8 pelaksanaan penilaian tingkat kesepadanan itu sendiri tidak akan lepas dari
konteksnya. B. Pembatasan Masalah
Kajian tentang kualitas terjemahan cakupannya luas, mulai dari satuan lingual yang akan dibahas maupun kriteria yang akan digunakan untuk menilai.
Oleh karena itu, penulis merumuskan batasan masalah sebagai berikut: 1.
Objek penelitian adalah berita halaman Internasional yang terbit di koran Seputar Indonesia Sindo, dengan fokus penerjemahan dari
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. 2.
Satuan lingual yang akan diteliti adalah kalimat, sebagai bagian teks text unit.
3. Kriteria penilaian adalah tingkat keakuratan penyampaian pesan
dengan menggunakan Accuracy-rating Instrument.
C. Rumusan Masalah
Terdapat berbagai kriteria untuk menilai kualitas terjemahan. Penulis menggunakan pendekatan analisis kesepadanan makna teks terjemahan dengan
teks sumber. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Teknik apa yang digunakan penerjemah? 2.
Aspek apa yang mempengaruhi kesepadanan makna teks terjemahan dengan teks sumber?
3. Bagaimana kesepadanan makna teks terjemahan dengan teks sumber?
9
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1.
Menggambarkan teknik yang digunakan penerjemah. 2.
Mengidentifikasi aspek apa yang mempengaruhi kesepadanan makna antara teks terjemahan dengan teks sumber.
3. Menggambarkan kesepadanan makna teks terjemahan dengan
teks sumber.
E. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan gambaran tentang aplikasi penilaian kualitas
terjemahan, juga gambaran kesepadanan makna terjemahan berita Internasional
yang terbit di koran Sindo. 2.
Dapat memberikan gambaran tentang teknik penerjemahan dan faktor- faktor yang berperan dalam penerjemahan teks media, dan pengaruhnya
terhadap kesepadanan makna terjemahan. 3.
Dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian bidang penerjemahan berikutnya.
10
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Hakikat Penerjemahan
Penerjemahan adalah ilmu kebahasaan yang bisa dikatakan masih baru karena disiplin ilmu ini baru muncul sekitar abad ke 19. Terdapat berbagai
definisi penerjemahan yang dikemukakan oleh para pakar penerjemahan, dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Diantaranya adalah Catford, yang
mengatakan bahwa penerjemahan adalah the replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in other language TL
1965: 20. Menurut Catford, penerjemahan merupakan proses penggantian materi
tekstual dari sebuah bahasa oleh materi tekstual yang sepadan, dalam bahasa yang lain. Berikutnya, Seleskovich dalam Riccardi, 2002: 81 menyebutkan bahwa
translation in a broad sense indicate the activity of transferring a message into a different language,…. Seleskovitch menyampaikan bahwa penerjemahan, secara
umum, adalah aktivitas mentransfer sebuah pesan kedalam bahasa yang berbeda. Disamping itu, penerjemahan bisa juga didefinisikan sebagai bentuk ekspresi lain
pada bahasa lain Bahasa Sasaran akan sesuatu yang telah diekspresikan di Bahasa Sumber dengan memperhatikan aspek padanan secara bentuk dan makna
Bell, 1991: 5. Namun demikian, kesepadanan bentuk hanya dapat tercapai dalam tataran makro. Kridalaksana mendefinisikan penerjemahan sebagai pemindahan
suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-tama
11 mengungkapkan maknanya dan kemudian gaya bahasanya Kridalaksana dalam
Nababan, 2003: 20-21. House mendefinisikan penerjemahan sebagai penggantian sebuah teks bahasa sumber dengan teks dalam bahasa sasaran yang sepadan secara
semantik dan pragmatik 1977: 30 Dari beberapa definisi penerjemahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa,
hakikat penerjemahan adalah suatu kegiatan pengalihan pesan dari Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran, dengan sangat menekankan pada kesepadanan antara
keduanya.
2. Proses Penerjemahan 2.1 Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk menerangkan proses berfikir yang dilakukan penerjemah saat melakukan
penerjemahan. Proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran Nababan, 2003: 24. Nida dan Taber , menggambarkan proses penerjemahan yang dinamis,
dalam bagan berikut:
Bagan 1: Proses penerjemahan menurut Nida dan Taber
Suryawinata Haryanto, 2003:24 Bentuk teks BSu
Bentuk teks BSa Analisis
Restrukturisasi Isi teks BSu
Transfer Isi teks BSa
12 Berdasarkan bagan tersebut, proses terjemahan terdiri dari 3 langkah:
1. Tahap analisis. Pada tahap ini, penerjemah menganalisis teks BSu dalam
hal hubungan gramatikal, makna kata dan rangkaian kata-kata, untuk memahami makna atau isi teks BSu secara keseluruhan.
2. Tahap transfer. Pada tahap ini, makna teks BSu yang telah dipahami,
ditransfer dalam pikiran penerjemah. 3.
Tahap restrukturisasi. Pada tahap ini, makna yang telah dipahami tersebut, disusun kembali ke dalam BSa, sesuai kaidah yang berlaku dalam BSa.
2.2 Proses Penerjemahan di Koran
Proses penerjemahan yang berlaku di koran juga mengikuti ketentuan proses penerjemahan secara umum. Bedanya adalah, bahwa proses penerjemahan
yang terjadi di sebuah institusi media, tentu saja banyak dipengaruhi oleh nilai- nilai jurnalistik, visi dan misi, gaya bahasa dan gaya penulisan serta paradigma
dari sebuah institusi media. Karena aspek-aspek itulah, proses penerjemahan di koran lebih kompleks daripada proses penerjemahan secara umum.
Wartawan penerjemah yang terlibat dalam penerbitan berita Internasional telah terlebih dahulu melakukan rapat dengan tim untuk menentukan topik berita
yang akan diangkat. Diantara berbagai situs penyedia berita, wartawan akan memilih topik mana yang paling terkini dan teraktual. Untuk berita yang sifatnya
sangat terkini, dan sangat cepat perkembangannya, wartawan penerjemah diberikan deadline hanya dengan hitungan jam, untuk menyelesaikan tugasnya.
13
2.3 Proses Penerjemahan di Koran Seputar Indonesia
Perlu ditegaskan kembali bahwa dalam penelitian ini, yang menjadi kajian adalah kalimat terjemahan yang terbit di koran, yang telah mengalami editing oleh
redaktur. Berikut adalah alur kerja penerjemahan di koran Sindo:
Bagan 2: Proses Kerja Penerbitan Berita Internasional di koran Sindo
Proses penerjemahan di koran Sindo, diawali dengan rapat informal yang dipimpin redaktur, yang diikuti dengan penugasan kepada wartawan untuk
Teks BSu Mencari sumber berita
Naskah berita Penerjemahan oleh wartawan
Editing oleh RedakturAsisten Redaktur Editor Bahasa
Layout Desain
Koreksi oleh Asisten Redaktur
Dicetak
Acc. oleh Redaktur
Percetakan
Berita di koran
14 mencari berita terbaru dari sebuah isu. Wartawan kemudian memulai tugas
tersebut dengan mengumpulkan sumber – sumber berita dari beberapa kantor
berita asing, dengan mempertimbangkan : angle sudut pandang kantor berita, serta keberpihakan media asing dan keberpihakan pembaca dalam sebuah isu.
Penggunaan beberapa sumber dianggap perlu utuk mengikuti alur cerita sumber utama dan untuk memperlengkap detail.
Pemotongan kalimat-kalimat pada teks BSu menjadi hal yang sangat lazim ditemui dalam penerjemahan di media manapun. Penggunaan lebih dari 1 teks
berita sumber, tentu saja mengharuskan penerjemah untuk tidak menerjemahkan semua kalimat pada teks sumber. Alasan utama adalah masalah keterbatasan
space. Sebuah teks headline dibatasi minimal 3000 karakter tanpa spasi dan
maksimal 4000 karakter tanpa spasi. Disamping itu, menurut salah seorang wartawan, pemotongan kalimat teks
sumber didasarkan oleh tingkat pentingnya berita. Misalnya, jika kalimat –
kalimat di bagian tengah teks hanya menjelaskan pengulangan isi dari teks bagian awal, maka kalimat tersebut dihilangkan. Pemotongan kalimat BSu juga
dilakukan guna lebih fokus terhadap satu pokok berita, sehingga info tambahan yang tidak terkait dengan pokok berita yang disampaikan tidak diterjemahkan.
Kalimat – kalimat dibagian akhir teks tidak selalu dihilangkan karena kadangkala
kalimat tersebut menjelaskan rincian, sehingga dianggap penting. Wartawan tersebut juga mengatakan bahwa alur logika teks asing kadang
– kadang meloncat – loncat dari awal ke akhir teks. Dalam hal inilah wartawan yang akan menilai
kalimat yang mana yang akan dihilangkan dan dipertahankan.
15 Setelah mendapat teks BSu, wartawan mulai menerjemahkan. Proses
penerjemahan memerlukan waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan proses pencarian sumber berita. Waktu yang diperlukan untuk menerjemahkan
berkisar 30 menit sampai 1,5 jam, tergantung pengalaman masing – masing
penerjemah. Semakin berpengalaman seorang penerjemah, semakin cepat dia menerjemahkan. Alat bantu yang biasa digunakan adalah kamus bahasa Inggris,
didukung dengan pemahaman tentang idiom – idiom khusus dan pemahaman
terhadap serapan kata asing ke kata Indonesia. Wartawan melaksanakan tugas menerjemahkan dengan berbagai peraturan
dan kebijakan institusi media. Penerjemahan judul, misalnya, dipatok space sekitar 2 sampai 5 kata, lebih dari itu tidak bisa dimuat di koran. Ketika judul di
naskah asli tidak menarik, diperbolehkan membuat judul sendiri yang lebih menarik pembaca, yang tetap sesuai dengan isi berita. Jadi tidak harus sama
dengan judul pada teks aslinya. Setelah penerjemahan dan penulisan oleh wartawan lengkap, naskah
tersebut akan diperiksa oleh asisten redaktur atau redaktur untuk diedit dari sisi alur logika, kebenaran penerjemahan, hingga ketepatan penulisan kata
– kata serapan. Hasil tulisan yang sudah diedit oleh asisten redaktur redaktur, masuk ke
bagian editor bahasa untuk diedit kembali hingga mengurangi kesalahan penulisan kata.
Setelah diedit oleh editor bahasa, naskah berita akan masuk ke bagian layout
desain. Berikutnya, naskah di print untuk dikoreksi lagi oleh asisten
16 direktur. Hasil koreksi kemudian diberikan kepada redaktur untuk disetujui masuk
ke bagian percetakan. Akhirnya terbitlah koran dari percetakan.
3. Metode, Strategi, Teknik dan Masalah Penerjemahan
Salah satu poin dalam penelitian ini adalah menganalisis teknik penerjemahan, oleh karena itu terlebih dahulu perlu disampaikan konsep tentang
teknik penerjemahan. Konsep teknik seringkali dianggap rancu atau saling tumpang tindih overlapping dengan metode dan strategi. Berdasarkan hal itulah
perlu disampaikan definisi tentang ketiga peristilahan tersebut agar memberikan pemahaman yang lebih jelas.
3.1. Metode Penerjemahan
Dalam Macquarie Dictionary 1982, metode adalah cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu Machali, 2000:48.
Berdasarkan acuan ini, Machali menyimpulkan dua butir penting tentang metode penerjemahan. Pertama, cara melakukan penerjemahan dan yang kedua adalah
rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. Pelaksanaan penerjemahan dilakukan dalam tiga tahap penting, yang biasa disebut proses penerjemahan, yakni: analisis,
pengalihan dan penyerasian. Dalam pelaksanaannya, ketiga tahap tersebut dijalankan dengan menggunakan cara tertentu, dan cara itulah yang kita sebut
metode. Newmark 1988 membagi metode penerjemahan menjadi dua kelompok
utama, yakni 1 metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber BSu; 2 metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran BSa.
17 Dari dua kelompok besar metode penerjemahan tersebut, Newmark
menyampaikan delapan metode penerjemahan yang secara garis besarnya berpangkal pada dua dua ideologi yakni orientasi ke BSu atau BSa. Metode-
metode tersebut disampaikan dalam diagram V:
Bagan 3: Metode Penerjemahan Newmark, 1988:45 Berorientasi ke BSu
Berorientasi ke BSa
Penerjemahan kata demi kata Adaptasi
Penerjemahan harfiah Penerjemahan bebas
Penerjemahan setia Penerjemahan idiomatik
Penerjemahan semantis Penerjemahan komunikatif Diagram V ini menunjukkan bahwa, dari delapan metode penerjemahan yang
diajukan Newmark, empat berorientasi ke BSu dan empat lainnya berorientasi ke BSa.
―Translation method refers to the way a particular translation process is carried out in terms of the translator’s objective, i.e., a global option that affects
the whole text ‖ Molina Albir, 2001:507 Definisi ini senada dengan definisi
yang disampaikan Machali, bahwa metode penerjemahan merupakan cara penerjemah melaksanakan tahapan proses penerjemahan. Disamping itu juga
disampaikan bahwa metode penerjemahan merupakan hal yang bersifat global atau keseluruhan atau makro yang mempengaruhi seluruh unit-unit mikro teks
yang diterjemahkan. Beberapa contoh metode penerjemahan yang disampaikan adalah: interpretative-communicative translation, literal translation, free
translation dan philological translation.
18
3.2 Strategi Penerjemahan
Metode apapaun yang dipilih, penerjemah akan selalu menghadapi masalah dalam proses penerjemahan baik karena ada unit-unit tertentu yang
memang sulit, atau karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan penerjemah. Dalam kondisi inilah diperlukan strategi penerjemahan, yang didefinisikan Molina
Albir sebagai ―the procedures conscious or unconscious, verbal or non- verbal used by the translator to solve the problems that emerge when carrying
out the translation process with a particular objective in mind ‖ 2002:508.
Strategi merupakan prosedur yang disadari atau tidak, verbal atau non-verbal, yang digunakan oleh penerjemah untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat
menerjemahkan, dengan tujuan tertentu. Strategi menyangkut unit-unit mikro. Newmark menyampaikan berbagai strategi penerjemahan, yang disebutnya
sebagai ―translation procedures‖. Diantara beberapa strategi penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark adalah: Naturalisation, Cultural equivalent,
Functional equivalent,
Descriptive equivalent,
Synonymy, Shifts
or Transpositions, Modulation, Compensation, Componential analysis, Reduction
and expansion, Paraphrase, Notes, Addition, Glosses. Suryawinata dan Haryanto, dengan banyak mengutip dari pemikiran
Newmark tersebut, membagi berbagai strategi penerjemahan menjadi dua jenis utama: Strategi Struktural dan Strategi Semantis 2000: 67. Strategi Struktural,
meliputi: 1 Penambahan; 2 Pengurangan; 3 Transposisi. Sedangkan Strategi Semantis meliputi: 1 Pungutan; 2 Padanan Budaya; 3 Padanan Deskriptif dan
19 Analisis Komponensial; 4 Sinonim; 5 Terjemahan Resmi; 6 Penyusutan dan
Perluasan; 7 Penambahan; 8 Penghapusan dan 9 Modulasi.
3.3 Teknik Penerjemahan
Dari ketiga peristilahan yang dibahas dalam bagian ini, teknik dan strategi merupakan dua istilah yang seringkali membingungkan. Baik strategi maupun
teknik berada pada tataran mikro. Keduanya merupakan hal penting dalam penyelesaian masalah yang muncul dalam proses penerjemahan. Strategi
membuka cara menemukan solusi yang tepat, dan solusi ini diwujudkan dengan menggunakan teknik tertentu. ―Strategies and techniques occupy different places
in problem solving: strategies are part of the process, techniques affect the result ‖
Molina Albir, 2002:508. Jadi perbedaan mendasar antara strategi dan teknik adalah, bahwa strategi merupakan bagian dari proses, sementara teknik dapat
dilihat dari produk. Teknik penerjemahan bersifat praktis, berbeda dengan metode yang
bersifat normatif. Teknik penerjemahan secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya Machali, 2000:77.
Dalam kaitan dengan analisis terjemahan, Albir dan Molina mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai berikut: ―We define translation techniques as procedures to
analize and classify how translation equivalence w orks” 2002: 509. Dari
definisi ini, tidaklah mengherankan jika pembahasan tentang kesepadanan terjemahan seringkali dikaitkan dengan teknik penerjemahan, meskipun teknik
penerjemahan bukanlah satu-satunya kategori yang digunakan untuk menganalisis kesepadanan makna terjemahan. Teknik penerjemahan memilki 5 ciri khas utama:
20 1.
Mempengaruhi hasil terjemahan 2.
Diklasifikasikan dengan membandingkan dengan teks aslinya 3.
Mempengaruhi unit mikro teks 4.
Bersifat diskursif dan kontekstual 5.
Bersifat fungsional
Tabel 1: Classification of translation techniques
Molina Albir, 2002:511 Adaptation
Baseball E Futbol Sp Amplification
ARamadan, the Muslim month of fasting E
Borrowing Pure: Lobby E Lobby Sp
Naturalized: Meeting E Mitin Sp Calque
Ecole normale F Normal School E Compensation
I was seeking thee, Flathead E En verite, c‘est
bien toi que je cherche, O Tete-Plate F Description
Panetton I The traditional Italian cake eaten on New Year‘s eve E
Discursive creation Rumble fish E La ley de la calle Sp
Established equivalent They are as like as two peas E Se parecen como
dos gotas de agua Sp Generalization
Guichet, fenetre, devanture F fi Window E Linguistic amplification
No way E De ninguna de las maneras Sp Linguistic compression
Yes, so what? E Y? Sp Literal translation
She is reading E Ella esta leyendo Sp Modulation
A You are going to have a child Sp
Particularization Window E Guichet, fenetre, devanture F
Reduction Ramadan, the Muslim month of fasting Sp
A Substitution linguistic,
paralinguistic Put your hand on your heart A Thank you E
Transposition He will soon be back E No tardara en venir Sp
Variation Introduction or change of dialectical indicators,
changes of tone, etc.
1 Adaptasi Adaptation: mengganti elemen budaya BSu dengan BSa.
Misal: BSu: cricket bahasa Inggris BSa: kasti bahasa Indonesia
21
2 Amplifikasi Amplification
: menyampaikan detil yang tidak terdapat dalam BSu, yang dapat berwujud informasi atau parafrase yang bersifat eksplisit.
Delisle menyebutnya addition penambahan.
Misal: BSu: Ramadan bahasa Arab, BSa: Ramadan, the Muslim month of fasting bahasa Inggris
3 Peminjaman Borrowing
: mengambil kata atau ekspresi langsung dari bahasa lain. Peminjaman ini berbentuk peminjaman murni pure borrowing dan
peminjaman dengan penyesuaian naturalized borrowing. Misal: BSu: artistic bahasa Inggris
BSa: artistik bahasa Indonesia peminjaman dengan penyesuaian BSu: reshuffle bahasa Inggris
BSa: reshuffle bahasa Indonesia peminjaman murni
4 Calque
: penerjemahan secara literal atas kata atau frase dari bahasa asing, yang
dapat berwujud leksikal atau struktural.
Misal: BSu: primary school bahasa Inggris BSa: sekolah dasar bahasa Indonesia
5 Kompensasi compensation
: memperkenalkan elemen informasi BSu yang
mengandung efek stilistika ke dalam BSa.
Misal: BSu = Man attempts, the will of God prevails bahasa Inggris BSa = Manusia berusaha, kehendak Tuhan berkuasa bahasa Inggris
6 Deskripsi Description
: mengganti sebuah istilah atau ekspresi, dengan
sebuah deskripsi bentuk dan atau fungsinya.
Misal: BSu: panetton bahasa Italia BSa: traditional
Italian cake eaten on New Year’s eve‖ bahasa Inggris
7 Discursive Creation
: menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Ini banyak dijumpai dalam penerjemahan judul.
Misal: BSu: Rumble Fish judul film berbahasa Inggris
22 BSa: La ley de la calle bahasa Spanyol
8 Established Equivalent
: menggunakan istilah atau ekspresi yang dikenal dalam kamus atau penggunaan sehari-hari sebagai padanan dalam BSa.
Misal: BSu: Attorney General bahasa Inggris BSa: Jaksa Agung bahasa Indonesia
9 Generalisasi Generalization
: menggunakan istilah yang lebih umum dan lebih netral.
Misal: BSu: mansion bahasa Inggris BSa: rumah bahasa Indonesia
10 Linguistic Amplification
: menambahkan elemen linguistik. Teknik ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan konsekutif dan sulih suara.
Misal: BSu: ―Shall we?‖ bahasa Inggris BSa: ―Bisa kita berangkat sekarang?‖ bahasa Indonesia
11 Linguistic Compression
: mensintesa unsur-unsur linguistik dalam BSa. Ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan simultan dan sub-titling.
Misal: BSu: ―I want you to know‖ bahasa Inggris BSa: ―Ketahuilah‖ bahasa Indonesia
12 Literal Translation
: menerjemahkan kata atau ekspresi secara kata per kata.
Misal: BSu: Ministry of Education bahasa Inggris BSa: Departemen Pendidikan bahasa Indonesia
13 Modulasi Modulation
: mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitan dengan BSu, bisa bersifat leksikal atau struktural.
Misal: BSu: He denied stealing the wallet bahasa Inggris BSa: Dia tidak mengakui telah mencuri dompet bahasa Indonesia
14 Partikularisasi Particularization
: menggunakan istilah yang lebih spesifik atau konkret dalam BSa.
23 Misal: BSu: Developed countries rejected the protocol bahasa Inggris
BSa: Negara maju menolak Protokol Kyoto bahasa Indonesia
15 Reduksi Reduction
: mengurangi elemen tertentu dari BSu. Reduksi juga
disebut pengurangan atau penghilangan. Teknik ini merupakan kebalikan dari
teknik amplifikasi.
Misal: BSu: Ramadan, the Moslem month of fasting bahasa Inggris BSa: Ramadan bahasa Indonesia
16 Subtitusi Subtitution
: mengubah elemen linguistik ke dalam paralinguistic atau sebaliknya. Teknik ini sering digunakan dalam penerjemahan lisan.
Misal: BSu: Gestur menundukkan kepala bahasa Indonesia BSa: Kata ―shy‖ bahasa Inggris
17 Transposisi Transposition
: mengubah sebuah kategori gramatikal dalam kaitannya dengan BSu.
Misal: BSu: Beny dimarahi ayah bahasa Indonesia BSa: Father got angry with Beny bahasa Inggris
18 Variasi Variation
: mengubah elemen linguistik atau paralinguistik
misalnya: intonasi dan gestur yang mempengaruhi aspek-aspek variasi linguistik: pengubahan ton secara tekstual, gaya, dialek sosial, dialek gegrafis,
dan lain-lain.
Misal: Mengubah ton ketika menerjemahkan novel untuk anak-anak Berbagai teknik penerjemahan yang disampaikan Molina dan Albir
diperlengkapi oleh beberapa teknik yang disampaikan oleh pakar lain. Contohnya adalah teknik Addition vs. Omission yang disampaikan oleh Delisle 1993.
Delisle menyebut addition dan omission sebagai translation error. Teknik ini tepat untuk melengkapi teknik amplifikasi dan reduksi dari Molina dan Albir.
24
19. Addition
: menambah elemen stilistika dan informasi yang tidak terdapat pada
teks sumber. Misal: BSu:
… the Islamic republic will not back down from its rights. BSa: … Teheran tidak akan mundur untuk mempertahankan haknya
memiliki teknologi nuklir.
20. Omission
: penghilangan elemen yang ada pada teks sumber Misal: BSu: Iran will enrich uranium to 20, says Ahmadinejad
BSa: Iran produksi uranium 20
3.4. Masalah Penerjemahan
Masalah yang dihadapi penerjemah saat menerjemahkan bervariasi. Namun secara garis besarnya dapat digolongkan dalam masalah linguistik,
masalah ekstralinguistik dan masalah transfer. Masalah penerjemahan terkait erat dengan kompetensi dan subkompetensi yang dimiliki penerjemah untuk dapat
melaksanakan proses penerjemahan. Kemampuan menyelesaikan masalah, menuntut kompeten-kompetensi tersebut.
Masalah linguistik adalah masalah dalam menerjemahkan, yang terkait dengan kebahasaan. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang terjadi pada
level leksikal, sintaktik maupun tekstual. Perlu diingat bahwa penerjemah mempunyai tugas memahami pesan yang terkandung kata, frase, klausa, sampai
dengan kalaimat. Pesan tersebut harus diekspresikan kembali dalam bahasa sasaran, dengan kata, frase, klausa ataupun kalimat yang sepadan. Berdasarkan hal
tersebut, permasalahan linguistik mempengaruhi tingkat kesepadanan makna terjemahan.
25 Masalah ekstralinguistik merupakan masalah diluar kebahasaan yang
mempengaruhi proses kerja seorang penerjemah. Karena penerjemahan merupakan cabang linguistik terapan, maka permasalahan diluar kebahasaan
menjadi faktor yang harus dipertimbangkan penerjemah untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik. Masalah ekstralinguitik terkait dengan masalah budaya,
masalah tematik dan masalah ensiklopedik. Masalah budaya meliputi pemahaman budaya BSu dan BSa. Masalah tematik menyangkut pengetahuan tentang tema
atau topik dari teks yang diterjemahkan. Sedangkan masalah ensiklopedik menyangkut pengetahuan tentang berbagai hal secara umum, yang bersinggungan
dengan teks yang diterjemahkan. Masalah transfer merupakan kompetensi sangat penting yang harus
dimiliki penerjemah. Kemampuan transfer yang bersifat umum, melingkupi aspek-aspek lainnya dalam permasalah penerjemahan, seperti aspek linguistik dan
ekstralinguistik. Permasalahan transfer meliputi pemahaman, deverbalisasi dan pemisahan dua bahasa kemampuan mengontrol pengaruh BSa terhadap BSu, atau
sebaliknya, penyampaian kembali dalam BSu, termasuk juga pemilihan metode penerjemahan yang tepat.
Semua aspek tersebut memiliki hubungan saling terkait, yang mempengaruhi tingkat kesepadanan makna terjemahan.
4. Penilaian Kualitas Terjemahan Translation Quality Asseessment
Penilaian kualitas terjemahan mencakup 3 area, yakni: the evaluation of published translation
penilaian terhadap karya terjemahan yang diterbitkan, the
26 evaluation of professional translator
penilaian terhadap penerjemah profesional dan the evaluation in transation teaching penilaian dalam pengajaran
penerjemahan Melis Albir, 2001:2. Penilaian terhadap karya terjemahan yang diterbitkan bertujuan untuk menilai sebuah terjemahan, mendiskusikan kelebihan
dan kekurangannya dan kadang-kadang mengajukan solusi. Kritik independen atas penerjemahan media merupakan contoh dari tipe penilaian jenis ini. Dalam
hal ini, pertimbangan penilaian akan terkait dengan fidelity dan quality kualitas. Fidelity
dalam hal ini adalah kesetiaan terhadap pesan yang disampaikan teks sumber. Penilaian harus dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian yang
objektif dan reliabel. Penilaian kualitas terjemahan juga melibatkan masalah-masalah
penerjemahan dan kesalahan terjemahan. Problem yang dihadapi penerjemah bervariasi. Problem tersebut meliputi: masalah linguistik leksikal, sintaktik dan
tekstual, ekstra-linguistik budaya, tematik dan ensiklopedik dan transfer Melis Albir, 2001:281. Masalah-masalah tersebut jika tidak tertangani dengan baik,
akan mempengaruhi kualitas terjemahan. Oleh karenanya, bagaimana aspek linguistik dan ekstra-linguistik itu mempengaruhi kesepadanan makna, juga akan
menjadi kajian dalam penelitian ini. Untuk mengatasi masalah yang muncul dalam proses penerjemahan, diperlukan teknik penerjemahan. Oleh karena itu, penilaian
kualitas terjemahan seringkali dikaitkan dengan analisis terhadap strategi atau teknik, jika dipandang dari orientasi kepada produk yang dilakukan penerjemah.
27
4.1 Parameter dan Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan
Penilaian kualitas terjemahan sering dipandang sebagai sesuatu yang subjektif. Parameter tentang terjemahan yang berkualitas muncul dalam berbagai
aliran pendapat. Selama beberapa dekade, para pakar penerjemahan telah berupaya untuk mengembangkan sejumlah parameter dan prosedur penilaian
terjemahan yang seobjektif mungkin. Sejarah penilaian terjemahan dimulai dari masa pre-lingustik yang
menggunakan parameter terjemahan bebas dan terjemahan literal. Selanjutnya, diajukan prinsip Dynamic Equivalence oleh Nida 1964. Di tahun 1969 Nida dan
Taber menyarankan penggunaan Cloze Test sebagai parameter penilaian kualitas terjemahan. Carrol 1966 menyatakan bahwa kualitas terjemahan dapat diukur
dengan Rate of Informativeness and Intelligibility Al Qinai, 2000:498. Newmark 1988, Hatim dan Mason 1990 dan House 1981, 1997
mengajukan berbagai parameter penilaian kualitas terjemahan, yang dapat disarikan sebagai berikut: 1 Textual Typology province and Tenor, 2 Formal
Correspondence, 3 Coherence of Thematic Structure, 4 Cohesion, 5 Text-
Pragmatic Dynamic Equivalence, 6 Lexical Properties Register, 7
GrammaticalSyntactic Equivalence. Ibid, 499. Berbagai pendapat ini tidak lepas
dari berbagai kritik. Karena tidak ada dua bahasa yang sama, baik dalam hal makna atau bentuk, maka yang terbaik adalah mengusahakan terpenuhinya
variabel berikut: 1 Pesan teks sumber, 2 Tujuan dan maksud penulis teks sumber serta 3 Tipe pembaca target Al Qinai, 2000:500.
28 Gerzymisch dan Arbogast 2001: 229-239 menyatakan bahwa
kontroversi seputar kesepadanan sebagai parameter penilaian kualitas terjemahan diakibatkan karena adanya kebingungan penggunaan istilah kesepadanan pada 2
level linguistik, yakni kesepadanan pada level sistem dan kesepadanan pada level teks. Pada level linguistik, strategi dan parameter yang digunakan: 1 Texts and
Translation Features in Perspective, 2 Texts Represented as Semantic Network
Text Mapping, yang meliputi: extracting networks from texst, coherence, text
topic and thematic patterns, isotopic patterns. Pada level teks, parameter yang
digunakan adalah: 1 Text and Translation Sample, yang meliputi: coherence, topic and thematic patterns, isotopic pattern,
2 The Evaluation Problem yang meliputi: text-specific equivalence dan parameter ranking, 3 Motivation for
Translation Variance and Invariance in Translation. William 2001: 326-344 menyampaikan bahwa penilaian kualitas
terjemahan dapat digolongkan dalam 2 model, yakni Models with Qualitative Dimension
seperti yang digunakan Sept 1979 dan Sical 1986 dan Non- quantitative Model, Textological Models,
seperti yang digunakan Nord 1991 dan House 1997. Kedua pendekatan tersebut masing-masing memiliki kelemahan,
sehingga William mengajukan sebuah teori yang berupaya mewadahi 2 model tersebut dengan mengembangkan Argumentative Theory untuk menilai kualitas
terjemahan. The Institute of Linguists’ IoL Diploma in Translation, sebuah institut
ilmu penerjemahan terkemuka di Inggris, mengajukan kriteria penilaian terjemahan sebagai berikut: 1 accuracy : pengalihan informasi dan fakta dengan
29 tepat, 2 penggunaan pilihan kosakata, idiom, peristilahan dan register yang tepat,
3 kohesi, koherensi dan organisasi teks, 4 keakuratan dalam aspek teknis, misalnya tanda baca dan sebagainya Munday, 2001:30.
Nababan berpendapat bahwa kualitas suatu terjemahan, pada umumnya dikaitkan dengan konsep keakuratan pengalihan pesan accuracy, yang
didalamnya sekaligus mengandung konsep keberterimaan acceptability dan keterbacaan teks bahasa sasaran readability JLB, 2, 2004:54.
Senada dengan yang diungkapkan Nababan, Baker mengatakan: “ Accuracy is no doubt an important aim in translation but it is also
important to bear in mind that the use of common target-language patterns which are familiar to the target reader plays an important role in keeping
the communicat
ion channels open” 1992:57 Baker mengemukakan dua poin penting dalam gagasan ini, yaitu: keakuratan dan
penggunaan pola-pola bahasa yang familiar dengan pembaca bahasa sasaran. Jadi selain akurasi, Baker juga menekankan pada pentingnya keberterimaan dan
keterbacaan bagi pembaca bahasa sasaran. Akurasi merupakan ukuran sejauh mana tingkat kesesuaian terjemahan
dengan teks sumbernya. Accuracy is a term used in translation evaluation to refer to the extent to which a translation matches its original
Shuttleworth, Cowie, 1997:3. Dalam konsep ini, kualitas terjemahan ditentukan oleh ketepatan
penyampaian pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Apa yang dimaksudkan dalam teks sumber harus disampaikan dengan setepat mungkin.
Keberterimaan terkait dengan kesesuaian teks dengan sistem yang berlaku dalam bahasa sasaran. Terjemahan yang akurat tidak akan sampai pada
pembacanya jika terjemahan tersebut tidak berterima. Meskipun penerjemah telah
30 menggunakan kata-kata yang cocok dengan makna yang dikandung bahasa
sasaran, seringkali kata-kata atau kalimat tersebut tidak lazim dikenal dan digunakan dalam bahasa sasaran.
Keterbacaan merujuk pada mudah atau tidaknya sebuah terjemahan dibaca dan dimengerti oleh pembacanya Richard et.al. dalam Nababan, 2003:53. Faktor
pembaca menjadi hal penting dalam mengkaji keterbacaan. Konsep keterbacaan menyangkut keterbacaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, namun dalam
konteks penilaian kualitas terjemahan, keterbacaan lebih ditekankan pada keterbacaan teks bahasa sasaran, dimata pembaca target. Ketiga kriteria tersebut
lalu diukur dengan merujuk pada parameter pengukuran yang telah disampaikan oleh beberapa pakar penerjemahan, ataupun menggunakan skala pengukuran
sendiri yang ilmiah dan dapat dipertanggung-jawabkan. Peneliti yang hendak menilai kualitas terjemahan perlu memahami
berbagai parameter dan strategi penilaian kualitas terjemahan. Dari berbagai parameter dan strategi tersebut, peneliti memutuskan untuk menggunakan
parameter kesepadanan makna keakuratan. Hal ini berpegang pada pendapat bahwa pada evaluation of published material termasuk kritik independen terhadap
terjemahan media, masalah fidelity dan quality menjadi objek kajian yang paling penting. Strategi penilaian yang digunakan adalah Accuracy-rating Instrument
yang diajukan Nagao, Tsuji dan Nakamura 1998 Nababan dalam JLB 2004:61. Pengukuran ini didasarkan pada skala 1 hingga 4 yang diuraikan sebagai berikut:
31
Tabel 2: Skala dan Definisi Kualitas Terjemahan
JLB2, 2004: 61
Scale Definition
1
The content of the source sentence is accurately conveyed to target sentence. The translated sentence is clear to the evaluator and no
rewriting is needed.
2 The content of the source sentence is accurately conveyed to the
target sentence. The translated sentence can be clearly understood by the evaluator, but some rewriting and some changing in word order
are needed.
3
The content of the source sentence is not accurately conveyed to the target sentence. There are some problems with the choice of lexical
items and with the relationships between phrase, clause and sentence elements.
4 The source sentence is not translated at all into the target sentence,
i.e. it is ommited or deleted.
Penilaian kualitas dengan skala tersebut terjadi pada tataran kalimat, namun implementasi dari penilaian kualitas itu tidak lepas dari konteksnya. Dalam skala
tersebut dapat pula dilihat berbagai parameter, seperti: word order, lexical items, relationship between phrase, clause and sentence elements.
Unsur-unsur itu yang akan digunakan untuk menilai tingkat keakuratan penyampaian pesan, dan menilai
tingkat kesepadanan makna.
4.2 Manfaat Penilaian Kualitas Terjemahan
Penilaian terhadap kualitas terjemahan atau kritik terhadap suatu karya terjemahan bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan terjemahan.
Secara tidak langsung, kritik ini akan mengungkapkan kemampuan penerjemah Nababan, 2003:84-85. Terjemahan yang berkualitas menunjukkan bahwa
penerjemahnya memiliki kompetensi penerjemahan yang baik.
32 Lebih lanjut, Honig dalam Nababan JLB, 2004, menyatakan bahwa ada
beberapa pihak yang mendapatkan manfaat dari penilaian kualitas terjemahan, yaitu:
1. Pembaca teks bahasa sasaran 2. Penerjemah professional
3. Peneliti di bidang penerjemahan 4. Peserta pelatihan penerjemahan
Lebih luas lagi, penilaian kualitas terjemahan yang reliabel akan lebih
memajukan dunia penerjemahan. Penilaian terjemahan sangat penting karena dua
alasan: 1 untuk menciptakan hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; 2 untuk kepentingan kriteria dan standar dalam menilai
kompetensi penerjemahan, terutama apabila kita menilai beberapa versi teks BSa
dari teks BSu yang sama. Machali, 2000:108.
5. Jurnalisme
Jurnalisme juga sering disebut jurnalistik merujuk pada semua kegiatan media massa dalam mengumpulkan dan menyajikan informasi kepada publik.
Jurnalisme merupakan alat pemasok kebutuhan orang dalam berkomunikasi. Jurnalisme mencakup media cetak dan elektronika yang menyampaikan berita dan
informasi kepada khalayak umum. Surat kabar, majalah, radio, televisi, layanan online
berbagai situs penyedia berita merupakan bagian dari media massa. Jurnalisme masa kini dipenuhi dengan berbagai layanan akses berita yang
menggunakan teknologi komputer dan internet. Dunia jurnalisme juga mengenal
33 adanya ‗kantor berita‖, yakni sebuah organisasi yang menampung liputan-liputan
jurnalistik internasional dan menjualnya kepada berbagai koran dan majalah Santana, 2005: 12.
Di Indonesia, menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982, pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya
sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi
dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil atau alat-alat teknik lainnya Djuroto, 2000: 4.
Terdapat Sembilan prinsip jurnalisme, yakni: 1 menyampaikan kebenaran, 2 memiliki loyalitas kepada masyarakat, 3 memiliki disiplin untuk
melakukan verifikasi, 4 memiliki kemandirian terhadapa apa yang diliputnya, 5 memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan, 6 menjadi forum bagi kritik
dan kesepakatan publik, 7 menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik, 8 membuat berita secara komprehensif, 9 memberi keleluasaan
wartawan untuk mengikuti nurani mereka Kovach dan Rosenstiel dalam Santana, 2005: 6
Perlu diingat bahwa media massa diakses oleh massa yang heterogen berasal dari berbagai golongan dan bidang ilmu. Nilai-nilai jurnalisme
mengedepankan kebebasan berekspresi, keobjektifan, dan kejujuran. Namun, media juga harus ingat bahwa posisinya berada di tengah-tengah masyarakat yang
cenderung mengendalikannya. Pandangan, nilai-nilai serta pemikiran yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, turut mempengaruhi sudut
34 pandang penyampaian berita. Sudut pandang tersebut sangat mempengaruhi
pemilihan kata-kata dan gaya bahasa penulisan berita. Ada berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa: kepentingan
ideologi masyarakat dan negara, kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan keberlangsungan lapangan kerja bagi karyawan dan sebagainya.
Dalam posisi inilah bias media menjadi satu hal yang tak terhindarkan Sobur, 2006. Dilihat dari ketentuan dasar, menurut GBHN, media massa diberi tugas
melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Hal ini turut mempengaruhi kinerja wartawan penerjemah dalam tugas penerbitan berita internasional di sebuah surat
kabar. Masih ada banyak hal yang merupakan karakteristik khusus jurnalisme,
yang sangat berpengaruh pada berbagai proses kerja jurnalistik, termasuk proses penerbitan berita Internasional yang melibatkan proses yang cukup kompleks.
5.1 Koran
Penyampaian informasi dalam kegiatan jurnalisme dilakukan melalui media, baik yang bersifat visual, audio, maupun audio-visual. Koran merupakan
salah satu media yang bersifat visual. Lebih lazim disebut media cetak, koran menyampaikan informasi secara terstruktur, dalam bentuk lembaran-lembaran
kertas yang diatur dalam halaman-halaman. Dilihat dari segi pembaca target, dikenal dua jenis koran, yaitu koran lokal
dan koran nasional. Sementara jika dilihat dari isi berita, terdapat koran umum, dan koran dengan minat khusus. Koran dengan minat khusus merupakan koran
dengan konsentrasi pada bidang tertentu, misalnya koran bisnis.
35 Muatan utama koran, tentu saja adalah informasi aktual yang disampaikan
pada tiap halamannya. Namun, dalam setiap terbitan koran, bisa dipastikan muncul pula berbagai iklan. Sisi lain pers sebagai sebuah bisnis menuntut hal
tesebut. Iklan-lah yang menutup biaya produksi sebuah koran. Tanpa iklan, tak bisa dibayangkan berapa harga selembar koran. Demi kepentingan bisnis, bahkan
tak jarang iklan menempati posisi-posisi strategis yang biasanya ditempati oleh berita-berita utama.
Telah disinggung sebelumnya bahwa koran memuat berita aktual yang terkini. Akan tetapi, sebuah peristiwa yang terjadi tidak dapat disampaikan kepada
publik dalam jeda waktu beberapa menit setelah kejadian, seperti halnya berita televisi. Koran memiliki siklus terbit. Jadi berita yang terjadi setelah penerbitan
koran, tentu saja akan disimpan untuk penerbitan berikutnya. Struktur penerbitan pers mencakup organisasi yang cukup luas, yakni
Bidang Redaksi, Bidang Cetak dan Bidang Usaha. Namun yang terkait langsung dengan pemberitaan dalam surat kabar adalah Bidang Redaksi Editor
Department . Struktur sederhana Bidang Redaksi dapat digambarkan dalam figur
berikut: -
Pemimpin Redaksi adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers. Tugas utamanya adalah mengendalikan kegiatan
keredaksian di perusahaannya, yang meliputi penyajian berita, penentuan liputan, pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik, pemilihan berita
utama headline dan sebagainya. Pemimpin redaksi, dalam melaksanakan
36 tugasnya, dibantu oleh redaktur pelaksana, redaktur halaman dan asisten
redaktur. -
Sekertaris Redaksi adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksionalan, misalnya: menerima surat-menyurat yang terkait dengan
keredaksionalan, mengirim honor penulis dari luar, dan lain-lain. -
Redaktur Pelaksana bertugas membantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas keredaksionalan.
- Redaktur Editor adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap isi
halaman surat kabar. Tugas redaktur adalah menerima bahan berita, baik dari kantor berita, wartawan, koresponden atau bahkan press release dari
lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta, kemudian menyeleksi mana yang layak diberitakan.
- Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari,
mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa. Wartawan pada sebuah penerbitan media cetak disebut
wartawan media cetak. Dari status pekerjaannya, ada tiga jenis wartawan, yaitu: wartawan tetap, wartawan pembantu dan wartawan lepas freelance.
- Koresponden stringer atau lazim disebut wartawan pembantu adalah
seseorang yang berdomisili di suatu daerah, diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers untuk memberikan laporan secara kontinyu tentang peritiwa
yang terjadi di daerahnya
37
5.2 Berita
-
Jenis Berita
Tulisan yang ada di koran pada umumnya berupa berita dan opini. Berita adalah tulisan yang sepenuhnya berisi fakta, sehingga diharapkan bersifat objektif.
Sedangkan tulisan opini merupakan opini penulis tentang suatu hal. Beberapa contoh tulisan opini, adalah: tajuk rencana, surat pembaca, karikatur, editorial.
Ishwara 2005: 52, seorang wartawan Kompas, menyampaikan dua jenis berita: 1 Berita yang terpusat pada peristiwa event centered news yang khas
menyajikan peristiwa hangat yang baru terjadi, dan umumnya tidak diinterpretasikan, dengan konteks yang minimal, tidak dihubungkan dengan
situasi dan peristiwa yang lain. 2 Berita yang berdasarkan pada proses process- centered news
yang dihubungkan dalam konteks yang luas melampaui waktu. Berdasarkan sifat kejadian berita, terdapat berbagai jenis berita: 1 Berita
yang diduga, misalnya: berita pelantikan pejabat, berita kunjungan presiden, berita peresmian oleh pejabat. 2 Berita tak diduga, misalnya: berita kecelakaan
dan berita tentang bencana alam. Berdasarkan bidang yang dicakup, terdapat berbagai jenis berita, yakni: 1
berita ekonomi, 2 pendidikan, 3 politik, 4 olahraga dan 5 kriminalitas. Berdasarkan jarak kejadian, terdapat: 1 berita lokal kota propinsidaerah, 2
berita nasional dan 3 berita mancanegara. Berita juga dapat dibedakan berdasarkan teknik atau gaya penulisannya.
Dalam hal ini, berita dapat dikategorikan sebagai: 1 berita langsung atau straight news
dan 2 feature. Berita langsung biasanya berbentuk eksposisi, sedangkan
38 feature
biasanya berbentuk deskripsi atau pemerian. Sementara, feature masih dapat dibedakan lagi menjadi feature informatif, feature histori, feature ilmiah
dan pengalaman pribadi. -
Nilai Berita
Tulisan yang dimuat di koran tentu saja telah melalui penseleksian berdasarkan nilai berita atau news value. Nilai berita menjadi ukuran yang
berguna, atau yang bisa diterapkan untuk menentukan layak berita newsworthy. Nilai berita merupakan suatu hal yang sulit didefinisikan. Beberapa elemen nilai
berita yang mendasari pelaporan kisah berita adalah: -
Immediacy atau timelines: terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan -
Proximity: keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka.
- Consequence: berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang
mengandung nilai konsekuensi. -
Conflict: peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi atau kriminal merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.
- Oddity: peristiwa yang tidak biasa terjadi
- Sex: kerapkali menjadi elemen utama, namun bisa juga menjadi elemen
tambahan bagi pemeberitaan tertentu, seperti pada olahraga, selebriti, atau kriminal.
- Emotion atau human interest: menyangkut kisah-kisah yang mengandung
kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan atau humor.
39 -
Prominence: ketika seseorang terkenal, dia akan menjadi pusat berita. Unsur keterkenalan menarik minat pembaca berita.
- Suspense: elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap
sebuah peristiwa, oleh masyarakat. -
Progress: elemen ini merupakan elemen ―perkembangan‖ dari elemen yang ditunggu masyarakat.
Santana, 2005: 18-20 Berita yang dianggap memiliki nilai tinggi, dipilih menjadi Headline HL
suatu halaman. HL memiliki porsi halaman yang lebih besar dibanding berita- berita lainnya. Besarnya halaman untuk HL berbeda antara halaman luar dengan
halaman dalam. Seringkali HL di halaman awal harus dipotong untuk dilanjutkan di halaman dalam. Pemotongan dan penyambungan ini sekaligus memberikan
tempat bagi berita-berita yang bernilai tinggi lain, tapi tidak menjadi HL. -
Kategori Berita
Jurnalistik membakukan beberapa kategori pemberitaan, Yakni: -
Hard News: merupakan desain utama dari sebuah pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan
pembaca, pendengar atau pemirsa. Ini menyangkut hal-hal yang penting, yang harus segera diberitakan.
- Feature News: adalah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan
kegemparan atau imaji-imaji pencitraan. Kisahnya didesain untuk menghibur, namun terkait dengan hal-hal yang menjadi perhatian atau
mengandung informasi.
40 -
Sport News: berita olahraga bisa masuk kategori hard news atau feature. Berita ini mencakup rangkuman hasil pertandingan atau rangkaian kompetisi
musiman juga berbagai bidang yang terkait dengan olahraga, dari atlet-atlet, tokoh olahraga serta penggemar fanatik olahraga.
- Social News: mencakup kisah-kisah kehidupan sosial. Berita sosial juga bisa
masuk dalam kategori hard atau feature. Umumnya meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.
- Interpretive: dalam kategori berita ini, wartawan berupaya untuk memberi
kedalaman analisis dan melakukan survey terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.
- Science: berita yang memuat ihwal kemajuan perkembangan keilmuan dan
teknologi. -
Consumer: berita ini membantu khalayak yang ingin membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari baik yang bersifat primer dan sekunder.
- Financial: berita yang memfokuskan perhatian pada bidang-bidang bisnis,
komersial atau investasi. Para penulisnya memiliki referensi akademis atau kepakaran terhadap subyek yang dibahasnya.
Dalam penelitian ini, objek yang digunakan adalah berita berjenis straight news dan berkategori hard.
-
Sumber Berita
Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik dalam Ishwara 2005: 67 mengatakan bahwa ada beberapa petunjuk yang dapat membantu wartawan dalam
mengumpulkan informasi, yaitu:
41 1
Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita. 2
Proses wawancara 3
Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik 4
Partisipasi dalam peristiwa. Bahan berita dapat dikumpulkan dari berbagai informasi yang diperoleh wartawan
melalui berbagai cara. Ada berita yang diperoleh melalui wawancara dengan nara sumber, ada berita yang ditulis berdasarkan press release atau undangan sebuah
acara yang diterima oleh wartawan. Jurnalis juga dapat menulis berita berupa laporan acara yang digelar suatu institusi atau laporan pandangan mata suatu
musibah. Secara umum, sumber berita yang diperoleh dengan cara tersebut, merupakan sumber berita yang memberikan bahan mentah yang masih harus
diolah lagi oleh wartawan agar menjadi berita yang siap terbit. Ada pula berita yang diperoleh dari sumber yang memberikan berita
jadi. Sumber yang dimaksud adalah situs atau kantor berita. Dalam hal ini, wartawan men-download tulisan yang telah di
–upload oleh situs atau kantor berita. Wartawan hanya tinggal melakukan relatif sedikit editing, atau
penyesuaian dengan gaya bahasa yang digunakan medianya. Namun untuk berita yang diperoleh dari media asing, maka wartawan harus menerjemahkan lebih dulu
berita tersebut. Dalam menulis berita yang berasal dari sumber jadi, wartawan sering
menggabungkan beberapa sumber sekaligus, misalnya menggabungkan berita dari situs AP dan Reuters. Untuk penulisan berita yang berasal dari situs atau kantor
berita, wartawan biasanya mencantumkan sumber, entah di dalam berita atau di
42 luar berita dengan dicetak tebal dan ditempatkan setelah titik kalimat terakhir.
Sementara itu, jika wartawan melakukan penerjemahan, maka inisial namanya ditulis sebelum nama sumber berita.
-
Format Penulisan Berita
Bahasa koran biasanya compact tidak bertele-tele, banyak digunakan verba dengan kategori actional maupun relational. Actional verb digunakan untuk
menceritakan suatu kejadian yang menekankan pada happening-nya biasanya pada berita tipe hard dan straight. Relational verb digunakan untuk menyatakan
berita yang menekankan pada being-nya biasanya pada berita soft atau feature. Pemilihan kata harus setepat dan seefektif mungkin agar bisa membentuk bahasa
yang compact. Terutama untuk bagian judul, kata-kata sebisa mungkin harus provokatif atau menarik minat dan rasa ingin tahu pembaca. Penamaan atau
naming juga perlu diperhatikan dalam penulisan berita.
Format berita terdiri dari judul, lead, isitubuh berita dan penutup Ishwara, 2005: 98. Segala jenis berita disampaikan melalui teknik penulisan
berita Piramida Terbalik, bagian atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. Isi
berita ditekankan di bagian awal, semakin kebawah menuju bagian akhir semakin berkurang nilainya dengan sisipan-sisipan keterangan Santana, 2005: 22.
Lead adalah bagian terpenting, paling kuat dan menonjol, yang merupakan
inti dari keseluruhan berita. Bagian ini mengusik pembaca untuk melanjutkan baca. Lead ini menjawab pertanyaan 5 W + 1 H who, what, when, where, why
dan who berkenaan dengan berita yang ditulis. Setelah lead, bagian berita berikutnya adalah isitubuh berita. Bagian ini berisi fakta atau kutipan yang
43 mendukung lead, termasuk menyebutkan sumber informasi. Bagian penutup
ending umumnya berisi kutipan sumber utama yang menyimpulkan isu keseluruhan, enjelasan mengenai tindakan selanjutnya atau fakta tambahan lain
Ishwara, 2005: 98
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian kualitas terjemahan teks media telah dilakukan oleh Endang Setyaningsih, dengan judul Perbandingan Tingkat Kesepadanan Makna
Terjemahan Berita Internasional Yang Terbit Di harian Solopos Dengan Terjemahan Berita Internasional Oleh Penerjemah Non-media.
Dalam penelitian ini, Endang Setyaningsih membandingkan tingkat kesepadanan dua teks
terjemahan terhadap teks aslinya. Teks terjemahan tersebut dihasilkan oleh wartawan dan penerjemah biasa, lalu diperbandingkan mana yang lebih sepadan
dengan teks sumbernya, dengan menggunakan kriteria kesepadanan makna. Penelitian ini berbeda dengan yang sedang penulis lakukan, dalam beberapa hal:
1. Perbedaan objek penelitian. Penelitian Endang Setyaningsih menggunakan objek berupa berita Internasional Koran Solopos. 2. Perbedaan poin-poin masalah
yang dibahas. Sementara persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah adanya persamaan parameter pengukur kualitas terjemahan, yakni
sama-sama menggunakan kesepadanan makna dengan menggunakan instrumen pengukur berupa Accuracy Rating Instrument.
44
C. Kerangka Pikir Penelitian