Modulus Geser Perubahan Siklik Dalam Properti Lead Rubber Bearing

direduksi yang besarnya bergantung kepada nisbah redaman base isolation tersebut. Salah satu formula yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya reduksi ini adalah berdasarkan Eurocode 8 • = • • • • • • 3-3 Dimana • adalah nisbah redaman LRB. Contoh bila • = 16 maka • = 0,69. Jadi respon spectra dapat direduksi 30 lebih. Sedangkan peraturan UBC 97 menggunakan factor reduksi • • yang besarnya untuk • = 16 adalah sekitar 0,71.

3.4.2 Modulus Geser

Lead rubber bearing LRB biasanya diproduksi menggunakan karet dengan modulus geser pada regangan 100 sebesar 0,40 MPa sampai 1,20 MPa. Biasanya karet yang digunakan pada LRB hanya mempunyai ketergantungan yang kecil terhadap regangan yang dipakai. Lain halnya dengan base isolator jenis high damping rubber bearing , yang diformulasikan secara spesifik untuk mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap regangan yang digunakan. Gambar 3.11 memperlihatkan variasi modulus geser dengan regangan geser untuk karet dengan modulus geser nominal 0,40 MPa. Dari gambar 3.10 dapat dilihat bahwa pada regangan 50 modulus gesernya kurang lebih 10 lebih tinggi daripada nilai nominal. Pada regangan geser di atas 250 karet menjadi lebih keras atau kaku. Begitu juga untuk 400 regangan geser, modulus gesernya 30 lebih tinggi dari nilai nominal. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.11 Modulus geser karet

3.4.3 Perubahan Siklik Dalam Properti Lead Rubber Bearing

Kekakuan efektif dan redaman pada lead rubber bearing LRB merupakan fungsi dari beban vertikal dan jumlah siklus gerakan seismic. Pengaruh beban vertikal dan jumlah siklus gerakan seismic terhadap kekakuan efektif dan redaman telah dibuktikan dari hasil percobaan dinamik pada lead rubber bearing LRB dengan variasi tingkat pembebanan dan regangan geser tertentu. Hasil percobaan ini dipublikasikan oleh Skellerup Indutri yang dapat dilihat pada gambar 3.12 dan 3.13. Percobaan ini menggunakan lead rubber bearing LRB diameter 380 mm 15” dengan regangan geser 100 dan beban vertikal yang bekerja 950 KN 211 kips atau dengan tegangan sebesar 9 MPa 1,3 ksi. Gambar 3.12 merupakan grafik hubungan jumlah siklus gerakan seismic terhadap area hysteresis loop . Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada laju pembebanan yang lambat yaitu dengan frekuensi percobaan 0,01 hz, semakin banyak jumlah siklus, maka area hysteresis loop yang dihasilkan sedikit menurun. Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk laju pembebanan yang lebih cepat yaitu dengan frekuensi 0,40 hz, pada awal siklus nilai area hysteresis loop lebih tinggi, tetapi untuk siklus-siklus selanjutnya area hysterisis loop mengalami penurunan yang besar. Gambar 3.13 memperlihatkan grafik hubungan jumlah siklus gerakan seismic terhadap kekakuan efektif K eff . Pengaruh jumlah siklus gerakan seismic terhadap kekakuan efektif K eff akibat laju pembebanan tertentu hampir sama dengan pengaruh jumlah siklus gerakan seimic terhadap area hysteresis loop . Pada laju pembebanan yang lambat yaitu dengan frekuensi percobaan 0,01 hz, semakin banyak jumlah siklus, maka kekakuan efektif K eff sedikit menurun. Sedangkan untuk laju pembebanan yang lebih cepat yaitu dengan frekuensi 0,40 hz, pada awal siklus nilai kekakuan efektif K eff lebih tinggi. Tetapi untuk siklus-siklus selanjutnya kekakuan efektif K eff mengalami penurunan yang besar. Gambar 3.12 Grafik hubungan hysteresis loop terhadap jumlah siklus Sumber: Base Isolation of Structures, Design Guidelines, Travor E. Kelly, S.E Universitas Sumatera Utara Gambar 3.13 Grafik hubungan kekakuan efektif terhadap jumlah siklus Sumber: Base Isolation of Structures, Design Guidelines, Travor E. Kelly, S.E

3.4.4 Perubahan Umur Dalam Properti Lead Rubber Bearing LRB