Model Pembelajaran Mandiri 7_PRAKARYA_BUKU GURU

Prakarya 7 dimiliki dengan memfokuskan dan mereleksikan keinginan. Teknik yang dapat diterapkan antara lain apresiasi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga cakap memperlakukan alatbahan berdasarkan temuan sendiri atau modiikasi dan imitasi, releksi karya, melalui kontrak belajar, maupun terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan inquiry, discovery, recovery.

8. Model Pembelajaran Multimodel

Pembelajaran multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal dibandingkan dengan hanya satu model. Metode yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek, modiikasi, simulasi, interaktif, elaboratif, partisipatif, magang cooperative study, integratif, produksi, demonstrasi, imitasi, eksperiensial, kolaboratif.

C. Pengembangan Apresiasi

Pendidikan prakarya dalam penerapannya di sekolah diharapkan dilakukan dalam tatap muka pembelajaran. Sebaiknya jika tugas praktik tidak dikerjakan di rumah sebagai pekerjaan rumah PR yang pada akhirnya orang tualah yang membuatnya. Prakarya lebih menanamkan pendidikan keterampilan sehingga harus memperlihatkan proses agar pendidikan dapat dimaknai sebagai lifeskill di mana dalam pelaksanaannya terdapat penerapan pendidikan karakter di sekolah. Setiap karya yang dibuat peserta didik merupakan hasil belajar yang luar biasa dari potensi yang dapat ditampilkan oleh setiap anak. Mereka butuh diapresiasi, dihargai, dan diberi pujian dalam setiap akhir melakukan kegiatan berkarya. Oleh karena itu, pendidik diharapkan dapat mempersiapkan ruang khusus yang diciptakan untuk menampilkan karya mereka dalam sebuah kegiatan pameran peserta didik. Setiap manusia perlu pujian. Dengan apresiasi, manusia dapat meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih baik dan menjadi manusia yang unggul. Area pameranpajangan sangat diperlukan untuk menghargai bahwa peserta didik sebagai manusia telah melakukan hal yang baik dan benar, serta bermanfaat bagi orang lain. Karya yang dipamerkan akan disaksikan oleh orang lain, baik kawan-kawan sesama peserta didik, orang tua mereka maupun guru dan pengunjung lainnya. Banyak peluang dan kesempatan yang muncul pada kegiatan pameran seperti itu, di antaranya secara tidak langsung sudah menghadirkan pendidikan wirausaha. Jika peserta didik membuat karya maksimal dan dapat menarik perhatian orang lain, karya tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai memiliki nilai jual. Dengan demikian, terbentuk dorongan untuk membuat lebih banyak lagi dan menguntungkan. Konsep masa depan sudah terbentuk sejak dini melalui pendidikan wirausaha. Pameran yang digelar di sekolah dapat dilakukan secara sederhana maupun secara besar-besaran, semua bergantung pada kondisi sekolah itu sendiri. Biasanya, pameran dibarengi dengan kegiatan besar yang dilakukan di sekolah, apakah ulang tahun sekolah maupun hari besar nasional. Pembentukan panitia dalam pameran juga merupakan pembelajaran. Maka, peserta didik perlu diberi kesempatan, guru hanya sebagai fasilitator saja. Pameran dimaksudkan untuk mengapresiasi hasil karyaproduk peserta didik. Istilah ‘pameran’ mungkin lebih tepat digunakan untuk aspek Kerajinan dan aspek Rekayasa untuk aspek Budidaya dan aspek Pengolahan, dapat digunakan istilah ‘bazar atau market day’. 8 Buku Guru kelas VII SMPMTs

D. Penggunaan Material dan Media

Pada pembelajaran Prakarya diharapkan guru dan peserta didik dapat menggunakan material dan media yang terdapat di daerah tempat tinggal. Peralatan yang digunakan dapat menggunakan material sederhana, namun tidak menutup kemungkinan digunakan alat bantu modern.

E. Prosedur Keselamatan Kerja

Pada beberapa tahun terakhir, manusia diharapkan terus-menerus melakukan kegiatan dalam peningkatan kepedulian alam terhadap bahaya akibat polusi yang terjadi di lingkungan. Dicanangkannya program Global Warming atau Go Green hampir di seluruh belahan dunia, membuat kita harus memperhatikan hal ini. Problem ini hendaknya dipahami oleh dunia pendidikan sebagai isu yang harus menjadi perhatian bagi sekolah dan guru serta peserta didik di dalam kelas. Kita selalu kurang menyadari adanya bahaya yang terjadi di lingkungan kita. Perlunya keselamatan terhadap bahaya tersebut meski dalam lingkup yang kecil harus selalu menjadi perhatian bersama, utamanya pendidik mata pelajaran Prakarya. Namun, terkadang kita kurang mempelajari secara sistematis bagaimana mengatasi bahaya secara spontan di dalam kelas terutama dalam kondisi belajar-mengajar berlangsung. Selain bahaya di lingkungan, kita juga harus memperhatikan keselamatan peserta didik dalam belajar. Apakah peralatan dan bahan-bahan yang dipakai pada praktik pembuatan karya membuat anak aman dan nyaman, atau sebaliknya justru membuat peserta didik terancam raganya serta membuat peserta didik menjadi takut belajar. Jika demikian, pembelajaran Prakarya diharapkan dapat melatih kemandirian dan motorik peserta didik sebagai bekal kehidupan peserta didik bukan menjadikan peserta didik jeratrauma. Guru maupun peserta didik harus mengetahui prosedur keselamatan sebelum belajar- mengajar berlangsung. Bagaimana sebaiknya dalam melakukan hal-hal perlindungan diri dari bahaya yang mengancam, baik bahaya dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahaya dari peralatan yang dipakai. Oleh sebab itu, prosedur penjelasan yang bersumber dari pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan dalam memperlakukan sebuah karya harus disampaikan di awal pembelajaran, baik sebagai bagian dari eksplorasi maupun sebagai elaborasi. Biasanya bahaya atas bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan maupun kesehatan terdiri dari cairan yang berupa getah resin, asam acid, cairan yang disemprotkan licquers, ampaskotoran dirt, dan bahan pelarut solven. Bahan-bahan tersebut dikhawatirkan dapat menjadi racun bagi kesehatan jika pemakaiannya tidak mengikuti petunjuk yang benar. Bahaya yang biasa muncul pada penggunaan alat disebabkan karena benda tajam, benda tumpul, alat pemukul, alat pemanas, alat listrik, alat pendingin, alat penekan, dan lain sebagainya. Guru perlu memberikan perhatian yang ekstra sebelum bekerja. Guru perlu membuat dan menempelkan slogan-slogan peringatan bahaya dan kalimat-kalimat kehati-hatian, seperti ; “Hati-hati aliran listrik”, “Bahaya bahan panas”, “Lakukan dengan perlahan” dan sebagainya. Termasuk juga kalimat-kalimat yang mengarah kepada penghematan dan pemeliharaan bahanalat, seperti : “Cukup ambil satu saja”, “Ambil satu alat dan kembalikan”, “Kumpulkan sisa bahan di tempat ini”, dan sebagainya.