah. Selain itu benih hasil dari pemijahan alami jumlahnya sedikit yaitu berkisar antara 100.000- 200.000 ekor benih. Sementara pesanan terhadap benih sebesar 1.000.000 ekor benih tiap bulannya. Terkadang pembeli harus menunggu 2-3 bulan untuk memperoleh benih dari perusahaan ini. Saat ini sulit untuk memperoleh benih lele sangkuriang yang berkualitas baik dan perusahaan yang memiliki sertifikat indukan lele sangkuriang. Masalah yang dihadapi di sisi eksternal adalah adanya persaingan yang cukup tinggi, terutama pesaing yang memproduksi produk substitusi lele yaitu lele dumbo. Harga dari benih lele dumbo lebih murah dibandingkan lele sangkuriang. Akan tetapi benih lele sangkuriang lebih banyak dicari oleh petani pembesaran karena keunggulan dari benih lele sangkuriang yaitu lebih cepat tumbuh. Dari ukuran 5-6 cm benih lele sangkuriang hingga mencapai ukuran konsumsi membutuhkan waktu 2 bulan. Peningkatan produksi lele konsumsi setiap tahunnya tabel 3 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan permintaan terhadap lele. Hal ini berpengaruh pada permintaan terhadap benih ikan lele. Untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan menekan biaya produksi sekecil mungkin maka petani pembesaran mencari benih lele yang memiliki keunggulan terutama benih yang cepat tumbuh. Benih lele sangkuriang memiliki pertumbuhan yang cepat oleh karena itu permintaan terhadap benih ini terus meningkat. Peningkatan permintaan ini akan berpengaruh terhadap semakin meningkatnya pembudidaya benih lele sangkuriang yang nantinya akan menjadi pesaing dari perusahaan. Untuk menghadapi kondisi lingkungan perusahaan yang selalu berubah dan kondisi persaingan antar perusahaan dalam meraih pangsa pasar yang semakin ketat, maka Cahaya Kita harus mempunyai strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan Cahaya Kita dapat berkembang. Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan menganalisis visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan perusahaan Cahaya Kita. Visi misi dan tujuan akan menjadi penuntun dalam melakukan tahap analisis selanjutnya agar strategi yang diterapkan mengarah pada pencapaian tujuan akhir. Ada beberapa tahap memformulasikan strategi dalam melakukan pengembangan usaha antara lain tahap input, tahap pencocokan dan tahap keputusan. Tahap yang pertama adalah tahap input. Pada tahap input dilakukan analisis lingkungan yang meliputi analisis lingkungan eksternal dan internal. Faktor-faktor yang dianalisis pada lingkungan internal manajemen, pemasaran, sumberdaya manusia, produksi dan keuangan dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sedangkan faktor-faktor lingkungan eksternal yang dianalisisnya antara lain lingkungan makro teknologi, politik, ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan kompetitif pesaing industri, pendatang baru, pemasok, pembeli, produk substitusi dilihat dari peluang dan ancaman perusahaan. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal maka dibuat matriks IFE dan EFE. Tahap yang kedua adalah tahap pencocokan. Berdasarkan matriks IFE dan EFE dapat dikembangkan dengan menggunakan matriks IE dan SWOT. Pada tahap ini difokuskan untuk menghasilkan strategi alternatif dengan mencocokkan faktor-faktor internal dan eksternal. Untuk merumuskan strategi yang bias dilaksanakan oleh perusahaan, terlebih dahulu kita harus mengetahui posisi perusahaan. Posisi perusahaan dapat diketahui dengan menggunakan matrik IE. Setelah posisi perusahaan diketahui dengan menggunakan matriks IE, kemudian untuk merumuskan alternatif strategi yang diterapkan oleh perusahaan, maka digunakan matriks SWOT. Tahap yang terakhir adalah tahap keputusan. Setelah alternatif strategi diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan QSPM. QSPM menggunakan hasil akhir matriks IFE, EFE, IE, dan matriks SWOT. QSPM merupakan alat analisis untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal sehingga dapat diketahui strategi mana yang paling penting untuk segera dilaksanakan oleh perusahaan. QSPM merupakan akhir proses perumusan strategi, sehingga hasil akhir dari matriks ini merupakan susunan prioritas strategi yang paling penting dilaksanakan. Berdasarkan keterangan diatas, kerangka alir pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Visi dan misi Cahaya Kita Analisis Lingkungan Analisis Lingk. Internal : -Manajemen -Pemasaran -SDM -Produksi -Keuangan Analisis lingk. eksternal : -Teknologi -Politik -Ekologi, Law -Sosial budaya -Ekonomi, Environment Analisis lingk. Industri : -Pesaing industri -Pendatang baru -Pemasok -Pembeli -Produk substitusi Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT Alternatif Strategi Cahaya kita Matriks QSPM Prioritas Starategi Cahaya Kita Rekomendasi yang disarankan untuk perusahaan Kuantitas produksi belum dapat memenuhi permintaan konsumen, dan adanya persaingan dengan perusahaan sejenis dan tidak sejenis. Matriks IE Posisi Cahaya Kita

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemiilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Cahaya Kita merupakan salah satu lokasi pembenihan ikan lele sangkuriang yang sudah dikenal dengan hasil benihnya yang disebut dengan lele sangkuriang organik. Selain itu, kesediaan tempat penelitian untuk menerima penelitian ini menjadikan faktor kuat dalam menyelesaikann penelitian ini. Waktu pengumpulan data dimulai pada bulan September sampai dengan Oktober.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan perusahaan dan hasil wawancara dengan responden yang terdiri dari pimpinan perusahaan manajer, bagian produksi, bagian pemasaran. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan strategi selanjutnya. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip perusahaan. Data yang dapat diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Disnakan Kabupaten Bogor, Departemen Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Bogor, Direktorat Jenderal Perikanan, Dinas Perikanan dan literatur yang relevan. Dokumen Perusahaan yang diperlukan meliputi data gambaran umum usaha sejarah, visi, misi, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan jenis produk usaha, serta data produksi dan penjualan. Sebagai data penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini.