19
d. Kadar Lemak Yoghurt dengan Metode Soxhlet AOAC, 1999
Metode  yang digunakan di dalam analisis lemak adalah  metode ekstrasi soxhlet. Pertama, labu  lemak  yang  akan  digunakan  dikeringkan  di  dalam  oven,  kemudian  didinginkan  dalam
desikator  dan  ditimbang  beratnya.  Contoh  sebanyak  5  gram  dalam  bentuk  tepung  dibungkus dengan kertas saring kemudian kertas saring yang berisi contoh tersebut dimasukkan ke dalam alat
ekstrasi  soxhlet.  Alat  kondensor  diletakkan  di  atasnya  dan  labu  lemak  diletakkan  di  bawahnya. Pelarut  heksana  dimasukkan  ke  dalam  alat  ekstrasi  soxhlet  sampai  contoh  terendam.  Selanjutnya
dilakukan refluks selama minimal 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih.
Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Kemudian labu  lemak  yang  berisi  lemak  hasil  ekstrasi  dipanaskan  di  dalam  oven  pada  suhu  150
o
C  hingga mencapai berat konstan, kemudian didinginkan di dalam desikator. Selanjutnya labu beserta lemak
di  dalamnya  ditimbang  dan  berat  lemak  dapat  diketahui.  Perhitungan  kadar  lemak  dapat  dilihat pada persamaan 5.
Kadar lemak   bb = W1 – W2
W x 100
5
Keterangan :  bb = kadar lemak per bahan basah
W = bobot contoh g
W1 = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi g
W2 = bobot labu lemak kosong g
e. Kadar Protein Yoghurt dengan Metode Kjehdal AOAC, 1999
Contoh  ditimbang  sejumlah  0,2  gram  dimasukkan  ke  dalam  labu  Kjeldahl,  lalu ditambahkan 1,9 + 0,1 gram K
2
SO
4
, 40 + 10 mg HgO, dan 2,0 + 0,1 ml H
2
SO
4
. Kemudian contoh didestruksi sampai cairan menjadi jernih sekitar 1 jam. Larutan jernih ini kemudian dipindahkan
ke  dalam  alat  destilasi.  Labu  Kjeldahl  dicuci  dengan  akuades  1-2  ml  kemudian  air  cucian dimasukkan ke dalam alat destilasi ditambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
. Dibawah  kondensor  diletakkan  erlenmeyer  yang  berisi  5  ml  larutan  H
3
BO
3
dan  2-4  tetes indikator campuran 2 bagian metil merah 0,2 dalam alkohol dan 1 bagian metil biru 0,2 dalam
alkohol.  Ujung  tabung  kondensor  harus  terendam  di  dalam  larutan  H
3
BO
3
.  Kemudian  isi erlenmeyer  diencerkan  sampai  50  ml  lalu  titrasi  dengan  HCl  0,02  N  sampai  terjadi  perubahan
warna  menjadi  abu-abu.  Prosedur  yang  sama  dilakukan  juga  terhadap  blanko.  Hitung  N  dan kadar protein contoh dengan persamaan 6.1 dan 6.2:
N  = ml HCl-ml  HCl blanko x N HCl x 14.007
mg sampel x 100          6.1
Kadar protein bb = N x faktor konversi 6.38      6.2 Keterangan :  bb
= kadar protein per bahan basah N
= kandungan nitrogen pada contoh
20
f. Kadar Karbohidrat Yoghurt
by difference
Kadar karbohidrat basis basah dihitung dengan menggunakan persamaan 7: Kadar karbohidrat  bb = 100 - P + A+ KA + L      7
Keterangan :  bb = kadar karbohidrat per bahan basah
P = kadar protein
A = kadar abu
KA = kadar air
L = kadar lemak
3.3.3. Analisis Mikrobiologi
a. Total Bakteri Asam Laktat Fardiaz, 1987
Uji  viabilitas  bakteri  asam  laktat  dilakukan  dengan  metode  agar  tuang.  Sebanyak  1  ml sampel  diencerkan  dalam  9  ml  larutan  fisiologis  NaCl  0,85  hingga  pengenceran  10
-9
. Pemupukan  dilakukan  secara  duplo  dari  tingkat  pengenceran  10
-8
sampai  10
-10
dengan  cara memipet  1  ml  atau  0.1  ml  sampel  yang  telah  diencerkan  ke  dalam  cawan  petri  steril,  kemudian
ditambahkan  15-20  ml  MRSA  cair  steril.  Cawan  petri  digoyangkan  secara  mendatar  supaya sampel tersebar merata. Setelah agar membeku, diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 37
o
C selama  2  –  3  hari.  Jumlah  koloni  yang  tumbuh  dihitung  dengan  menggunakan  metode  SPC  dan
dinyatakan dalam satuan CFUml atau log CFUml.
3.3.4. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan hedonik dan uji peringkat hedonik. Uji hedonik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap formula
yoghurt  susu  kambing.  Skala  yang  digunakan  adalah  skala  1  sangat  tidak  disukai  sampai  7 sangat  disukai.  Atribut  yang  diuji  adalah  rasa,  aroma,  dan  tekstur  untuk  sampel  yoghurt  plain.
Kemudian uji hedonik juga digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan yoghurt susu kambing dengan topping sirup berbasis rempah-rempah. Atribut yang diuji adalah rasa, aroma, warna, dan
tingkat kemanisan.
Uji  peringkat  hedonik  dilakukan  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  urutan  sampel  yang paling disukai oleh panelis. Atribut yang digunakan adalah penilaian keseluruhan overall dengan
menggunakan  skala  1  paling  disukai  sampai  4  paling  tidak  disukai.    Uji  peringkat  hedonik dilakukan  untuk  sampel  yoghurt  plain  dan  yoghurt  susu  kambing  dengan  topping  sirup  berbasis
rempah-rempah. Pengujian dilakukan oleh 30 panelis tidak terlatih. Panelis menilai produk secara subyektif dan spontan tanpa membandingkan antar sampel.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penelitian  Pendahuluan  :  Formulasi  Yoghurt  Campuran  Susu
Kambing Peranakan Etawah dan Saanen
Pembuatan  yoghurt  diawali  dengan  campuran  susu  kambing  peranakan  Etawah  dan  susu kambing Saanen dengan perbandingan 1:5. Menurut Rozali 2010, formula dengan perbandingan
susu  kambing  peranakan  Etawah  dan  susu  kambing  Saanen  sebesar  1:5  P1S5  memiliki  sifat sensori,  fisik,  dan  kimia  yang  lebih  baik  dibandingkan  dengan  formula  lainnya.  Karakteristik
sensori, fisik, dan kimia formula P1S5 menunjukkan warna agak putih, aroma prengus lemah, rasa agak  suka,  pH  kisaran  netral,  kadar  asam  lemak  bebas  normal,  dan  kapasitas  antioksidan  tidak
berbeda nyata dengan formula lain pada taraf 5. Pada  pembuatan  yoghurt  dengan  perbandingan  susu  tersebut,  hasil  penelitian  dan  analisa
obyektif yang meliputi pH, total padatan terlarut TPT, total asam tertitrasi TAT, dan viskositas sebagai  parameter  menentukan  karakteristik  yoghurt  campuran  susu  kambing  peranakan  Etawah
dan susu kambing Saanen dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil pengukuran analisa obyektif yoghurt campuran susu kambing ESa15
Sampel X + SD
pH TAT
TPT
o
Brix Viskositas cP
ESa15 3,675 + 0,01
2,10 + 0,02 5,3 + 0,14
100 + 0,00 Nilai keasaman atau pH  merupakan salah satu faktor penting  yang  menentukan ketahanan
bahan  pangan  terhadap  kontaminasi  mikroorganisme.  Berdasarkan  derajat  keasamannya,  bahan pangan  dapat  digolongkan  kedalam  tiga  kelompok,  yaitu  berasam  rendah  pH4,5,  berasam
sedang 4,0pH4,5, dan berasam tinggi pH4,0. Yoghurt merupakan golongan bahan pangan yang berasam sedang. Umumnya yoghurt memiliki pH sekitar 4,2-4,8 Silvia, 2002.
Tabel  10  menunjukkan  bahwa  nilai  pH  yoghurt  ESa15  adalah  3,675  +  0,01.  Nilai  pH  ini masih berada dibawah  kisaran nilai pH  yoghurt  yaitu berkisar antara 4,2-4,8. Tingginya nilai pH
kemungkinan dapat terjadi karena adanya kontaminasi dan jumlah total mikroba awal yang besar pada  bahan  susu  segar  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini.  Jumlah  total  mikroba  awal  dari
campuran  susu  kambing  Etawah  dan  susu  kambing  Saanen  yaitu  2,6  x  10
6
cfuml.  Jumlah  ini melebihi batas maksimum yang di persyaratkan oleh SNI 01-3141-1998 tentang syarat mutu susu
sapi segar yaitu maksimum 1 x 10
6
cfu ml. Hal ini dapat terjadi karena akumulasi jumlah mikroba selama  susu  dalam  perjalanan,  karena  susu  yang  digunakan  sampai  penelitian  telah  berumur  +  5
jam setelah proses pemerahan. Total  asam  tertitrasi  TAT  dinyatakan  dengan  persen  asam  laktat.  Asam  laktat  C
3
H
6
O
3
merupakan  komponen  asam  terbesar  yang  terbentuk  dari  hasil  fermentasi  susu  menjadi  yoghurt. Asam ini merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap flavor dan aroma
yoghurt. Kultur yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menghasilkan L+ asam laktat
Robinson,  1999.  Menurut  Tzanetaki  dan  Tzanetakis  1999,  Streptococcus  thermophilus memproduksi 0,6-0,8 L+ asam laktat.
22
Nilai TAT yang dihasilkan dari yoghurt ESa15 adalah 2,10 Tabel 10. Berdasarkan SNI 01-2981-2009  tentang  syarat  mutu  yoghurt  nilai  TAT  yang  diizinkan  antara  0,5  –  2,0  .  Nilai
TAT  yoghurt  ESa15  melebihi  batas  nilai  TAT  yang  telah  ditetapkan  oleh  SNI  01-2981-2009 sehingga dapat dikatakan bahwa nilai TAT dari yoghurt ESa15 belum memenuhi standar. Hal ini
dapat  terjadi  karena  meningkatnya  jumlah  asam  laktat,  selain  menurunkan  nilai  pH,  juga  akan mempengaruhi  nilai  TAT.  Peningkatan  nilai  TAT  menunjukkan  jumlah  asam  laktat  terus
bertambah  sebagai  akibat  dari  aktivitas  bakteri  asam  laktat  yang  masih  terus  berlangsung melakukan proses fermentasi Kusuma, 2007.
Total  padatan  terlarut  TPT  dinyatakan  dalam
o
Brix  dan  diukur  menggunakan refraktometer  Abbe.  Hasil  padatan  terlarut  yang  diperoleh  dari  refraktometer  bukan  total
karbohidrat,  melainkan kadar  dari  molekul-molekul  karbohidrat  yang  mempunyai indeks  refraksi seperti  gula-gula  sederhana  sukrosa.  Refraksi  ini  disebabkan  oleh  adanya  interaksi  antara  gaya
elektrostatik dan gaya elektromagnetik dari atom-atom dalam molekul cairan Fardiaz, 1989. Pengukuran  nilai  total  padatan  terlarut  TPT  yoghurt  susu  kambing  dilakukan  untuk
memilih formula yoghurt susu kambing yang memiliki karakteristik set yoghurt. Nilai TPT dari set yoghurt  yaitu  antara  18-24
o
Brix  Robinson,  1999.  Berdasarkan  Tabel  10  menunjukkan  bahwa nilai  TPT  yoghurt  ESa15  adalah  5,3
Brix.  Nilai  TPT  yang  diperoleh  masih  jauh  dibawah  nilai TPT  untuk  set  yoghurt  sehingga  yoghurt  ESa15  belum  dapat  dikategorikan  sebagai  set  yoghurt.
Rendahnya  nilai  TPT  yoghurt  susu  kambing  disebabkan  oleh  rendahnya  nilai  TPT  awal  susu kambing yaitu 13,11
o
Brix. Selama fermentasi susu untuk menjadi yoghurt terjadi penurunan nilai padatan terlarut karena gula-gula sederhana dalam susu dipecah oleh bakteri asam laktat sehingga
kandungan gula-gula sederhana berkurang Kusuma, 2007. Salah  satu  sifat  fisik  yang  menunjukkan  karakteristik  set  yoghurt  adalah  tekstur  yoghurt
yang  dapat  diukur  dari  nilai  viskositas  atau  kekentalan.  Viskositas  dapat  diartikan  ukuran ketahanan  cairan  terhadap  aliran.  Cairan  kental  berarti  memiliki  viskositas  cairan  yang  besar
karena sifat ketahanan terhadap aliran meningkat. Umumnya kekentalan dipengaruhi oleh keadaan dan konsentrasi lemak dan protein, suhu, pH, dan masa simpan atau umur produk Park, 2007.
Set  yoghurt  memiliki  tekstur  yang  lembut,  padat,  kompak,  dan  dikonsumsi  dengan menggunakan  sendok.  Pengukuran  viskositas  yoghurt  susu  kambing  dengan  menggunakan
Brookfield  viscometer.  Nilai  viskositas  yoghurt  ESa15  adalah  100  cP  Tabel  10.  Hal  ini menunjukkan bahwa yoghurt ESa15 masih tergolong cair atau belum menjadi set yoghurt.
Selanjutnya,  pada  yoghurt  ESa15  dilakukan  pengamatan  organoleptik  secara  deskriptif dengan  parameter  rasa,  aroma,  dan  warna.  Penilaian  ini  dilakukan  oleh  5  orang  panelis  yang
merupakan  sesama  peneliti.  Hasil  penilaian  produk  dari  atribut  rasa  menunjukkan  bahwa  rasa yoghurt  ESa15  tidak  disukai  oleh  panelis  karena  memiliki  rasa  creamy  dan  berlemak  serta
menimbulkan  kesan  berminyak.  Kesan  berlemak  dapat  terdeteksi  karena  kandungan  lemak  dari susu  kambing  peranakan  Etawah  dan  susu  kambing  Saanen  cukup  besar  yaitu  6,9  dan  9,0
Tabel 5. Penilaian terhadap atribut aroma yoghurt ESa15 kurang disukai oleh panelis karena masih
terdapat  aroma  prengus  yang  merupakan  aroma  khas  susu  kambing  yang  masih  melekat  pada yoghurt  tersebut.  Aroma  prengus  diakibatkan  oleh  asam  lemak  kaprilat  dan  asam  lemak  laurat
yang  terdapat  dalam  susu  kambing,  sehingga  diduga  kedua  asam  lemak  ini  yang  mempunyai kontribusi  bermakna  munculnya  aroma  dan  rasa  prengus  pada  susu  kambing  Legowo  et  al.,
2006. Warna merupakan kesan pertama yang didapatkan dari bahan makanan. Warna memegang
peranan  penting  dalam  penerimaan  suatu  makanan,  karena  warna  dapat  memberikan  petunjuk perubahan  fisik  dan  kimia  dalam  makanan,  komposisi  spektrum  dari  sumber  cahaya  yang
23
menyelimuti  objek,  dan  kesensitifan  spektrum  mata  panelis  Ross,  2009.  Berdasarkan  penilaian panelis  terhadap  parameter  warna  menunjukkan  bahwa  yoghurt  ESa15  memiliki  warna  yang
disukai  karena  penampakan  yoghurt  ini  berwana  putih.  Warna  putih  dimiliki  oleh  susu  kambing karena susu kambing tidak memiliki ß-karoten yang berbeda dengan susu sapi Sheehan, 2009.
Berdasarkan  pengukuran  obyektif  dan  pengamatan  deskriptif  dapat  disimpulkan  bahwa yoghurt  dari  campuran  susu  kambing  peranakan  Etawah  dan  susu  kambing  Saanen  dengan
perbandingan  susu  1:5  ESa15  masih  belum  memenuhi  karakteristik  yang  dimiliki  oleh  set yoghurt sehingga tidak dapat digolongkan ke dalam jenis set yoghurt dan secara umum yoghurt ini
belum  disukai  baik  parameter  rasa,  aroma,  dan  warna.  Oleh  karena  itu,  untuk  penelitian selanjutnya hanya menggunakan susu kambing peranakan Etawah dalam pembuatan yoghurt susu
kambing.  Hal  ini  disebabkan  selain  yoghurt  dari  campuran  susu  kambing  peranakan  Etawah  dan susu  kambing  Saanen  ESa15  belum  memenuhi  karakteristik  set  yoghurt  dan  tidak  disukai  oleh
panelis.
4.2. Penelitian  Lanjutan  :  Formulasi  Yoghurt  Susu  Kambing  Peranakan