PENGARUH LOKASI, STORE ATMOSPHERE, WORD OF MOUTH DAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG KONSUMEN KEIBAR CIPUTAT

(1)

PENGARUH LOKASI, STORE ATMOSPHERE, WORD OF MOUTH DAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG

KONSUMEN KEIBAR CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Muhammad Shofyan Hady NIM: 1112081000026

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH LOKASI, STORE ATMOSPHERE, WORD OF MOUTH DAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG

KONSUMEN KEIBAR CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Muhammad Shofyan Hady NIM: 1112081000026

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGARUH LOKASI, STORE ATMOSPHERE, WORD OF MOUTH DAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG

KONSUMEN KEIBAR CIPUTAT SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Muhammad Shofyan Hady NIM: 1112081000026

Di Bawah Bimbingan Pembimbing I

Cut Erika Ananda Fatimah,SE., MBA. NIP. 19741018 201411 2 001

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

LAMPIRAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Pada hari Kamis, 12 Mei 2016 dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Muhammad Shofyan Hady

2. NIM : 1112081000026

3. Jurusan : Manajemen (Pemasaran)

4. Judul Skripsi : Pengaruh lokasi, store atmosphere, word of mouth dan media sosial terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komrehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Oktober 2016

1. Leis Suzanawaty, M.Si (______________________)

NIP: 19720809 200501 2 004 Penguji I

2. Supriyono, MM (______________________)


(5)

Pengaruh lokasi, store atmosphere, word of mouth dan media sosial terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 18 Oktober 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Muhammad Shofyan Hady

2. NIM : 1112081000026 3. Jurusan : Manajemen 4. Judul Skripsi :

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Oktober 2016

Ela Patriana. Ir., MM ( )

NIP : 19690528 200801 2 010 Ketua

Cut Erika Ananda Fatimah, SE.,MBA ( )

NIP : 19741018 201411 2 001 Sekretaris

Cut Erika Ananda Fatimah, SE.,MBA ( )

NIP : 19741018 201411 2 001 Pembimbing I

Dr. Muniaty Aisyah,MM ( )


(6)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Shofyan Hady

No. Induk Mahasiswa : 1112081000026

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 30 September2016 Yang menyatakan,


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Muhammad Shofyan Hady

2. Tempat tgl lahir : Jakarta, 19 Juli 1994

3. Alamat : Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

4. Telepon : 087771690111

5. E-mail : [email protected]

II.PENDIDIKAN

1. 2006-2009 MTsN 3 Jakarta

2. 2009-2012 MAN 4 Jakarta

3. 2012-2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Rahmat Syaipul

2. Ibu : Rofiqoh

3. Alamat : Jalan Mahoni I, Blok AI/8, Pesona Cinangka Asri, Sawangan, Depok

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2014 – 2015 Kepala Bidang II Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia KOMFEIS

2. 2014 – 2015 Sekretaris Umum HMJ Manajemen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2016 Ketua DEMA Fakultas Ekonomi dan


(8)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze effect of location, store atmosphere, word of mouth and social media throughcustomer rebuying decision process KEIBAR Ciputat. Type of this research is quantitative. This research uses primary data which sampled by customer of KEIBAR Ciputat. Data collected by incidental sampling with 100 respondents of customer KEIBAR Ciputat. The method of this research uses regression analysis.The result of this research showed that: (1). Location influence significantly through customer rebuying decision process KEIBAR Ciputat (2). Store atmosphere influences significantly through customer rebuying decision process KEIBAR Ciputat (3). Word of Mouth significantly through customer rebuying decision process KEIBAR Ciputat (4). Social media significantly through customer rebuying decision process KEIBAR Ciputat (5). Location, store atmoshpere, word of mouth and social media significantly through customer rebuying decision process KEIBAR Ciputat.

Keywords: location, store atmosphere, word of mouth, social media and customer rebuying decision process


(9)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh lokasi, store atmosphere, word of mouth dan media sosial terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Sumber data penelitian ini merupakan data primer dengan mengambil sampel pelanggan KEIBAR Ciputat. Pengumpulan data dilakukan menggunakan incidental sampling dengan menyebarkan kepada 100 responden pelanggan KEIBAR Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Berganda.Hasil temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1). Lokasi berpengaruh signifikan terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat(2). Store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat(3). Word of mouth berpengaruh signifikan terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat (4) Media sosialberpengaruh signifikan terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat (5). Lokasi, store atmosphere, word of mouth dan media sosial berpengaruh signifikan terhadap proses keputusan pembelian ulang konsumen KEIBAR Ciputat.

Kata kunci: lokasi, store atmosphere, word of mouth, media sosial, proses keputusan pembelian ulang


(10)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Rahmat Syaipul dan Ibu Rofiqoh, serta Adik Siti Hanifah dan Muhammad Nahzul Qoyyim, atas dukungan moril dan materil serta doa dan kasih sayang yang senantiasa tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ir. Ela Patriana, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah bersedia memberikan banyak ilmu, motivasi dan


(11)

5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu, bimbingan, arahan dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan dan membantu penulis.

7. Sahabat-sahabati seperjuangan di bangku perkuliahan yaitu Adit, Alif Bani, Bramantio, Bustomi, Julham, Rasis, Wendi serta khususnya Manajemen A 2012 regular dan Konsentrasi Pemasaran 2012. Terima kasih telah menjadi bagian dalam kehidupan selama masa perkuliahan. Semoga persahabatan ini akan terus terjalin tanpa kenal usia.

8. Keluarga besar PMII KOMFEIS terkhusus sahabat-sahabat

Avengers’12 dan sahabat-sahabati KOMFEIS 12 serta Pengurus

Komisariat PMII KOMFEIS masa khidmat 2015-2016. Terima kasih telah melewati senang dan susah bersama dengan tawa tanpa duka. 9. Keluarga besar pengurus HMJ Manajemen 2015 dan keluarga besar

DEMA FEB 2016 serta KMPLHK RANITA. Terima kasih telah bersama-sama menempuh perjalanan organisasi yang tidak mudah tetapi dapat dilewati dengan tanpa mempersulit keadaan.

10. Terima kasih kepada January Rizcky Fadjarina yang menjadi bagian hidup atas seluruh waktu, bantuan dan dukungan yang telah diberikan. 11. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

banyak membantu dan memberi masukan serta inspirasi bagi penulis, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua, terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis


(12)

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai tambahan informasi serta pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 9 September 2016 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xx

Daftar Lampiran ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pemasaran Ritel ... 11

2. Lokasi ... 13

a. Definisi Lokasi ... 13

b. Tipe Lokasi ... 14

c. Dimensi Lokasi ... 16

3.Store Atmosphere ... 18


(14)

b. Dimensi Store Atmosphere ... 21

4.Promosi ... 24

5.Word of Mouth ... 24

a. Definisi Word of Mouth ... 24

b. Jenis Word of Mouth ... 25

c. Dimensi Word of Mouth ... 27

6. Media Sosial ... 29

a. Definisi Media Sosial ... 29

b. Karakteristik Media Sosial ... 31

c. Dimensi Media Sosial ... 33

7. Keputusan Pembelian ... 37

a. Definisi Keputusaan Pembelian ... 37

b. Proses Keputusan Pembelian Ulang ... 37

c. Dimensi Proses Keputusan Pembelian ... 38

B. Hubungan Antar Variabel ... 42

1. Hubungan Media Sosial dengan Proses Keputusan Pembelian Ulang ... 42

2. Hubungan Word of Mouth dengan Proses Keputusan Pembelian Ulang ... 43

3. Hubungan Store Atmosphere dengan Proses Keputusan Pembelian Ulang ... 44

4. Hubungan lokasi dengan Proses Keputusan Pembelian Ulang ... 44

C. Penelitian Terdahulu ... 45

D. Kerangka Pemikiran ... 49

E. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52


(15)

B.Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 53

1. Populasi ... 53

2. Sampel ... 53

C.Metode Pengumpulan Data ... 55

1. Data Primer ... 55

2. Data Sekunder ... 55

D.Metode Analisis... 56

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

a. Uji Validitas ... 57

b. Uji Reliabilitas ... 58

2. Uji Asumsi Klasik ... 58

a. Uji Normalitas Data ... 58

b. Uji Multikolinieritas ... 60

c. Uji Heteroskedastisitas ... 62

3. Uji Hipotesis ... 63

a. Uji t (parsial) ... 63

b. Uji F (simultan) ... 63

4. Uji Regresi Linear Berganda ... 64

5. Koefisien Determinasi (R²) ... 65

6. Operasional Variabel Penelitian ... 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 70

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 70

1. Sejarah Singkat Kedai Roti Bakar KEIBAR ... 70

2. Profil KEIBAR ... 71

B.Deskripsi Responden ... 72

1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin... 72

2. Karakteristik Responden Menurut Usia ... 73

3. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan... 74


(16)

5. Karakteristik Responden Menurut Media Sosial yang

digunakan ... 76

6. Karakteristik Responden Menurut Cara mengetahui KEIBAR Ciputat ... 77

C.Hasil Uji Frekuensi Jawaban Responden ... 77

D. Distribusi Jawaban Responden... 103

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 111

F. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 114

1. Hasil Uji Normalitas Data ... 114

2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 116

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 118

G.Hasil Uji Hipotesis ... 120

1. Hasil Uji t (Uji Parsial) ... 120

2. Hasil Uji F (Uji Simultan) ... 124

E. Hasil Uji Regresi Linear Berganda... 125

H.Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

A.Kesimpulan ... 128

B.Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 133


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 1

Tabel 1.2 Jumlah Pertumbuhan UMKM di Indonesia ... 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 45

Tabel 3.1 Skala Likert ... 57

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 66

Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 73

Tabel 4.2 Usia Responden ... 73

Tabel 4.3 Pekerjaan Responden ... 74

Tabel 4.4 Pendidikan Responden ... 75

Tabel 4.5 Media Sosial yang Digunakan... 76

Tabel 4.6 Cara mengetahui KEIBAR Ciputat ... 77

Tabel 4.7 Lalu lintas pejalan kaki yang ramai di area kedai KEIBAR Ciputat ... 78

Tabel 4.8 Lalu lintas kendaraan yang tinggi di area kedai KEIBAR Ciputat ... 78

Tabel 4.9 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki tempat parkir yang luas ... 79

Tabel 4.10 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki tempat parkir yang dekat dengan kedai ... 79

Tabel 4.11 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki tempat parkir yang aman ... 80

Tabel 4.12 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki akses transportasi massa yang mudah ... 80

Tabel 4.13 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki ukuran yang lebih luas dari toko lain yang berdekatan ... 81

Tabel 4.14 Kedai KEIBAR Ciputat dapat mudah terlihat dari jalan raya ... 81

Tabel 4.15 Bangunan kedai KEIBAR Ciputat memiliki luas dan bentuk yang tepat ... 82

Tabel 4.16 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki kondisi bangunan yang baik ... 82


(18)

Tabel 4.18 Tersedia jalan masuk yang lebar di kedai KEIBAR Ciputat ... 83

Tabel 4.19 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki desain yang unik ... 84

Tabel 4.20 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki lantai toko yang baik ... 84

Tabel 4.21 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki warna interior yang menarik ... 85

Tabel 4.22 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki pencahayaan yang baik ... 85

Tabel 4.23 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki aroma di dalam toko yang segar ... 86

Tabel 4.24 Kedai KEIBAR Ciputat memutar musik yang nyaman ... 86

Tabel 4.25 Perlengkapan kedai KEIBAR Ciputat seperti meja didesain dengan baik ... 87

Tabel 4.26 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki pengaturan suhu yang baik ... 87

Tabel 4.27 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki karyawan yang berpenampilan baik ... 88

Tabel 4.28 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki menu makanan yang memperlihatkan harga dengan jelas ... 88

Tabel 4.29 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki kebersihan sehingga membuat nyaman ... 89

Tabel 4.30 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki alokasi ruangan untuk pelanggan seperti tempat penitipan barang dan musholla ... 89

Tabel 4.31 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki konter pembayaran yang terletak pada jalan keluar... 90

Tabel 4.32 Kedai KEIBAR Ciputat memiliki hiasan saat event tertentu seperti Idul Fitri dan tahun baru ... 90

Tabel 4.33 Menurut saya KEIBAR Ciputat sering dibicarakan ... 91

Tabel 4.34 Menurut saya KEIBAR Ciputat sering direkomendasikan ... 91

Tabel 4.35 Banyak orang berbeda membicarakan KEIBAR Ciputat ... 92

Tabel 4.36 Menurut saya cerita tentang KEIBAR Ciputat cepat beredar ... 92 Tabel 4.37 Saya seorang pembaca tetap dari akun media sosial KEIBAR


(19)

Tabel 4.38 Saya menggunakan media sosial untuk melihat iklan online

KEIBAR Ciputat ... 93 Tabel 4.39 Saya menggunakan media sosial untuk mencari opini-opini

tentang KEIBAR Ciputat ... 94 Tabel 4.40 Iklan KEIBAR Ciputat melalui media sosial lebih menarik dari

iklan tradisional ... 95 Tabel 4.41 Iklan KEIBAR Ciputat melalui media sosial lebih interaktif dari

iklan tradisional (misal: pertanyaan yang diajukan dibalas oleh

akun media sosial KEIBAR) ... 95 Tabel 4.42 Iklan KEIBAR Ciputat melalui media sosial lebih informatif dari

iklan tradisional (misal: diskon dan promosi) ... 96 Tabel 4.43 Iklan KEIBAR Ciputat di media sosial lebih terpercaya

dibandingkan dengan media tradisional seperti koran, dll ... 96 Tabel 4.44 Saat saya mempertimbangkan membeli produk KEIBAR Ciputat,

saya melihat opini orang lain terlebih dahulu ... 97 Tabel 4.45 Saat saya mempertimbangkan membeli produk KEIBAR Ciputat,

saya melihat jumlah like atau dislike terlebih dahulu ... 97 Tabel 4.46 Saya berlangganan (suscribe atau follow) akun media sosial

KEIBAR untuk memperbaharui dan mengingatkan informasi

mengenai produk KEIBAR Ciputat ... 98 Tabel 4.47 Saya merespon pertanyaan dan penawaran promosi KEIBAR

Ciputat yang saya dapatkan melalui situs media sosial... 98 Tabel 4.48 KEIBAR Ciputat lebih inovatif dari UMKM lain yang tidak

menggunakan media sosial... 99 Tabel 4.49 KEIBAR Ciputat lebih dikenal dari UMKM lain yang tidak

menggunakan media sosial... 99 Tabel 4.50 KEIBAR Ciputat dapat memenuhi kebutuhan saya ... 100


(20)

Tabel 4.51 Setelah mencari informasi melalui iklan, situs web, media massa atau testimoni pembeli lain, saya memutuskan untuk membeli di

KEIBAR Ciputat ... 101

Tabel 4.52 Dari berbagai alternatif penjual produk roti bakar yang ada, saya memutuskan untuk membeli di KEIBAR Ciputat... 101

Tabel 4.53 Saya memutuskan untuk melakukan pembelian di KEIBAR Ciputat ... 102

Tabel 4.54 Saya merasa puas setelah melakukan pembelian di KEIBAR Ciputat ... 102

Tabel 4.55 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Lokasi ... 103

Tabel 4.56 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Store Atmosphere ... 105

Tabel 4.57 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Word of Mouth ... 107

Tabel 4.58 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Media Sosial ... 108

Tabel 4.59 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Proses Keputusan Pembelian Ulang ... 110

Tabel 4.60 Hasil Try Out Uji Validitas ... 112

Tabel 4.61 Hasil Try Out Uji Reliabilitas ... 113

Tabel 4.62 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 116

Tabel 4.63 Hasil Uji Multikolinieritas ... 117

Tabel 4.64 Hasil Uji Glejser ... 119

Tabel 4.65 Hasil Uji t (Uji Parsial)... 120

Tabel 4.66 Hasil Uji F (Uji Simultan) ... 125

Tabel 4.67 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 126


(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia ... 5

Gambar 2.1 Rantai Pasokan ... 11

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan ... 37

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 49

Gambar 4.1 Media Sosial KEIBAR ... 71

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Secara Grafik ... 115


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner ... 138 Lampiran 2 Hasil Jawaban Responden (Data Mentah) ... 144 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 158


(23)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi maupun penyediaan lapangan kerja. Berdasarkan data tahun 2010, besaran proporsi Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor UMKM hingga 56 persen serta tingkat penyerapan tenaga kerja di atas 97 persen menjadikan sektor UMKM sebagai sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada umumnya. Perusahaan UKM juga akan terdorong mengelola usahanya secara profesional dan tata kelola yang bagus (best practice) (Kementerian Keuangan, 2013).

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha ekonomi produktif milik badan perorangan atau badan usaha perorangan dan memenuhi kriteria yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Tabel 1.1

Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Sumber: UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM

No Usaha Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar


(24)

Dengan kriteria di atas, menjadikan UMKM menjadi kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar karena memiliki kriteria yang dapat dipenuhi bagi pelaku usaha. Dengan jumlahnya yang cukup besar, UMKM juga dapat menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena menjadi usaha ekonomi produktif yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Tabel 1.2

Jumlah Pertumbuhan UMKM di Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan data yang ditunjukkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa UMKM pada tahun 2012 memiliki jumlah sebanyak 56.534.592 unit usaha, naik 2,41% dari tahun sebelumnya. Dengan jumlah UMKM yang besar tersebut menunjukkan bahwa UMKM sangat menentukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Dalam proses penentuan di mana konsumen melakukan pembelian produk UMKM tidak lepas dari faktor lokasi. Lokasi merupakan saluran distribusi yaitu jalur yang digunakan untuk perpindahan produk dari produsen ke

No Indikator Satuan 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah

UMKM Unit 51 409 612 52 764 603 53 823 732 55 206 444 56 534 592 2 Pertumbuhan

UMKM Persen 2,52 2,64 2,01 2,57 2,41

3

Jumlah tenaga kerja UMKM

Orang 94 024 278 96 211 332 99 401 775 101 722 458 107 657 509

4

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja UMKM


(25)

konsumen. Konsumen cenderung memilih lokasi yang dekat dengan pusat

keramaian dan mudah diakses untuk melakukan pembelian. Menurut Ma’ruf

(2006:115), suatu gerai yang memiliki lokasi yang tepat cenderung akan lebih sukses dibanding gerai lainnya yang berada pada lokasi yang kurang strategis, meskipun keduanya memiliki kesamaan atau serupa. Dari pengertian di atas, maka penentuan lokasi menjadi penting dalam menentukan kesuksesan pelaku UMKM dalam membuka usahanya, apabila salah dalam menentukan lokasi maka akan menimbulkan dampak buruk ke depannya bagi pelaku usaha UMKM.

Saat konsumen mengunjungi toko maupun outlet UMKM untuk membeli produk suasana toko (store atmosphere) yang menarik tentunya dapat membuat konsumen merasa nyaman dalam melakukan pembelian. Peritel menggunakan pencayahaan, warna, musik dan aroma untuk menstimulus persepsi dan emosi konsumen dan mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Atmosphere mengacu kepada sebuah lingkungan yang menstimulus lima panca indera konsumen. Banyak peritel yang menyadari keuntungan tambahan dalam mengembangkan atmosfer yang melengkapi aspek lain dari desain toko dan barang dagangan (Levy and Weitz, 2011:490). Dengan pengaturan atmosfer toko yang baik maka dapat menciptakan kenyamanan di benak konsumen, namun apabila pengaturan atmosfer toko buruk dapat menjadikan kesan buruk di benak konsumen dan konsumen akan enggan untuk berkunjung kembali.


(26)

Dalam perkembangan UMKM di Indonesia tidak lepas dari bagaimana cara komunikasi yang baik untuk meningkatkan penjualan. Word of Mouth atau biasa disebut WOM merupakan bagian yang penting dari strategi komunikasi pemasaran (Hadi, 2008:109). Konsumen menggunakan Word of Mouth untuk membicarakan puluhan merek setiap hari, dari media dan produk entertainment seperti film, pertunjukan televisi, dan juga mempublikasikan tentang produk makanan, pelayanan travel dan toko ritel. Word of Mouth yang positif kadang-kadang terjadi secara begitu saja dengan sedikit iklan, namun hal itu juga dapat dikelola dan difasilitasi. Hal ini efektif untuk bisnis kecil dengan siapa konsumen mungkin merasa hubungan yang lebih personal (Kotler dan Keller, 2012:568). Word of Mouth merupakan tindakan konsumen memberikan informasi kepada konsumen lain dari seseorang kepada orang lain (antar pribadi) baik merek, produk maupun jasa. Saluran komunikasi personal yang berupa ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut dapat menjadi metode promosi yang efektif karena pada umumnya disampaikan dari konsumen oleh konsumen dan untuk konsumen, sehingga konsumen yang puas dapat menjadi pesan berantai yang diterima banyak orang. Menurut Irianti dan Soesanto (2011), word of mouth tidak saja memberi dampak positif tetapi juga dampak negatif, atau yang sering disebut dengan negative word of mouth. Hal tersebut diakibatkan oleh sifat manusia yang lebih senang menceritakan ketidakpuasan daripada menceritakan kepuasannya pada suatu produk. Dalam mengantisipasi terjadinya negatif word of mouth ini, perusahaan dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada


(27)

para konsumen agar menimbulkan kepuasan dan memunculkan positive word of mouth.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, banyak dari UMKM yang melakukan pamasaran melalui internet, atau yang dikenal dengan E-commerce. E-commerce merupakan penggunaan internet dan web untuk transaksi bisnis (Laudon dan Traver, 2011:10). Dengan menjalankan pemasaran berbasis E-commerce, pembeli dan penjual dapat bertransaksi tanpa bertatap muka secara langsung dan dengan begitu UMKM dapat menjangkau konsumen dengan mudah dan dalam cakupan yang luas.

Gambar 1.1

Jumlah Pengguna Internet di Indonesia

Sumber: wearesocial.com (2015)

E-commerce yang dilakukan para pelaku UMKM salah satunya adalah dengan memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran yang dapat meningkatkan penjualan dan tidak memerlukan biaya pemasaran yang mahal. Pemasaran media sosial merupakan tambahan terbaru dalam dunia pemasaran di mana digunakan untuk menjalin komunikasi pada rencana pemasaran


(28)

terpadu. Menurut Kotler dan Keller (2012:568) media sosial adalah cara bagi konsumen untuk berbagi teks, gambar, audio dan video informasi satu sama lain dengan perusahaan ataupun sebaliknya. Di Indonesia, total masyarakatnya memiliki jumlah yang sangat besar yakni 255.5 juta jiwa, dan 72 juta di antaranya adalah pengguna internet yang aktif menggunakan media sosial. Dengan jumlah yang besar tersebut, dapat menjadi peluang para pelaku UMKM untuk menjaring konsumen secara massal. Namun para pelaku UMKM masih menganggap media sosial sangat rumit hingga tak banyak yang memanfaatkan media sosial. Begitu pula dengan program pemerintah yang masih berjalan sendiri-sendiri, seharusnya pemerintah yang bertanggung jawab dalam bidang informatika dapat bersinergi untuk memajukan UMKM (Putri, 2013).

Salah satu daerah yang memiliki UMKM dengan jumlah yang cukup banyak adalah Kota Tangerang Selatan. Berbatasan langsung dengan Ibu kota DKI Jakarta membuat Kota Tangerang Selatan menjadi lokasi yang potensial untuk pertumbuhan UMKM. Pada Tahun 2012, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan mencapai angka 8,7%. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terdapat di atas nilai rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional (6%). Di Kota Tangerang Selatan, ada sekitar lima jenis UKM atau industri kerajinan yang meliputi kerajinan kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit (Sucipto, 2013). Dengan jumlah di atas, industri makanan menjadi salah satu terbanyak di kota Tangerang Selatan,


(29)

beberapa dari usaha makanan tersebut adalah KEIBAR, Waroeng Steak, WhatsUp Cafe, Sahabat Kopi dan lain-lain.

Salah satu UMKM yang populer adalah KEIBAR Ciputat, kedai roti bakar (KEIBAR) berawal dari tenda bongkar pasang dan kini telah memiliki cabang tetap di Pamulang, Cibubur dan Ciputat. Ruko pertama berlokasi di Pamulang, selanjutnya disusul dengan dibukanya KEIBAR cabang Ciputat. Saat pertama kali dibuka, KEIBAR cabang Ciputat langsung mengalami waiting list. Buka setiap hari, KEIBAR cabang Ciputat tidak pernah absen mengalami waiting list (Ayu, 2016). UMKM yang berdiri sejak tahun 2013 itu menyediakan menu unggulan seperti roti bakar toblerone, mie goreng telur smokedbeef dan minuman iced greentea latte (Uza, 2014). Dengan menjual produk makanan roti bakar dengan topping yang unik menjadikan KEIBAR salah satu UMKM yang berbeda dengan UMKM lainnya di sekitar Tangerang Selatan. Di sisi lain, banyak UMKM yang tidak mengalami peningkatan omzet bahkan cenderung menurun atau yang biasa disebut usaha musiman. Para pelaku UMKM ini tidak dapat berkembang karena hanya dapat membidik pasar tertentu saja, bisnis musiman ini tidak dapat survive juga dikarenakan konsumen pasarnya yang tidak dapat loyal kepada UMKM ini yang menyebabkan UMKM tumbuh dan hilang (Munthe, 2015). Hal ini harus diwaspadai agar di kemudian hari hal seperti ini tidak terjadi pada KEIBAR Ciputat dengan memperhatikan lokasi, store atmosphere, word of mouth dan media sosial dari KEIBAR Ciputat.


(30)

Berdasarkan latar belakang yang diutarakan di atas, muncul masalah apakah Lokasi, Store Atmosphere, Word of Mouth dan media sosial berpengaruh terhadap Proses KeputusaFn Pembelian Ulang Konsumen KEIBAR Ciputat. Oleh sebab itu di dalam menyusun skripsi penulis mengambil judul “PENGARUH LOKASI, STORE ATMOSPHERE, WORD OF MOUTH DAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PROSES

KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG KONSUMEN KEIBAR

CIPUTAT”.

B. Rumusan dan Pertanyaan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan dan merupakan motor penggerak pertumbuhan aktivitas ekonomi nasional. Peran penting UMKM ini diimbangi dengan pertumbuhan UMKM yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Tangerang Selatan. Salah satu UMKM yang ada di Kota Tangerang Selatan saat ini adalah KEIBAR. Sebelum konsumen membuat keputusan untuk membeli di KEIBAR Ciputat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen. Maka dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah Lokasi, Store Atmosphere, Word of Mouth dan Media Sosial berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat.


(31)

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah Lokasi berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat?

2. Apakah Store Atmosphere berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat?

3. Apakah Word of Mouth berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat?

4. Apakah Media Sosial berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat?

5. Apakah variabel Lokasi, Store Atmosphere, Word of Mouth dan Media Sosial secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh Lokasi terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat;

2. Untuk menganalisis pengaruh Store Atmosphere terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat;

3. Untuk menganalisis pengaruh Word of Mouth terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat;

4. Untuk menganalisis pengaruh Media Sosial terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat;


(32)

5. Untuk menganalisis pengaruh Lokasi, Store Atmosphere, Word of Mouth dan Media Sosial terhadap Proses Keputusan Pembelian Ulang konsumen KEIBAR Ciputat secara simultan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan penulis di bidang pemasaran khususnya mengenai pemasaran UMKM, di samping itu penulis diharapkan mengetahui masalah yang dihadapi oleh perusahaan dengan mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar yang objektif dalam mengambil keputusan serta pedoman untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang.

3. Bagi Akademisi

Menambah pengetahuan akademisi khususnya mahasiswa atau mahasiswi program studi manajemen pemasaran tentang seberapa besar pengaruh lokasi, store atmosphere, word of mouth dan media sosial terhadap proses keputusan pembelian ulang.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pemasaran Ritel

Ritel mencakup aktivitas bisnis yang terlibat dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk diri mereka, keluarga atau penggunaan barang rumah tangga (Berman dan Evans, 2010:4). Menurut Levy dan Weitz (2011:6) ritel adalah satu set aktivitas bisnis yang menambahkan nilai kepada produk dan jasa kepada konsumen untuk penggunaan pribadi atau rumah tangga.

Peritel merupakan seorang pebisnis yang menjual barang dan atau jasa kepada konsumen untuk penggunaan pribadi atau rumah tangga mereka. Peritel adalah komponen kunci dalam sebuah rantai pasokan yang menghubungkan produsen ke konsumen (Levy dan Weitz, 2011:6).

Gambar 2.1 Rantai Pasokan

Sumber: Levy dan Weitz (2011:7)

Peritel memiliki efisiensi yang lebih dalam melakukan penguraian aktivitas-aktivitas yang menjadikannya nilai tambah bagi produk dan jasa untuk konsumen. Terdapat empat aktivitas penciptaan nilai yang dilakukan oleh peritel, yakni meliputi (Levy dan Weitz, 2011:7):


(34)

a. Menyediakan beragam produk dan jasa

Menawarkan beragam produk dan jasa memungkinkan konsumen mereka untuk dapat memilih sejumlah produk, merek, ukuran dan harga pada satu lokasi.

b. Memecah kuantitas besar

Hal ini penting bagi produsen dan konsumen. Ini memungkinkan produsen untuk membuat pengiriman dalam kuantitas besar untuk lalu dikirimkan kepada para peritel. Dan peritel memungkinkan konsumen untuk membeli produk dalam kuantitas yg kecil dan lebih berguna. c. Menjaga persediaan

Penjagaan persediaan memungkinkan konsumen untuk membeli produk saat menginginkannya. Konsumen dapat menyimpan persediaan dalam jumlah kecil di rumah mereka, dan dapat membelinya pada peritel ketika dibutuhkan karena mereka tahu bahwa peritel memiliki persediaan untuk kebutuhan mereka.

d. Menyediakan layanan

Peritel menyediakan layanan yang dapat mempermudah konsumen untuk membeli dan menggunakan produk. Contoh, peritel menawarkan kredit yang dapat memudahkan konsumen untuk membawa produk pada saat itu juga dan membayar di lain waktu. Peritel memajang produk sehingga konsumen dapat melihat dan mencoba produk tersebut sebelum melakukan pembelian.


(35)

Berman dan Evans (2010:10) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang membedakan ritel dan tipe bisnis lainnya:

a. Rata-rata kuantitas dari transaksi penjualan untuk peritel lebih sedikit daripada produsen.

b. Konsumen akhir membuat banyak pembelian yang tak disengaja. c. Konsumen dari ritel sering mengunjungi toko, meskipun meningkatnya

penggunaan surat, telepon, dan situs penjualan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ritel adalah aktivitas bisnis yang menjual barang dan jasa kepada konsumen, sehingga konsumen dapat menggunakan produk untuk kebutuhan pribadi mereka ataupun untuk kebutuhan rumah tangga.

Dalam mengembangkan usaha ritel yang baik, peritel harus juga dapat memperhatikan beberapa aspek penting, contohnya adalah lokasi dan store atmosphere dari usaha ritel tersebut.

2. Lokasi

a. Definisi Lokasi

Menurut Lupiyoadi (2001:61) lokasi adalah tempat di mana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi. Menurut Kotler dan Armstrong (2014:76), tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Fungsinya memudahkan calon konsumen untuk mendapatkan produk yang ditawarkan. Menurut Peter dan Olson (2014:268) lokasi adalah tempat atau berdirinya perusahaan atau tempat usaha. Lokasi merupakan


(36)

faktor penting yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu perusahaan karena berhubungan langsung dengan bagaimana konsumen dapat memperoleh produk yang ditawarkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa lokasi merupakan keputusan penting yang harus diambil perusahaan untuk menarik perhatian konsumen, di mana tempat yang dipilih digunakan sebagai markas melakukan kegiatan perusahaan. Lokasi sangat penting untuk mempermudah konsumen dalam membeli dan menjadikan faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi yang strategis akan menarik perhatian pembeli.

b. Tipe Lokasi

Beberapa tipe lokasi yang tesedia memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Memilih tipe lokasi yang khusus harus menyertakan evaluasi serangkaian penjualan. Menurut Utami (2008:70), ada tiga tipe lokasi yang dapat dipilih, yaitu:

1) Pusat perbelanjaan

Pusat perbelanjaan (shopping centre) yang besar berorientasi bagi pemenuhan golongan besar konsumen. Mengkombinasikan banyak toko di satu atap menciptakan sinergi yang dapat menarik lebih banyak pelanggan, daripada toko tersebut berada di lokasi terpisah.

2) Lokasi di kota besar atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil.


(37)

3) Freestanding (bebas)

Cara ini mengembangkan kegunaan, yaitu mengkombinasikan beberapa kegunaan yang berbeda atau kompleks, seperti pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, hotel, perumahan, kompleks pejabat, dan pusat konveksi.

Selain itu Levy dan Weitz (2009:195) membedakan tipe lokasi ritel sebagai berikut:

1) Free standing. Toko yang berdiri sendirian tanpa ada toko lain di dekatnya. Lokasi ritel yang terisolasi dan tidak terhubung dengan retailer lain, tapi lokasinya berdekatan dengan free standing yang lain, shopping center, ataupun berada di dalam gedung perkantoran atau di dalam shopping center.

2) Urban location atau CBD (central bussines district). Pusat bisnis tradisional yang berada di kota. Di area ini biasanya muncul gerai-gerai ritel yang menguntungkan karena berlokasi di tempat yang kepadatan lalu lintasnya sangat tinggi dibanding lokasi yang lain. 3) Community and neighborhood. Ritel yang berada di lingkungan

sebuah komunitas, yang biasanya lapangan parkirnya berada di tempat terbuka.

4) Power center. Pusat perbelanjaan, di sini terdapat banyak toko-toko di dalamnya, terutama toko-toko-toko-toko besar dan terkenal.

5) Lifestyle center. Pusat perbelanjaan yang paling cepat berkembang, pusat perbelanjaan dengan udara terbuka, biasanya berisi toko


(38)

spesialis, tempat hiburan, restaurant, biasanya menyerupai jalan utama, di dalamnya terdapat taman dan lain-lain.

6) Fashion or speciality center. Pusat perbelanjaan yang berisi toko-toko apparel untuk pengunjung dengan skala atas, biasanya harganya mahal dan memiliki kualitas yang baik.

7) Festival center. Pusat perbelanjaan yang biasanya menggunakan tema yang menyesuaikan dengan toko-toko yang ada di dalamnya, biasanya menjadi tujuan turis.

c. Dimensi Lokasi

Menurut Tjiptono (2007:92), pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor berikut:

1) Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2) Visibilitas, yaitu lokasi dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang normal.

3) Lalu lintas (traffic), berkaitan dengan banyaknya orang yang lalu-lalang, bisa memberikan peluang besar terhadap terjadinya impulse buying.

4) Fasilitas perparkiran, tempat parkir yang nyaman dan aman untuk kendaraan.

5) Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di kemudian hari.


(39)

6) Lingkungan, yaitu daerah yang mendukung produk atau jasa yang ditawarkan.

7) Kompetisi, yaitu lokasi pesaing.

8) Peraturan pemerintah yang berisi untuk mengatur lokasi dari sebuah usaha tertentu.

Sedangkan menurut Berman dan Evans (2010:287) mengemukakan dimensi lokasi sebagai berikut:

1) Lalu lintas pejalan kaki

Ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengukur nilai dari suatu lokasi adalah jumlah dan tipe orang yang melewati lokasi tersebut. Tidak setiap orang yang melewati sebuah lokasi adalah prospek yang bagus untuk semua tipe toko.

2) Lalu lintas kendaraan

Kuantitas dan karakteristik dari lalu lintas kendaraan menjadi sangat penting untuk peritel menarik konsumen yang berkendara di sana.

3) Fasilitas parkir

Dalam merencanakan pusat perbelanjaan, tempat parkir adalah sesuatu yang memang disediakan oleh semua toko yang berada di sana. Jumlah dan kualitas dari lokasi parkir, jarak tempat parkir terhadap toko, dan memungkinkannya pegawai parkir di sana menjadi keseluruhan yang harus dievaluasi.


(40)

4) Transportasi

Hal yang perlu dikaji dalam dimensi transportasi ini adalah tersedianya transportasi massa, akses ke jalan utama dan memudahkan untuk pengiriman.

5) Komposisi toko

Dalam dimensi komposisi toko yang harus diperhatikan adalah jumlah dan ukuran dari toko, daya tarik toko dan juga komposisi toko di sekitar lokasi (persaingan).

6) Spesifikasi lokasi

Spesifikasi lokasi mengacu pada toko terlihat jelas, penempatan lokasi toko, ukuran dan kondisi bidang tanah, ukuran dan kondisi bangunan toko dan juga kondisi usia dari bidang tanah dan bangunan toko.

Sehingga peneliti menggunakan dimensi lokasi menurut Berman dan Evans (2010) karena sesuai dengan objek penelitian.

3. Store Atmosphere

a. Definisi Store Atmosphere

Atmosphere mengacu kepada sebuah lingkungan yang menstimulus lima panca indera konsumen (Levy dan Weitz, 2011:490). Banyak peritel yang menyadari keuntungan tambahan dalam mengembangkan atmosfir yang melengkapi aspek lain dari desain toko dan barang dagangan. Menurut Berman dan Evans (2010:508) atmosphere


(41)

mengacu kepada karakteristik fisik yang memproyeksikan citra dan gambaran konsumen akan toko.

Atmosphere dari suatu toko dapat mempengaruhi kenyamanan belanja konsumen, seperti berkeliling, keinginan untuk berkomunikasi dengan pegawai, kecenderungan untuk membuang-buang waktu dan uang dari yang direncanakan dan kemungkinan untuk menjadi pelanggan tetap (Berman dan Evans, 2010:508).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa store atmosphere adalah lingkungan yang dapat menstimulus panca indera dan memproyeksikan citra dan gambar dari suatu toko kepada konsumen.

Menurut Levy dan Weitz (2011:490), terdapat empat elemen store atmosphere, yaitu:

1) Pencahayaan

Pencahayaan yang baik dalam sebuah toko lebih dari sekedar memanipulasi ruang. Pencahayaan dapat menyoroti barang dagangan dan menangkap suasana hati atau perasaan yang meningkatkan citra toko.

a) Menyoroti barang dagangan

Sistem pencahayaan yang baik dapat membantu membuat perasaan tertarik di dalam toko, dengan pencahayaan dapat memperjelas warna yang akurat dari barang dagangan.


(42)

b) Pencipta suasana hati

Secara sederhana, pada department store yang memiliki pencahayaan yang baik dapat memberikan kesan hangat dan suasana yang nyaman.

c) Lampu hemat energi

Sebagai peritel yang baik, harus memperhatikan efisiensi energi yang digunakan dan juga pendekatan kepada lingkungan dengan menggunakan lampu hemat energi.

2) Warna

Dengan menggunakan warna yang kreatif, peritel dapat menambahkan citra dan membantu menciptakan suasana hati. Warna cerah (merah, emas dan kuning) menciptakan emosional, bersemangat, gairah dan respon yang aktif, warna dingin (putih, biru dan hijau) memberikan kesan damai, lembut, dan menenangkan. Warna mungkin dapat memberikan efek berbeda tergantung dari kultur konsumen.

3) Musik

Seperti warna dan pencahayaan, musik juga dapat menambah atau mengurangi keseluruhan kemasan suasana toko. Peritel juga dapat menggunakan musik untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Musik dapat mengendalikan kecepatan lalu lintas di toko, membuat citra, dan menarik perhatian konsumen.


(43)

4) Aroma

Aroma memiliki dampak yang besar pada suasana dan emosi konsumen. Aroma, dalam hubungannya dengan musik dapat membuat dampak positif pada tingkat kegembiraan dan kepuasan konsumen dengan pengalaman berbelanja.

b. Dimensi Store Atmosphere

Menurut Levy dan Weitz (2001), dimensi store atmosphere terdiri dari dua hal, yakni instore atmosphere dan outstore atmosphere. 1) Instore Atmosphere

Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut:

a) Internal layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir dan tata letak lampu, pendingin ruanganmaupun sound.

b) Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran dan alunan musik dari sound system.

c) Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan minuman maupun aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.


(44)

d) Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.

e) Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan dan sistem pencahayaan dalam ruangan.

2) Outstore Atmosphere

Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang meliputi:

a) External layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran di luar ruangan yang meliputi tata letak parkir pengunjung, tata letak papan nama dan lokasi yang strategis. b) Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang

digunakan bangunan maupun fasilitas di luar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar dan tekstur papan nama luar ruangan.

c) Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan-ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar dan sistem pencahayaan luar ruangan.


(45)

Sedangkan dimensi store atmosphere terbagi menjadi empat elemen, yaitu exterior, general interior, store layout, dan displays (Berman dan Evans, 2010:509).

1) Exterior

Eksterior toko memiliki dampak yang kuat terhadap citra dan harus direncanakan dengan matang. Eksterior toko mencakup plang nama toko, jalan masuk, jendela, pencahayaan dan konstruksi material.

2) General Interior

Ketika konsumen memasuki toko, maka elemen dari general interior yang mepengaruhi afeksi konsumen. General interior meliputi lantai, warna, pencahayaan, aroma, musik, perlengkapan toko, suhu, pengaturan jarak, karyawan, barang dagangan yang beragam, label harga, dan kebersihan toko.

3) Store Layout

Beberapa hal yang termasuk dalam store layout adalah alokasi ruangan, pengelompokan barang, pola arus lalu lintas konsumen dan posisi konter pada toko.

4) Interior (Point of Purchase) Displays

Setiap point of purchase displays menyediakan informasi bagi pelanggan, menambah suasana toko dan memberikan peranan penting terhadap promosi. Interior displays meliputi beragam


(46)

tampilan barang dagangan, tampilan yang disesuaikan dengan tema tertentu dan petunjuk mengenai lokasi produk.

Sehingga peneliti menggunakan dimensi store atmosphere menurut Berman dan Evans (2010) karena sesuai dengan objek penelitian. 4. Promosi

Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru perusahaan, periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan, publisitas dan hubungan masyarakat, yang merupakan kegiatan promosi (Lupiyoadi, 2006:70). Salah satu kegiatan promosi yang efektif adalah dengan word of mouth dan media sosial.

5. Word of Mouth

a. Definisi Word of Mouth

Word of mouth atau komunikasi dari mulut ke mulut menurut Kotler dan Keller (2007:204) merupakan proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan memberikan informasi secara personal. Saluran komunikasi word of mouth merupakan saluran komunikasi yang tidak membutuhkan biaya yang besar, karena memanfaatkan konsumen yang puas untuk memberikan rujukan atau referensi terhadap produk atau jasa suatu perusahaan kepada konsumen lainnya. Komunikasi word of mouth merupakan saluran komunikasi yang sering digunakan dan dinilai sangat efektif


(47)

dalam memperlancar proses pemasaran suatu produk atau jasa. Menurut Balter (2004) dalam Ahmad dkk (2014) adalah cara berbagi ide-ide, keyakinan dan pengalaman kepada satu sama lain. Selalu berbagi tentang ide-ide juga merupakan pembuatan word of mouth.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa word of mouth adalah proses komunikasi berupa pemberian rekomendasi secara individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan memberikan informasi secara personal.

b. Jenis Word of Mouth

Menurut Silverman (2009:83) dalam Rahayu dan Edward (2013) terdapat tiga jenis word of mouth yang berbeda antar konsumen yaitu: 1) Expert to expert (pada level ahli ke ahli). Pada jenis ahli ke ahli ini

seorang opinion leader yang sudah ahli akan menyampaikan penegasan terhadap informasi yang diberikan kepada konsumen atau opinionleader lain dengan strategi-strategi pemasaran word of mouth yang baik yang telah teruji kebenarannya.

2) Expert to peer (pada level ahli ke sebanding). Pada jenis level ahli ke setara atau sebanding maka seorang opinion leader akan menyampaikan penegasan informasi melalui word of mouth dari tenaga ahli kepada opinion leader yang sebanding baik itu dilihat dari ilmu pengetahuan akan suatu informasi terhadap produk yang ditawarkan.


(48)

3) Peer to peer (pada level sebanding ke sebanding). Pada level sebanding ke sebanding menjelaskan bahwa penyampaian informasi yang diberikan oleh opinion leader melalui word of mouth kepada konsumen dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia dan cukup memadai dengan melihat pembuktian fakta-fakta yang ada.

Barber dan Wallace (2009:19) dalam Rahayu dan Edward (2013) menjelaskan word of mouth marketing yang efektif harus memiliki 5 hal, yaitu:

1) A good product and great customer service (produk dan layanan yang baik). Produk dan layanan yang baik yang diberikan perusahaan oleh seorang opinion leader kepada konsumen akan menciptakan sebuah kepuasan pelanggan akan produk yang ditawarkan.

2) A plan (sebuah rencana). Sebuah rencana yang baik dan matang, akan menunjang setiap kegiatan word of mouth marketing dengan mempertimbangkan berbagai aspek penunjang komunikasi word of mouth.

3) A clear, concrious, consistent massage (pesan yang bersih, teliti dan konsisten). Dengan penyampaian pesan yang bersih atau jelas, teliti dan konsisten yang diberikan oleh opinion leader akan menumbuhkan rasa percaya konsumen terhadap produk yang sedang dibicarakan.


(49)

4) A prepared and commited sales force (mempersiapkan dan melakukan tenaga penjual). Mempersiapkan tenaga kerja penjualan yang memiliki pengetahuan luas mengenai produk, sehingga konsumen akan mendapatkan informasi yang jelas.

5) People willing to testify (orang berkeinginan untuk beraksi). Untuk menciptakan word of mouth yang baik maka harus didorong adanya seorang opinion leader mempunyai kesadaran terlebih dahulu untuk menyampaikan komunikasi word of mouth.

c. Dimensi Word of Mouth

Dimensi Word of Mouth menurut Rangkuti (2009) adalah sebagai berikut:

1) Lawan Bicara

b) Keahlian lawan bicara

Suatu sikap yang dilakukan pada seseorang yang dapat mempengaruhi lawan bicaranya dalam mengambil keputusan. c) Kepercayaan terhadap lawan bicara

Kepercayaan seseorang terhadap lawan bicara dalam menerima informasi yang diucapkan seseorang.

d) Daya tarik lawan bicara

Penampilan seseorang yang dapat meyakinkan seseorang memutuskan sesuatu.


(50)

e) Kejujuran lawan bicara

Cara bicara seseorang yang jujur dalam mengatakan sesuatu berdasarkan kenyataan.

f) Objektivitas lawan bicara

Lawan bicara mengatakan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.

g) Niat lawan bicara

Maksud atau tujuan lawan bicara dalam mengatakan sesuatu yang dapat mempengaruhi seseorang dalam penyampaian informasi.

2) Tindakan Anda Setelah Melakukan Pembicaraan a) Konsumsi pesan

Hasil komunikasi mengenai sesuatu yang dibutuhkan. b) Pencarian informasi

Hasil komunikasi yang menjadi informasi seseorang dalam memenuhi kebutuhan akan informasi.

c) Konversi

Hasil penyampaian informasi lawan bicara dari hal yang tidak diketahui menjadi mengetahui.

d) Penyampaian kembali

Penyampaian kembali seseorang terhadap orang lain mengenai suatu produk atau jasa.


(51)

e) Penciptaan ulang pesan

Melakukan pembicaraan secara terus menerus terhadap orang lain mengenai suatu produk atau jasa yang dirasakan. Sedangkan dalam Godes dan Mayzlin (2004), word of mouth memiliki dua dimensi, yaitu: volume dan dispersion. Tindakan ini menarik karena dapat dilakukan oleh perusahaan dengan biaya yang murah dan usaha yang cukup mudah. Dimensi yang pertama adalah volume, yaitu tentang berapa banyak word of mouth yang terjadi. Semakin banyak pembicaraan tentang suatu produk maka semakin banyak pula orang yang mendapatkan informasi tentang produk tersebut. Dalam dimensi dispersion, Godes dan Mayzlin (2004) menginvestigasi dari komunikasi interpersonal, bagaimana penyebaran word of mouth lebih cepat di dalam komunitas-komunitas dan lebih lambat apabila lintas komunitas. Anggota di dalam organisasi yang sama lebih sering berinteraksi satu dengan yang lainnya daripada dengan anggota komunitas lain.

Sehingga peneliti menggunakan dimensi word of mouth menurut Godes dan Mayzlin (2004) karena sesuai dengan objek penelitian. 6. Media Sosial

a. Definisi Media Sosial

Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul di media siber. Karena itu, melihat media sosial yang ada tidak jauh berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh media siber (Nasrullah,


(52)

2015:15). Media Sosial menurut Mandibergh (2012) dalam Nasrullah (2015:11), media sosial adalah media yang mewadahi kerjasama di antara pengguna yang menghasilkan konten (user-generated content). Kotler dan Keller (2012:568) mengartikan media sosial sebagai sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, audio dan video dengan satu sama lain dan dengan perusahaan atau sebaliknya.

Beberapa definisi media sosial berasal dari berbagai literatur penelitian (Nasrullah, 2015:11):

1) Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerjasama (to co-operate) di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi.

2) Media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user-generated content (UGC) di mana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagai mana di institusi media massa (Boyd, 2008).

3) Van Dijk (2013) menuturkan bahwa media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.


(53)

Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial merupakan platform yang muncul dalam dunia internet. Dalam penggunaan media sosial sebagai media komunikasi pemasaran yang efektif dapat dilakukan oleh pemasar dengan cara menyebarkan informasi, mempengaruhi dan mengingatkan produk atau jasa dari suatu perusahaan.

b. Karakteristik Media Sosial

Adapun karakteristik media sosial menurut Nasrullah (2015:16), yaitu:

1) Jaringan (network)

Kata “jaringan” (network) bisa dipahami dalam terminologi bidang teknologi seperti ilmu komputer yang berarti infrastruktur yang menghubungkan antara komputer maupun perangkat keras (hardware) lainnya. Koneksi ini diperlukan karena komunikasi bisa terjadi jika antar komputer terhubung, termasuk di dalamnya perpindahan data.

2) Informasi (information)

Informasi menjadi entitas paling penting dari media sosial. Sebab tidak seperti media-media lainnya di internet, pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya,


(54)

memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi. Bahkan, informasi menjadi semacam komoditas dalam masyarakat informasi (information society).

3) Arsip (archive)

Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapanpun dan melalui perangkat apa pun. Setiap informasi apa pun yang diunggah tidak hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan, sampai tahun. Informasi itu akan terus tersimpan dan bahkan dengan mudahnya bisa diakses.

4) Interaksi (interactivity)

Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antarpengguna. Jaringan ini tidak sekadar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut (follower) di internet semata, tetapi juga harus dibangun dengan interaksi antarpengguna tersebut. Secara sederhana interaksi yang terjadi di media sosial minimal bentuk saling mengomentari atau memberikan tanda, seperti tanda jempol

like’ di Facebook.

5) Simulasi sosial (simulation of society)

Media sosial memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya masyarakat di dunia virtual. Layaknya masyarakat atau negara, di media sosial juga terdapat aturan dan etika yang mengikat penggunanya. Aturan ini bisa dikarenakan perangkat


(55)

teknologi itu sebagai sebuah mesin yang terhubung secara online atau bisa muncul karena interaksi di antara sesama pengguna. 6) Konten oleh pengguna (user-generated content)

Konten oleh pengguna atau lebih populer disebut dengan user generated content (UGC) ini menunjukkan bahwa di media sosial konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun.

c. Dimensi Media Sosial

Dalam definisi umum mengenai media sosial, ada beberapa jenis media sosial yang mempunyai posisi yang baik untuk kelanjutannya, seperti Wikipedia, YouTube, dan Facebook. Untuk memahami skema klasifikasi menurut Kaplan dan Haenlein (2010) harus bersandarkan pada suatu set teori yaitu dua elemen dari sosial media, dalam bidang media research (social presence, media richness) dan social processes (self-presentation, self-disclosure).

1) Kehadiran sosial (social presence)

Berkaitan dengan komponen dari media sosial, teori kehadiran sosial menyebutkan bahwa dibedakan dalam beberapa tingkatan, didefinisikan menjadi akustik, visual dan kontak fisik yang dapat dilakukan di antara dua mitra komunikasi. Kehadiran sosial dipengaruhi oleh kedekatan dan kesegeraan dari media, dan dapat diharapkan lebih mudah dimediasi (contoh: percakapan telepon) dari interpersonal (contoh: diskusi tatap muka) dan untuk


(56)

komunikasi yang tidak sinkron (contoh: e-mail) dari komunikasi yang sinkron (contoh: live chat). Semakin tinggi kehadiran sosial, maka lebih tinggi pula pengaruh komunikasinya terhadap perilaku satu sama lain.

2) Kekayaan media (Media richness)

Media richness didasarkan pada anggapan bahwa tujuan dari beberapa komunikasi adalah menyelesaikan ambiguitas dan mengurangi ketidakjelasan informasi. Disebutkan bahwa media berbeda dalam tingkat media richness – yaitu sejumlah informasi yang memungkinkan untuk ditransmisikan dalam interval waktu tertentu – dan karena itu, beberapa media lebih efektif dari yang lainnya dalam menyelesaikan ambiguitas dan ketidakjelasan (Kaplan dan Haenlein, 2010).

3) Self-presentation

Sehubungan dengan dimensi sosial dari media sosial, konsep self-presentation menyebutkan bahwa dalam setiap jenis interaksi sosial orang memiliki untuk mengendalikan kesan orang lain terhadap mereka. Di satu sisi, hal ini dilakukan untuk memperoleh penghargaan (contoh: membuat kesan positif pada calon pasangan); di sisi lain, hal ini dilakukan oleh keinginan untuk membuat citra yang sesuai dengan suatu identitas pribadi (contoh: mengenakan pakaian yang fashionable untuk menciptakan kesan


(57)

muda dan trendy). Alasan mengapa orang membuat halaman web pribadi adalah untuk mempresentasikan dirinya di dunia virtual. 4) Self-disclosure

Biasanya, sebuah presentasi dapat dilakukan melalui self-disclosure; yaitu, mengenai hal yang disadari maupun tidak disadari dari informasi pribadi (contoh: pemikiran, perasaan, kesukaan, ketidaksukaan) yang konsisten dengan citra yang ingin diberikan. Self-disclosure adalah tahapan penting dalam pengembangan dari hubungan dekat (contoh: dalam berkencan) tapi juga dapat terjadi karena sesuatu yang asing (contoh: menjelaskan tentang perilaku orang yang berada di kursi sebelah anda di dalam pesawat).

Adapun menurut Yogesh dan Yesha (2014), terdapat beberapa dimensi dari media sosial yakni pencarian informasi, pembelian dan pasca pembelian.

Menurut Altaf (2014), media sosial memiliki indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian, yaitu:

1) Konsumen merupakan pembaca tetap dari blog di internet; 2) Konsumen menggunakan media sosial untuk menulis blog;

3) Konsumen menggunakan media sosial untuk melihat iklan online; 4) Konsumen menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan


(58)

5) Konsumen menggunakan media sosial untuk melihat opini-opini tentang suatu produk atau jasa;

6) Iklan melalui media sosial lebih menarik dari iklan tradisional; 7) Iklan media sosial lebih interaktif dari iklan tradisional;

8) Iklan media sosial lebih informatif dari iklan tradisional;

9) Media sosial lebih terpercaya dari media tradisional seperti koran, TV, Radio, dll;

10)Konsumen melihat opini para ahli di media sosial saat mempertimbangkan suatu produk atau jasa;

11)Konsumen melihat jumlah like atau dislike ketika mempertimbangkan suatu produk atau jasa;

12)Konsumen berlangganan untuk dapat update dan peringatan tentang suatu merek atau produk melalui situs media sosial;

13)Konsumen merespon pertanyaan dan penawaran promosi yang saya dapatkan melalui media sosial;

14)Perusahaan yang menggunakan media sosial untuk tujuan pemasaran lebih inovatif dari perusahaan yang tidak menggunakan media sosial;

15)Perusahaan yang menggunakan media sosial untuk tujuan pemasaran lebih dikenal dari perusahaan yang tidak menggunakan media sosial.


(59)

Maka dari itu peneliti menggunakan indikator-indikator media sosial menurut Altaf (2014) tanpa menyertakan indikator nomor 2 dan 4 agar sesuai dengan objek penelitian.

7. Keputusan Pembelian

a. Definisi Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian kosumen merupakan keputusan pembelian akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi (Kotler, 2012:188). Sedangkan menurut Tjiptono (2011:25) keputusan pembelian adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alernatif.

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan dan perilaku pasca pembelian.

b. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Ulang

Menurut Kotler dan Keller (2012:188) konsumen akan melewati lima tahap proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu sebagai berikut:


(60)

Gambar 2.2

Proses Pengambilan Keputusan Ulang

Sumber: Kotler dan Keller (2012:188)

Proses seorang konsumen sampai pada keputusan pembeliannya dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif dan keputusan pembelian, setelah itu perilaku pasca pembelian juga menjadi perhatian produsen.

c. Dimensi Proses Keputusan PembelianUlang

Menurut Kotler (1995) dalam Indrawijaya (2012) untuk menentukan keputusan pembelian, perusahaan dapat menggunakan empat indikator berikut:

1) Kemantapan pada sebuah produk. Dalam melakukan pembelian, konsumen akan memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada. Pilihan tersebut didasarkan pada kualitas, mutu, harga yang terjangkau, dan faktor-faktor lain yang dapat memantapkan keinginan konsumen untuk membeli produk apakah produk tersebut benar-benar ingin digunakan atau dibutuhkan.

2) Kebiasaan dalam membeli produk. Kebiasaan konsumen dalam membeli produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Konsumen merasa produk tersebut sudah terlalu melekat di benak mereka karena mereka sudah merasakan manfaat dari produk tersebut. Oleh karena itu, konsumen akan merasa tidak nyaman


(61)

jika mencoba produk baru dan harus menyesuaikan diri lagi. Mereka cenderung memilih produk yang sudah biasa digunakan. 3) Memberikan rekomendasi kepada orang lain. Dalam melakukan

pembelian, jika konsumen mendapatkan manfaat yang sesuai dengan sebuah produk, mereka pasti akan merekomendasikan produk tersebut dengan orang lain. Mereka ingin orang lain juga merasakan bahwa produk tersebut sangat bagus dan lebih baik dari produk lain.

4) Melakukan pembelian ulang. Kepuasan konsumen dalam menggunakan sebuah produk akan menyebabkan konsumen melakukan pembelian ulang produk tersebut. Mereka merasa produk tersebut sudah cocok dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan harapkan.

Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2012:188), langkah-langkah dalam proses keputusan pembelian ini adalah:

1) Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Jika kebutuhan diketahui, maka konsumen akan serta memahami kebutuhan yang belum perlu segera dipenuhi atau masalah dapat ditunda pemenuhannya. Serta kebutuhan yang sama-sama harus dipenuhi (Kotler dan Keller, 2012:189).


(62)

2) Pencarian Infornasi

Seorang konsumen yang telah memahami kebutuhannya akan mencari informasi lebih lanjut jika memang kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak terhadap informasi yang mendasari kebutuhan ini.

Menurut Kotler dan Keller (2012:189), sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu:

a) Sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga atau kenalan. b) Sumber komersial seperti iklan, tenaga penjual, pedagang

perantara dan pengemasan.

c) Sumber umum seperti media massa.

d) Sumber pengalaman seperti penanganan, pemeriksaan dan penggunaan produk.

3) Pengenalan Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, selanjutnya konsumen menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif. Kotler dan Keller (2012:190), evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) \adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Yang tak kalah pentingnya dengan keyakinan dan sikap. Sikap


(63)

(attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. 4) Keputusan Penbelian

Setelah melakukan evaluasi dari beberapa merek, konsumen akan menentukan keputusan apakah membeli atau tidak. Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian dan cara pembelian.

Kotler dan Keller (2012:192) menjelaskan bahwa keputusan pembelian konsumen meliputi enam sub-keputusan yaitu keputusan memilih produk, memilih merek, tempat pembelian, kuantitas, waktu dan metode pembayaran. Terkadang dalam pengambilan keputusan akhir ini ada pihak yalin yang memberikan pengaruh terakhir yang harus dipertimbangkan kembali, sehingga dapat merubah keputusan semula secara seketika.

5) Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya. Kotler dan Keller (2012:194), menyatakan konsumen yang merasa puas akan


(1)

165

Sig . (2-tail ed)

,007 ,027 ,019 ,079 ,048 ,065 ,065 ,079 ,369 ,249 ,691 ,369 ,025 ,000 ,000 ,000

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

q 1 6

Pe ars on Co rrel ati on

,424* ,190 ,248 ,102 ,159 ,119 ,259 ,251 ,229 ,143 ,119 ,073 ,199 ,512

*

*

,781*

* 1 ,452

*

Sig . (2-tail ed)

,024 ,333 ,203 ,607 ,419 ,545 ,184 ,197 ,241 ,468 ,545 ,713 ,310 ,005 ,000 ,016

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

t o t al

Pe ars on Co rrel ati on

,660* *

,769* *

,587* *

,722* * ,777

** ,765** ,639 *

*

,641* *

,580* *

,773* * ,450

* ,622** ,773 *

*

,622* *

,636* * ,452

* 1

Sig . (2-tail ed)

,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,016 ,000 ,000 ,000 ,000 ,016

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(2)

166

c.

Variabel Word of Mouth (X

3

)

Correlations

q1 q2 q3 q4 total

q1 Pearson Correlation 1 ,615** ,446* ,428* ,800**

Sig. (2-tailed) ,000 ,014 ,018 ,000

N 30 30 30 30 30

q2 Pearson Correlation ,615** 1 ,720** ,201 ,837**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,288 ,000

N 30 30 30 30 30

q3 Pearson Correlation ,446* ,720** 1 ,351 ,822**

Sig. (2-tailed) ,014 ,000 ,057 ,000

N 30 30 30 30 30

q4 Pearson Correlation ,428* ,201 ,351 1 ,626**

Sig. (2-tailed) ,018 ,288 ,057 ,000

N 30 30 30 30 30

Total Pearson Correlation ,800** ,837** ,822** ,626** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

167

d.

Variabel Media Sosial (X

4

)

Correlations

q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 total

q1 Pearson

Correlati on

1 ,892

* * ,803* * ,469* * ,436 * ,635 * * ,726* * ,489* * ,571* * ,726* * 1,00 0** ,925* * ,329 ,901* * Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,009 ,016 ,000 ,000 ,006 ,001 ,000 ,000 ,000 ,076 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q2 Pearson

Correlati on ,892* * 1 ,661* * ,439

* ,331 ,549 * * ,647* * ,520* * ,440 * ,647 * * ,892* * ,964* * ,246 ,826* * Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,015 ,074 ,002 ,000 ,003 ,015 ,000 ,000 ,000 ,190 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q3 Pearson

Correlati on ,803* * ,661* * 1 ,519* * ,402 * ,582 * * ,664* * ,360 ,579* * ,664* * ,803* * ,687* * ,268 ,797* * Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,028 ,001 ,000 ,050 ,001 ,000 ,000 ,000 ,152 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q4 Pearson

Correlati on ,469* * ,439 * ,519 * * 1 ,493* * ,494*

* ,289 ,149

,491*

* ,289

,469* * ,430

* ,227 ,577 *

*

Sig.

(2-tailed) ,009 ,015 ,003 ,006 ,005 ,122 ,432 ,006 ,122 ,009 ,018 ,227 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q5 Pearson

Correlati on

,436* ,331 ,402* ,493 *

* 1

,893* * ,447

* ,071 ,912 *

* ,447

* ,436* ,388* ,666 *

*

,695* *

Sig.

(2-tailed) ,016 ,074 ,028 ,006 ,000 ,013 ,710 ,000 ,013 ,016 ,034 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q6 Pearson

Correlati on ,635* * ,549* * ,582* * ,494* * ,893* * 1 ,618* * ,127 ,971* * ,618* * ,635* * ,545* * ,631* * ,835* *


(4)

168

Sig.

(2-tailed) ,000 ,002 ,001 ,005 ,000 ,000 ,503 ,000 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q7 Pearson

Correlati on ,726* * ,647* * ,664*

* ,289 ,447

* ,618 * * 1 ,663* * ,626* * 1,00 0** ,726* * ,709* * ,355 ,848* * Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,122 ,013 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,054 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q8 Pearson

Correlati on

,489* *

,520*

* ,360 ,149 ,071 ,127

,663*

* 1 ,114

,663* * ,489* * ,614* * ,208 ,540* * Sig.

(2-tailed) ,006 ,003 ,050 ,432 ,710 ,503 ,000 ,548 ,000 ,006 ,000 ,270 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q9 Pearson

Correlati on ,571* * ,440 * ,579 * * ,491* * ,912* * ,971* * ,626*

* ,114 1

,626* * ,571* * ,471* * ,635* * ,805* * Sig.

(2-tailed) ,001 ,015 ,001 ,006 ,000 ,000 ,000 ,548 ,000 ,001 ,009 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q10 Pearson

Correlati on ,726* * ,647* * ,664*

* ,289 ,447

* ,618 * * 1,00 0** ,663* * ,626* * 1 ,726* * ,709* * ,355 ,848* * Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,122 ,013 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,054 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q11 Pearson

Correlati on 1,00 0** ,892* * ,803* * ,469* * ,436 * ,635 * * ,726* * ,489* * ,571* * ,726* * 1 ,925* * ,329 ,901* * Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,009 ,016 ,000 ,000 ,006 ,001 ,000 ,000 ,076 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q12 Pearson

Correlati on ,925* * ,964* * ,687* * ,430

* ,388* ,545 * * ,709* * ,614* * ,471* * ,709* * ,925*

* 1 ,270

,865* *

Sig.


(5)

169

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

q13 Pearson

Correlati on

,329 ,246 ,268 ,227 ,666

*

*

,631*

* ,355 ,208

,635*

* ,355 ,329 ,270 1

,548* *

Sig.

(2-tailed) ,076 ,190 ,152 ,227 ,000 ,000 ,054 ,270 ,000 ,054 ,076 ,149 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

total Pearson

Correlati on

,901* *

,826* *

,797* *

,577* *

,695* *

,835* *

,848* *

,540* *

,805* *

,848* *

,901* *

,865* *

,548*

* 1

Sig.

(2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000 ,000 ,000 ,002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,943 13

e.

Variabel Proses Keputusan Pembelian Ulang (Y)

Correlations

q1 q2 q3 q4 q5 total

q1 Pearson Correlation 1 ,816** ,827** ,476** ,564** ,873**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,008 ,001 ,000

N 30 30 30 30 30 30

q2 Pearson Correlation ,816** 1 ,698** ,596** ,518** ,859**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,003 ,000

N 30 30 30 30 30 30

q3 Pearson Correlation ,827** ,698** 1 ,538** ,467** ,840**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,002 ,009 ,000

N 30 30 30 30 30 30


(6)

170

Sig. (2-tailed) ,008 ,001 ,002 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

q5 Pearson Correlation ,564** ,518** ,467** ,706** 1 ,789**

Sig. (2-tailed) ,001 ,003 ,009 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

Total Pearson Correlation ,873** ,859** ,840** ,810** ,789** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items